Pengujian Prasyarat Analisis Pengujian Hipotesis Penelitian dan Pembahasan

53 Dari deskripsi data di atas, dapat dilihat perbedaan secara jelas tentang skor tes akhir belajar siswa. Dimana nilai terendah dan nilai tertinggi pada kelas kontol lebih rendah dibandingkan kelas eksperimen, kemudian mean, median dan modus pada kelas kontrol berbanding positif, artinya siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata pada kelas kontrol lebih banyak daripada siswa yang mendapatkan nilai di atas rata-rata. Sedangkan mean, median dan modus pada kelas eksperimen berbanding negatif, artinya siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata pada kelas kontrol lebih sedikit daripada siswa yang mendapatkan nilai di atas rata- rata.

B. Pengujian Prasyarat Analisis

Berdasarkan persyaratan analisis, maka sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan pengujian terlebih dahulu terhadap data hasil penelitian. Uji prasyarat analisis yang perlu dilakukan adalah: 1. Uji Normalitas Uji normalitas yang digunakan adalah chi kuadrat. Dari hasil pengujian untuk kelompok eksperimen diperoleh nilai hitung = 4,42 Dari tabel harga kritis uji chi kuadrat pada taraf signifikan α = 0,05 dengan n = 26 didapat harga tabel = 7,82 Sedangkan untuk kelompok kontrol nilai hitung = 4,76. Didapat harga tabel untuk n = 26 yaitu 7,82 Karena hitung pada kedua kelompok lebih kecil dari tabel , maka dapat disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel IV.4 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Sampel hitung tabel Kesimpulan Eksperimen 26 4,42 7,82 Terima H Kontrol 26 4,76 7,82 54 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas atau uji kesamaan dua varians populasi dilakukan dengan uji fisher. Dari hasil pengujian diperoleh F hitung = 1,03 dan F tabel = 2,23. Pada taraf signifikansi α = 0,05 intuk dk pembilang = 25 dan dk penyebut = 25, karena F hitung F tabel ini artinya H diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua data memiliki varians yang homogen. Tabel IV.5 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Sampel F hitung F tabel Kesimpulan Eksperimen 26 1,03 2,23 Terima H Kontrol 26

C. Pengujian Hipotesis Penelitian dan Pembahasan

1. Pengujian Hipotesis Penelitian Berdasarkan hasil uji prasyarat menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan homogen, maka selanjutnya data dianalisis untuk pengujian hipotesis. Perhitungan uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dalam pembelajaran yang menggunakan model pencapaian konsep terhadap pemahaman konsep matematika siswa. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t, dengan menggunakan data yang diperoleh, yaitu hasil tes pemahaman konsep matematika kelompok eksperimen sebesar 71,15. Dengan varians sebesar 176,46. Dan kelompok kontrol diperoleh sebesar 50,19 dengan varians sebesar 182,56 Setelah itu dilakukan perhitungan dengan menggunakan uji t, maka diperoleh nilai t hitung sebesar 5,64. Untuk mengetahui nilai t tabel dengan derajat kebebasan dk = 50 dan taraf signifikansi α = 0,05 dilakukan penghitungan, dari hasil penghitungan didapat nilai t tabel = 2,01. Dengan membandingkan nilai t hitung dan t tabel diperoleh t hitung t tabel , ini berarti H ditolak dan H 1 diterima. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata- 55 rata hasil tes pemahaman konsep matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran pencapaian konsep lebih tinggi daripada rata-rata hasil tes pemahaman konsep matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel IV.6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Kelompok Sampel Mean t hitung t tabel Kesimpulan Eksperimen 26 71,15 5,64 2,01 Tolak H Kontrol 26 50,19 2. Pembahasan Hasil Penelitian Setelah dilakukan pengujian hipotesis dengan uji t pada taraf signifikansi α = 0,05 dan derajat bebas dk = 50, diperoleh nilai t hitung sebesar 5,64. Sedangkan dari hasil penghitungan didapat nilai t tabel = 2,01. Dari hasil perhitungan diperoleh rata-rata hasil tes pemahaman konsep siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran pencapaian konsep lebih tinggi daripada rata-rata hasil tes pemahaman konsep siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat pengaruh pada model pembelajaran pencapaian konsep terhadap pemahaman konsep matematika siswa. Pengaruh ini juga dapat dilihat dari perbedaan hasil tes pemahaman konsep matematika siswa pada kelas eksperimen yang memperoleh nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 45, sedangkan pada kelas kontrol yang memperoleh nilai tertinggi 75 dan nilai terendah 23 Adanya kelas kontrol sebagai pembanding memperkuat bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan model pencapaian konsep lebih efektif. Dari hasil pengamatan penulis selama proses pembelajaran berlangsung, pembelajaran menggunakan model pencapaian konsep merupakan pengalaman baru bagi guru dan siswa karena model 56 pembelajaran ini belum pernah diterapkan sebelumnya. Selama proses penelitian ada tiga dimensi yang diukur peneliti yaitu : a. Kemampuan menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari Kemampuan menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari diwakili oleh indikator belajar tentang menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan sifat-sifat pangkat rasional. Dalam pelaksanaan pembelajarannya siswa diberikan LKS tentang sifat-sifat pangkat rasional, dimana LKS tersebut disusun berdasarkan tahapan-tahapan model pembelajaran pencapaian konsep, dalam pelaksanaannya peneliti terlebih dahulu mempresentasikan data sampai siswa mengerti tentang konsep materi yang dipelajari. Sifat-sifat pangkat rasional tidak dipresentasikan sekaligus tetapi dipresentasikan satu per satu, setelah siswa mengerti siswa diminta menyelesaikan soal-soal yang terkait dengan konsep yang telah dipresentasikan oleh peneliti kemudian membuat kesimpulan dari konsep tersebut dengan bahasa mereka sendiri. Ketika mengerjakan soal-soal yang terkait dengan konsep- konsep tersebut peneliti mendatangi siswa dan memberi pertanyaan- pertanyaan yang merangsang jalannya fikiran siswa hingga siswa bisa menarik kesimpulan tentang konsep yang dipelajari. Dalam membuat kesimpulan terdapat beberapa siswa yang kurang tepat membuat sebuah kesimpulan, untuk itu diakhir pembelajaran peneliti menyampaikan kesimpulan tentang konsep yang telah dipelajari, dengan tujuan siswa yang salah dalam menarik kesimpulan bisa memperbaikinya. b. Kemampuan mengaitkan berbagai konsep matematika Kemampuan mengaitkan berbagai konsep matematika diwakili oleh indikator menentukan nilai dari suatu persamaan pangkat rasional. Dalam pelaksanaannya siswa diberikan LKS tentang persamaan pangkat rasional, sebelum menguji tahap pencapaian konsep siswa tentang persamaan pangkat rasional, peneliti mengingatkan kembali siswa tentang sifat-sifat pangkat rasional kemudian mempresentasikan tentang konsep-konsep yang terkait dalam menentukan nilai dari suatu persamaan. Dalam proses pembelajaran pencapaian konsep pada 57 pokok bahasan ini, peneliti mengalami sedikit kesulitan sehingga pembelajaran membutuhkan waktu yang lebih lama dari sebelumnya, siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep persamaan kuadrat sehingga kurang bisa menyelesaikan soal-soal tentang konsep persamaan bentuk pangkat. Akan tetapi, peneliti berusaha memberikan stimulus kepada siswa tentang konsep persamaan kuadrat, agar siswa mampu mengingat konsep tersebut dan mengaitkannya dengan konsep yang dipelajari. c. Kemampuan menerapkan konsep secara algoritma Kemampuan menerapkan konsep secara algoritma diwakili oleh dua indikator belajar yaitu: menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan sifat-sifat bentuk akar dan merasionalkan penyebut suatu pecahan. Dalam pelaksanaannya siswa tetap diberikan LKS yang disesuaikan dengan tahap-tahap pembelajaran model pencapaian konsep. Dalam proses pembelajaran pada pokok bahasan ini, pembelajaran berjalan maksimal dikarenakan siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran pencapaian konsep, sehingga peneliti tidak mengalami kesulitan dalam mempresentasikan data seperti pertemuan-pertemuan sebelumya. Sifat-sifat bentuk akar dan cara merasionalkan bentuk akar tidak dipresentasikan sekaligus tetapi dipresentasikan satu per satu, setelah siswa mengerti siswa diminta menyelesaikan soal-soal yang terkait dengan konsep yang telah dipresentasikan oleh peneliti. Siswa lebih mudah memahami dan langsung mampu mengerjakan soal-soal yang terkait, bahkan untuk konsep yang belum dipresentasikan, hampir semua siswa bisa mengerjakan dan menarik kesimpulan dengan benar. Indikator pemahaman konsep pada kelas kontrol, yang diajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional kurang tercapai dengan baik, hal ini terlihat pada proses pembelajaran yang dilakukan selama penelitian berlangsung. Pada dimensi kemampuan menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari, terlihat kurang 58 mampunya siswa mengingat konsep pada saat peneliti melakukan apersepsi, sehingga peneliti seringkali mengulang pembahasan yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya. Pada dimensi kemampuan mengaitkan berbagai konsep matematika, rata-rata siswa mengalami kesulitan, sama halnya pada kelas eksperimen, siswa terlihat kesulitan menghubungkan konsep bentuk pangkat dengan konsep persamaan kuadrat, bahkan siswa kebingungan mengerjakan soal yang berbeda dengan contoh yang telah dijelaskan peneliti. Kemudian pada dimensi kemampuan menerapkan konsep secara algoritma, pada saat peneliti menjelaskan, siswa cepat memahami konsep tersebut. Namun, pada saat mengerjakan latihan yang berbeda dengan contoh, terjadi kesulitan yang sama seperti dimensi kemampuan mengaitkan berbagai konsep matematika, dimana rata-rata siswa tidak bisa mengerjakan latihan yang berbeda dengan contoh.

D. Keterbatasan Penelitian