Perlindungan Terhadap Anak Menurut Undang-Undang

“Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.” Perlindungan anak dapat diartikan sebagai segala upaya yang ditujukan untuk mencegah, rehabilitasi, dan memberdayakan anak yang mengalami tindak perlakuan salah child abused eksploitasi, dan penelantaran, agar dapat menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak secara wajar, baik fisik, mental, dan sosialnya. Maka diperlukan peran serta orang tua, masyarakat dan Negara untuk memberikan perlindungan terhadap anak. Dalam usaha perlindungan terhadap dapat dilakukan perlindungan secara langsung 54 dan perlindungan tidak langsung. 55 Perlindungan anak berhubungan dengan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu: 56 1 Luas lingkup perlindungan: a. Perlindungan yang pokok meliputi antara lain: sandang, pangan, pemukiman, pendidikan, kesehatan, hukum b. Meliputi hal-hal yang jasmaniah dan rohaniah c. Mengenai pula penggolongan keperluan yang primer dan sekunder yang berakibat pada prioritas pemenuhannya 2 Jaminan Pelaksanaan Perlindungan: 54 Perlindungan secara langsung merupakan usaha yang langsung berkaitan dengan kepentingan anak antara lain pencegahan dari segala sesuatu yang dapat merugikan atau mengorbankan kepentingan anak disertai pengawasan supaya anak berkembang dengan baik dan penjagaan terhadap gangguan dari dalam dirinya dan luar dirinya. 55 Perlindungan tidak langsung adalah: 1 mencegah orang lain merugikan kepentingan anak melalui peraturan perundang-undangan 2 meningkatkan pengertian tentang hak dan kewajiban anak 3 pembinaan mental, fisik, sosial para partisipan lain dalam rangka perlindungan anak 4 penindakan mereka yang menghalangi usaha perlindungan anak. 56 Apong Herlina, Perlindungan Anak Jakarta, Unicef Indonesia, t,t h.11 a. Sewajarnya untuk mencapai hasil yang maksimal perlu ada jaminan terhadap pelaksanaan kegiatan perlindungan ini, yang dapat diketahui dirasakan oleh pihak- pihak yang terlibat dalam kegiatan perlindungan. b. Sebaiknya jaminan ini dituangkan dalam suatu pertauran tertulis baik dalam bentuk peraturan perundang-undangan atau peraturan daerah, yang perumusannya sederhana tetapi dapat dipertanggung jawabkan serta di sosialisasikan secara merata dalam masyarakat. c. Pengaturan harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi di Indonesia tanpa mengabaikan cara-cara perlindungan yang dilakukan di negara lain, yang patut dipertimbangkan dan ditiru peniruan yang kritis. Perlindungan anak diusahakan oleh setiap orang baik orangtua, keluarga, masyarakat, pemerintah maupun Negara. Pasal 20-26 UU No.23 Tahun 2002 menentukan Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak. Jadi yang mengusahakan perlindungan anak adalah setiap anggota masyarakat sesuai dengan kemampuannya dengan berbagai macam usaha dalam situasi dan kondisi tertentu. Setiap warga negara ikut bertanggung jawab terhadap dilaksanakannya perlindungan anak demi kesejahteraan anak. Kebahagian anak merupakan kebahagian bersama, kebahagiaan yang dilindungi adalah kebahagiaan yang melindungi. Tidak ada keresahan pada anak, karena perlindungan anak dilaksanakan dengan baik, anak menjadai sejahtera. Kesejahteraan anak mempunyai pengaruh positif terhadap orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara. Koordinasi kerjasama kegiatan perlindungan anak perlu dilakukan dalam rangka mencegah ketidak seimbangan kegiatan perlindungan anak secara keseluruhan. Dalam penjelasan Undang-undang No.4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, mengemukakan bahwa oleh karena anak, baik secara rohani, jasmani dan sosial belum memiliki kemampuan untuk berdiri sendiri, maka menjadi kewajiban orang tua, keluarga, masyarakat dan pemerintah untuk menjamin, memelihara dan mengamankan kepentingan anak. Pemeliharaaan, jaminan dan pengamanan kepentingan itu selayaknya dilakukan oleh pihak yang mengasuhnya dibawah pengawasan dan bimbingan Negara dan pemerintah. Asuhan anak, pertama-tama dan utama menjadi kewajiban dan tanggung jawab orang tua dilingkungan keluarga, tetapi demi kelangsungan tata sosial maupun untuk kepentingan anak itu sendiri, maka perlu ada pihak-pihak lain yang melindunginya seperti peran masyarakat sekitar dan lembaga-lembaga sosial lainnya. Jadi bisa dapat disimpulkan bahwa perlindungan terhadap anak adalah segala kegiatan, usaha dan cara untuk menjamin dan melindungi hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan kekerasan dan diskriminasi. Perlindungan anak adalah suatu usaha mengadakan kondisi dan situasi, yang memungkinkan pelaksanaan hak dan kewajiban anak secara manusiawi positif, yang merupakan pula perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat. Dengan demikian, perlindungan anak harus diusahakan dalam berbagai bidang penghidupan dan kehidupan bernegara, bermasyarakat, dan berkeluarga berdasarkan hukum demi perlakuan benar, adil, dan kesejahteraan anak. Melindungi anak adalah melindungi manusia, dan membangun manusia seutuhnya. Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang berbudi luhur. Mengabaikan perlindungan terhadap anak, berakibat dapat menimbulkan berbagai permasalahan sosial yang mengganggu penegakan hukum ketertiban, keamanan, dan pembangunan nasional. Perlindungan terhadap anak bukan dalam keadaan yang sulit dan tertindas sehingga perlu dilindungi, akan tetapi juga memasuki wilayah kesejahteraan anak yang lebih luas baik secara sosial, ekonomi sosial dan budaya bahkan politik. Hak anak untuk terjamin kebebasannya menyatakan pendapat dan memperoleh informasi merupakan wujud dari perluasan hak-hak dan perlindungan anak yang lebih maju progressive rights. 57 57 Muhammad Joni, Zulchaiana, Aspek Hukum Perlindungan Anak Dalam Perspektif Konvensi Hak-Hak Anak, Bandung PT. Citra Aditya Bakti, : 1999 h.35

BAB IV TINJAUAN HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

TERHADAP KASUS ARUMI BACHSIN

A. Kasus Arumi Bachsin

Kenyataan menunjukan bahwa banyak keluarga sejak zaman dahulu hingga kini, menghadapi maslah dengan anak pada masa remaja. Remaja yang baru meninggalkan masa kanak-kanak dan bertumbuh, serta berkembang tampak agresif, suka memberontak, dan seolah-olah ingin terus menentang. Hal semacam ini sering pula sampai menimbulkan tragedi. Orang tua pun bermusuhan dengan anak remaja mereka. Remaja tampak seolah-olah bertindak hendak menyaingi orang tua, dan orang tua pun menuduh anak remaja mereka keras kepala, suka membangkang. Demikianlah sampai terjadi tuduh menuduh dan saling mempersalahkan. dan jurang pemisah pun timbul, bahkan sering merupakan hal yang sangat menjengkelkan diantara angkatan tua dan angkatan muda. dan jurang pemisah itu akan semakin dalam kalau orang tua tidak mau bertindak sebagaimana layaknya. 58 Bagaimanapun juga, anak tetap merupakan tumpuan harapan. Meskipun anak yang sedang memasuki masa remaja itu tampak lebih agresif, hal itu hanya merupakan tanda yang menunjukan bahwa si anak sedang hendak memasuki era baru dalam hidupnya. Hal ini juga memberikan amaran kepada orang tua supaya bersiap-siap menerima kedatangan mereka di dunia yang baru itu, dunia remaja yang lain coraknya dari dunia masa kanak- kanak. 59 58 E.H. Tambunan, Remaja Sahabat Kita, Bandung,Indonesia Publishing House, 1981 h.1 59 “Ibid” h.33 Dua isu utama pada remaja yang terkait dengan perkembangan adalah masalah individu dan seksualitas. Umumnya para remaja mulai “menarik diri” dari banyak nilai-nilai values yang selama ini didapatkannya. Pada tahun-tahun “rawan” ini para remaja malah mengambil nilai-nilai dari per groupnya kelompok dan budaya yang melingkar disekitar hidupnya. Ia mulai enggan untuk bergabung dengan acara-acara keluarga dan malah lebih sering bergabung dengan teman-temannya. 60 Dalam kaitannya dengan Arumi dimana seorang gadis yang sudah mulai beranjak remaja dimana suasana peralihan dari anak keremaja inilah malah cendurung melawan setiap pendapat orang tuanya. Permasalahan yang terjadi antara Arumi dengan orang tuanya, yang penulis dapatkan dari berbagai sumber. Diantaranya, sumber media elektronik, media online, media cetak dan pihak-pihak yang terkait dalam permasalahan ini. Seperti Lembaga KPAI yang memberikan perlindungan terhadap Arumi dan kuasa hukum 61 dari orang tua Arumi, Minola Sebayang dan Rekan. Permasalahan Arumi dengan orang tuanya disebabkan karena perjodohan paksa dan kekerasan. 62 Dari kedua unsur inilah terjadi hubungan yang tidak harmonis antara Arumi dengan orang tuanya yang mengakibatkan Arumi kabur dari rumah untuk meminta perlindungan kepada KPAI sebagai lembaga Negara yang bertugas memberikan perlindungan terhadap anak. Dalam permasalahan perjodohan paksa Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak telah sangat jelas disebutkan pada Pasal 26 Ayat 1: “Orang tua berkewajiban mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak. orang tua berkewajiban untuk menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuannya dan 60 http:cemara.com, Artikel di-Akses pada Jumat 26 Agustus 2011 61 Kuasa hukum adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik didalam maupun diluar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan undang-undang No 18 tahun 2003. Lihat Afni Guza, Undang-undang Tentang Enam Hukum, Jakarta, Asa Mandiri, 2009 h.360 62 Menurut sumber yang penulis dapatkan dari pihak KPAI. Lihat hasil wawancara penulis, h.3

Dokumen yang terkait

Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Penelantaran Anak Dari Perspektif Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 jo Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak

3 72 99

Analisis Hukum Terhadap Tabanni (Pengangkatan Anak) Menurut Fikih Islam dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

2 78 131

Perlindungan Hukum Anak Angkat Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Ditinjau Dari Hukum Islam

1 39 137

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Akibat Perceraian Orang Tua di Pengadilan Agama Padang Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

0 0 6

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Akibat Pembatalan Perkawinan Orang Tua Dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindunga.

0 0 2

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG MENGONSUMSI ROKOK DIHUBUNGKAN DENGAN TANGGUNG JAWAB ORANG TUA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK.

0 0 2

KEWAJIBAN NEGARA TERHADAP ANAK-ANAK JALANAN YANG MASIH MEMILIKI ORANG TUA YANG TINGGAL DI RUMAH SINGGAH DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DAN UNDANG-UNDANG.

0 0 1

Pencabutan Kuasa Asuh Orang Tua Terhadap Anak Sah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

0 1 15

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

0 2 122

ADVOKASI BP3AKB TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK JO UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

0 0 12