Hak-hak Anak Dalam Islam
lantaran hak-hak anak tersebut termasuk kedalam salah satu kewajiban orang tua terhadap anak yang telah digariskan Islam, yakni memelihara anak sebagai amanah Allah
SWT yang harus dilaksanakan dengan baik. Islam telah memerintahkan kepada orang tua untuk memenuhi hak-hak anak.
Karena anak merupakan anugerah dan amanat dari Allah SWT kepada orang tua. Hak- hak anak dalam Islam dimulai sejak anak dalam kandungan hingga mencapai kedewasaan
secara fisik maupun psikis. Oleh karena itu, Islam memerintahkan dan memperhatikan kepada setiap orang tua untuk bertanggung jawab pada keturunan dan mempersiapkan
perlengkapan baginya. Masing-masing tumbuh bebas dari gangguan-gangguan, jauh dari kebinasaan-kebinasaan.
24
Hak-hak tersebut antara lain:
1 Hak Penjagaan dan Pemeliharaan
Agama islam memerintahkan kepada para pemeluknya agar selalu berusaha menjaga kehidupan putera-puterinya. dan yang demikian ini, juga berlaku bagi orang-orang
kafir. Sebagimana telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW yang melarang membunuh wanita dan anak-anak, sekalipun dalam keadaan perang, ketika beliau
terlibat dalam suatu peperangan dengan orang-orang kafir.
25
Nampak dengan jelas bahwa petunjuk Islam bagi ummatnya dalam hal menjaga dan memelihara anak-anak, serta selalu berusaha untuk bersikap lemah lembut kepada
anak-anak, merupakan salah satu kewajiban yang harus dipatuhi oleh para pemeluk agama Islam.
2 Hak Nasab Keturunan
24
Ali Yusuf As-Subki, Fiqih Keluarga Pedoman Berkeluarga Dalam Islam, Jakarta: Sinar Grafika 2010 h.252
25
Abdur Razaq Husein, Hak-hak Anak Dalam Islam, Jakarta, Fikahati Aneska, 1992 h.51
Ketururnan merupakan ikatan yang mulia dan hubungan yang agung serta besar derajatnya. Sehingga Allah SWT telah menjadikan hikmah kemuliaan nasab tersebut
pada asal kejadian seorang anak. Bahwa, tiada daya dan kekuatan seorang anak diciptakan dengan tidak bisa apa-apa dan tidak mampuh untuk melakukan sesuatau.
Sehingga dengan kebesaran Allah SWT dan rahmat-Nya Allah telah menaruhkan kepada semua orang tua akan kecintaannya kepada anak-anaknya.
Agama telah mengatur sebab yang jelas untuk adanya keturunan. Yaitu, hubungan laki-laki dengan perempuan dengan jalan yang halal seperti pernikahan. Keturunan
bukan saja merupakan hak Allah SWT semata, melainkan berhubungan dengan hak ibu, hak ayah dan hak anak itu sendiri.
26
Seorang anak wajib mengetahui tentang keturunannya. Karena asal-usul yang menyangkut keturunannya itu sangat penting, terutama bekalnya dalam menempuh
kehidupan di masyarakat kelak. Dengan demikian ketetapan dan kejelasan nasab anak terhadap ayahnya merupakan hak anak yang perlu dipenuhi oleh para orang tua.
Sedangkan kejelasan tentang nasab bagi seorang anak, dapat merupakan pemacu dan memotivasi anak dalam memenuhi hak dan kewajibannya, bahkan juga akan
melahirkan ketenangan dan ketentraman jiwa bagi si anak sendiri.
27
26
Mengenai kaitannya dengan hak Allah SWT. Karena dengan adanya nasab akan menimbulkan kemaslahatan bagi seluruh manusia. Islam memerintahkan kepada pemeluknya untuk mendapatkan keturunan
dengan perkawinan yang sah Kaitannya dengan hak ibu, karena sudah jelas dalam hak ini menjaga anak dari kesia- siaan dan menghilangkan dugaan berjinah terhadap dirinya. Dalam hal ini seorang ibu bisa dibenarkan jika ada yang
mengaku anaknya, selagi anak tersebut ada dalam kekuasaan ibu. Kaitannya dengan hak bapak, karena seorang bapak berkewajiban untuk untuk membiayai dan memberi nafkah kepada si anak. Kaitannya dengan hak anak,
karena untuk membela si anak dari celaan karena dianggap anak jinah. Lihat, Badran Abulainin Badran, Hak-hak Anak Dalam Syariat Islam dan Undang-undang Iskandariyah, 1981 h.3
27
Abdur Razaq Husein, Hak-hak Anak Dalam Islam, h.53
3 Hak Menerima Nama Yang Baik
Islam menetapkan bahwa salah satu hak anak dari orang tuanya adalah memberinya dengan nama yang baik. Sebab dia akan dipanggil ditengah-tengah masyarakat
dengan nama yang diberikan oleh orang tuanya. Islam memberi petunjuk hendaknya seorang anak diberi nama yang baik, agar nama yang baik tersebut dapat memotivasi
untuk bertingkah laku sesuai dengan namanya dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan kata lain, makna nama yang baik itu dapat berpengaruh dan memberi warna
pada kehidupan anak tersebut.
28
Bahkan begitu pentingnya akan arti sebuah nama, Islam mengajarkan agar anak yang dilahirkan dan meninggal diluar kandungan ibunya diharuskan diberi nama juga. Hal
itu dimaksudkan agar pada Hari Kiamat kelak mereka akan dipanggil menurut namanya.
29
4 Hak Menyusui
Islam telah mensyariatkan kepada seluruh ummatnya bahwa dalam hal seorang ibu menyusui anak-anaknya, lamanya minimal 2 tahun. yang ditujukan agar anaknya
sehat, kuat dan bertenaga, yang diikuti dengan perkembangan tubuh dan jiwa yang normal dan sempurna, baik lahir maupun batin. Sebagaimana Firman Allah dalam
surat Al-Baqarah 233:
28
“Ibid” h.56
29
Kelak pada Hari Kiamat, engkau akan dipanggil menurut namamu dan nama ayahmu. Maka baguskanlah namamu. HR. Abu Dawud
Artinya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah
memberi makan dan Pakaian kepada para ibu dengan cara maruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan Karena anaknya dan seorang ayah Karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.
apabila keduanya ingin menyapih sebelum dua tahun dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya.
dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang
patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.Al-baqarah:233
Dalam hal memberikan ASI kepada si anak semua ulama fiqh seperti imam Hanafi,
Imam Maliki dan Hambali mengatakan wajib.
30
Adapun yang menjadi perbedaan pendapat disini yaitu, dalam hal kewajibannya secara langsung atau tidak langsung
memberikan ASI terhadap anak.
30
Menurut Imam Hanafi, seorang ibu tidak boleh dipaksa untuk menyusui anaknya kecuali dalam hal tertentu yaitu, 1 Tidak ada seorang pun yang menyusui kecuali ibunya. 2 Apabila bapaknya faqir miskin tidak
mampuh untuk membayar orang untuk menyusui bayi tersebut. 3 Apabila tidak ada makanan yang dapat dimakan oleh bayi kecuali ASI ibunya. Maka dalam keadaan seperti ini ibu boleh dipaksa untuk menyusui secara langsung,
dengan alasan untuk menjaga kelelahan bagi bayi. Imam Maliki mengatakan, wajib seorang ibu untuk menyusui anaknya.
Imam Hambali mengatakan,kewajiban untuk menyusui si anak adalah tanggung jawab bagi bapaknya. Jadi, tidak boleh seorang ibu dipaksa untuk menyusuinya. Badrun Ainun Badrun, Hak-hak Anak Dalam Syariat Islam dan
Perundang-undangan, Iskandariyah, 1981 h.49
5 Hak Mendapatkan Asuhan
Pada setiap keluarga muslim, pemberian jaminan pada setiap anak dalam keluarga akan mendapatkan asuhan
31
yang baik, adil merata dan bijaksana, merupakan suatu kewajiban bagi kedua orang tua. Karena jika asuhan terhadap anak-anak tersebut
sekali saja kita abaikan, maka niscaya mereka akan menjadi rusak. Minimal tidak akan tumbuh dan berkembang secara sempurna. Untuk itu setiap keluarga muslim
terutama kedua orang tua harus mengasuh
32
anak-anaknya dengan cara yang baik, melindungi, menjaga serta merawat mereka dengan penuh kasih sayang.
33
6 Hak Menerima Harta Benda Warisan
Metode Islam dalam menjaga hak-hak anak atas harta bendanya, berpedoman kepada makna atau ta’rif dari hak-hak anak tersebut. Sehingga berbagai himbauan, petunjuk
penjagaan atas mereka itu dilakukan dengan sebaik-baiknya. Demi pemeliharaan hak-hak anak, maka semenjak tangisan pertama anak dilahirkan,
telah ditetapkan baginya haknya, yakni hak waris atasnya.
34
7 .Hak Mendapatkan Pendidikan dan Pengajaran
Semua anak yang dilahirkan kedunia ini, selalu dalam keadaan suci, tidak bernoda dan tidak bercacat sedikit pun. Ditangan masyarakat lah perubahan anak akan terjadi.
31
Menurut Imam Hanafi, apabila pengasuh tersebut masih isteri dari bapak si anak, atau dalam masa iddah talaq raj’i tidak berhak menerima upah dari pengasuhan tersebut karena termasuk nafkah seorang isteri atu nafkah
iddah. Menurut Imam Syafi’I, Maliki dan Hambali berpendapat boleh menuntut upah atas pengasuhan tersebut. “Ibid” h.
61
32
Menurut Imam Syafi’I Syarat pengasuhan ada 7 tujuh macam yaitu 1 berakal, 2 merdeka, 3 beragama, 4 bisa menjaga diri, 5 bisa dipercaya, 6 tidak menikah dengan laki-laki lain, 7 mampuh
melaksanakannya. Lihat Wahab Zuhaili, Fiqih Imam Syafi’I, Jakarta, Almahira, 2010 h.66
33
Abdur Razaq Husein, Hak-hak Anak Dalam Islam, h.59
34
Ibid, h.69
yang tergantung sepenuhnya dari bentuk dan corak masyarakat dimana anak itu hidup. Jadi kesucian seorang anak, akan dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya.
35
Pendidikan anak yang benar dan lurus di masa sekarang, akan menghasilkan keadaan yang baik dan cerah dimasa yang akan datang. Sebaliknya kekeliruan pendidkan anak
di masa kini, hanya akan menjanjikan kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan kebobrokan, kerusakan moral serta kehancuran akhlak dimasa depan.
Dari uraian di atas, kita bisa mengetahui dengan baik bahwa Islam telah menerapkan hak- hak untuk anak, ini termasuk yang dinasihatkan kepada orang tua untuk sungguh-sungguh
menepatinya. Orang tua harus memberikan nasihat yang baik kepada anak-anaknya, setiap orang tua harus mendidik anak-anaknya dengan pendidikan Islam yang benar.
Anak yang dipenuhi dan dikabulkan hak-haknya akan memiliki sikap positif terhadap kehidupan. Ia akan belajar bahwa dalam hidup ini harus bersikap saling memberi dan menerima.
Sekaligus melatih dirinya agar bisa tunduk kepada kebenaran. Keteladanan yang baik dan sikap adil terhadap anak yang bersedia menerima kebenaran akan membuat dirinya terbuka. Bahkan ia
akan mampuh mengaktualisasikan jati dirinya dan berani menuntut hak-haknya. Jika tidak potensinya aka terberangus dan terpadamkan.
36
35
Seperti pendapat Imam Al-Ghazali, anak adalah amanat bagi orang tuanya, hatinya bersih, suci dan polos, kosong dari segala ukiran dan gambaran. Hal ini sejalan dengan hadis nabi Muhammad SAW yang
diriwayatkan oleh Muslim: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan yang suci bersih, maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan anak itu Yahudi, Nasrani ataupun Majusi.” Abdul Qadir Jaelani, Keluarga Sakinah, Surabaya,
PT.Bina Ilmu,1995 h.215
36
Muhammad Ibnu Abdul Suwaid, Cara Nabi Mendidik Anak, Jakarta, Al-I’htisom Cahaya Umat, 2004 h.65