Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
menjadi penting siswa dilatih mengenali permasalahan sampai dengan melakukan pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang terkait dengan tingkat
perkembangan mental, jenjang pendidikan serta mata pelajaran atau bidang ilmu yang dipelajarinya.
Perlunya siswa SMA mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pemecahan masalah secara eksplisit telah dirumuskan dalam Permen 22 tahun
2006 tentang Standar Isi KTSP umtuk mata pelajaran Biologi SMA-MA, yaitu mata pelajaran Biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis,
induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. Penyelesaian masalah yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pemahaman dalam bidang matematika, fisika, kimia, dan pengetahuan pendukung lainnya.
10
Kemampuan berpikir kreatif dan memecahkan masalah peserta didik juga belum membudaya di Indonesia. Kemampuan pemecahan masalah peserta didik
di Indonesia menurut data PISA 2003 dalam Asikin masih sangat rendah yakni dari 100 peserta didik, 73 peserta didik berada di bawah level 1.
11
Menurut Takwim, kemampuan memecahkan masalah dipandang perlu dimiliki siswa, terutama siswa SMA, karena kemampuan-kemampuan ini dapat
membantu siswa membuat keputusan yang tepat, cermat, sistematis, logis, dan mempertimbangkan berbagai sudut pandang. Sebaliknya, kurangnya kemampuan-
kemampuan ini mengakibatkan siswa pada kebiasaan melakukan berbagai kegiatan tanpa mengetahui tujuan dan alasan melakukannya.
12
Menurut Krulik dan Rudnick, pemecahan masalah adalah tidak hanya sebagai sebuah proses pembelajaran, tetapi juga merupakan cara mengajar. Siswa untuk
menjadi pemecah masalah yang baik good problem solver, mereka harus terus
10
Depdiknas, Sosialisasi KTSP. Jakarta: Ditjen PMPTK, 2006.
11
Asikin dan Pujiadi, “Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Creative Problem Solving CPS berbantukan CD Interaktif terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah pada Siswa SMA
Kelas X ”, Semarang: UNNES, Lembaran Ilmu Kependidikan Jilid 3 No 1 Juni, 2008, h. 44.
http:journal.unnes.ac.id
12
Bagus, Takwim, Mengajar Anak Berpikir Kritis, 2006. Online. www.kompas.-com-
kesehatannews060505093521.htm ,
menerus terpapar dan terlibat secara aktif dalam segala kegiatan pemecahan masalah.
13
Sebagian besar peserta didik terbiasa melakukan hafalan dalam memahami materi Biologi tanpa dibarengi dengan adanya pengembangan keterampilan
berpikir dan memecahkan masalah. Untuk menyikapi permasalahan ini, perlu diupayakan pembelajaran berdasarkan teori kognitif yang di dalamnya termasuk
teori konstruktivisme. Menurut Sushkin dalam Isjoni dalam teori konstruktivisme, dirinya
menyatakan bahwa perlu adanya penekanan kepada peserta didik daripada guru, hal ini disebabkan karena peserta didik yang berinteraksi dengan bahan dan
peristiwa sehingga peserta didik dapat membangun sendiri konsep dan pembuatan penyelesaian kepada masalah.
14
Menurut Gagne dalam Suyatno, dirinya mengatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan hasil belajar
yang paling tinggi.
15
Guru dapat mengadopsi berbagai pendekatan terhadap pembelajaran yang akan mendorong penyelesaian masalah dan investigasi, membangkitkan
keingintahuan alamiah anak-anak dan hasrat mereka untuk belajar. Kegiatan problem solving memberi kesempatan bagi anak-anak untuk menggunakan
imajinasi mereka, mencoba mewujudkan ide-ide mereka, dan berpikir tentang berbagai macam kemungkinan.
Agar proses pembelajaran Biologi dapat berhasil sesuai dengan harapan maka perlu adanya penggunaan model pembelajaran yang dipandang sangat penting.
Penggunaan model pembelajaran disesuaikan dengan materi pelajaran yang memiliki karakteristik yang berbeda dan beragam karakteristik peserta didik
dilihat dari tipe belajar visual, auditif dan kinestetis, serta menghindari kejenuhan saat belajar. Guru harus mampu berinovasi dalam hal model
13
Stephen Krulik dan Jesse Rudnick, Problem Solving: a Handbook for Senior High School Teachers, Massachusetts: Gould Street Neidham Heights, 1989, h. 49.
14
Isjoni, op. cit., h. 48.
15
Suyatno, op. cit., h. 9.
pembelajaran sehingga penyampaian materi pelajaran menjadi lebih baik dan sangat mempengaruhi behavior change yang diharapkan untuk peserta didik.
Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik berlatih memecahkan masalah secara kreatif adalah model pembelajaran Creative Problem
Solving CPS. Menurut Baer dalam Ismiyanto, Creative Problem Solving CPS merupakan salah satu model pembelajaran yang dipandang efektif dapat
membantu pemecahan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.
16
Menurut Karen dalam Zainab model Creative Problem Solving CPS adalah suatu
metode pembelajaran yang berpusat pada keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan kreativitas.
17
Pemecahan masalah dapat dipandang sebagai proses, sebab dalam pemecahan masalah Biologi akan ditemukan dan digunakan kombinasi aturan-aturan yang
telah diketahui untuk digunakan dalam memecahkan masalah itu. Membelajarkan Biologi dengan strategi pemecahan masalah secara kreatif akan memungkinkan
peserta didik lebih kritis, kreatif dan analitis, dalam menanggapi suatu permasalahan yang muncul, baik permasalahan Biologi maupun permasalahan di
dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan permasalahan di atas peneliti bermaksud menerapkan suatu
model pembelajaran
yang melibatkan
peserta didik
untuk mencari
pengetahuannya sendiri serta dapat mengetahui hasil belajar Biologi dengan model pembelajaran berdasarkan pemecahan masalah secara kreatif Creative
Problem Solving.
16
Ismiyanto, Implementasi Creative Problem Solving dalam Pembelajaran Menggambar: Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar, Semarang: Jurnal Kependidikan, Vol. VI
No. 2, Juli 2010, h. 104. http:journal.unnes.ac.id
17
Zainab, Metode Creative Problem Solving CPS dalam Pembelajaran Matematika, Palembang: Himma, 2012, h. 3.
http:blog.unsri.ac.iduserfilesMETODE20CREATIVE20PROBLEM20SOLVING.pdf