Pada sisi lain, kesadaran akan pentingnya konsumsi pangan beranekaragam menyebabkan ketergantungan terhadap satu jenis pangan dapat dicegah sehingga
akan memantapkan ketahanan pangan rumah tangga Khomsan, 2012. Semakin banyak jenis pangan yang dikonsumsi, semakin kuat ketahanan pangan Khaeron,
2012. Penganekaragaman pangan atau diversifikasi pangan terbagi menjadi 3 tiga
golongan yaitu Cahyani, 2008 : 1.
Diversifikasi horizontal merupakan upaya penganekaragaman produk yang dihasilkan dari sisi penawaran dan produk yang dikonsumsi dari sisi
permintaan pada tingkat individu, rumah tangga maupun perusahaan. Secara prinsip diversifikasi horizontal adalah pengekaragaman antar komoditas.
2. Diversifikasi vertikal merupakan upaya pengembangan produk pangan pokok
menjadi produk baru untuk keverluan pada tingkat konsumsi. Secara prinsip diversifikasi pangan vertikal adalah upaya pengembangan produk setelah
panen didalamnya termasuk kegiatan pengolahan hasil dan limbah pertanian. Diversifikasi vertikal ini dimaksudkan untuk meningkatkan nilai tambah dari
komoditas pangan agar lebih berdaya guna bagi kebutuhan manusia. 3.
Diversifikasi regional merupakan diversifikasi antara wilayah dan sosial budaya yaitu upaya penganekaragaman pangan yang dikonsumsi berdasarkan
potensi pangan lokal.
2.6 Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
Pelaksanaan kegiatan P2KP merupakan implementasi dari Rencana Strategis Kementerian Pertanian yaitu Empat Sukses Pertanian. Salah satu dari Empat Sukses
tersebut adalah Peningkatan Diversifikasi Pangan, yang merupakan salah satu kontrak kerja antara Menteri Pertanian dengan Presiden Republik Indonesia pada tahun 2009-
2014. Tujuannya adalah untuk meningkatkan keanekaragaman pangan sesuai dengan karakteristik wilayah. Kontrak kerja ini merupakan tindak lanjut dari Peraturan
Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, yang ditindaklanjuti oleh Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 43PermentanOT.140102009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Peraturan
tersebut kini menjadi acuan untuk mendorong upaya penganekaragaman konsumsi pangan dengan cepat melalui basis kearifan lokal serta kerja sama terintegerasi antara
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Di tingkat provinsi, kebijakan tersebut telah ditindaklanjuti melalui surat edaran atau Peraturan Gubernur Pergub,
dan di tingkat kabupatenkota ditindaklanjuti dengan surat edaran atau Peraturan BupatiWalikota PerbupPerwalikota Badan Ketahanan Pangan, 2014.
2.6.1 Ruang Lingkup Kegiatan P2KP
1. Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui Konsep KRPL
Optimalisasi pemanfaatan pekarangan merupakan upaya pemberdayaan wanita dalam mengoptimalkan pekarangan sebagai sumber pangan. Upaya ini
dilakukan dengan membudidayakan berbagai jenis tanaman sesuai kebutuhan keluarga seperti aneka sayuran, buah serta budidaya ternak dan ikan sebagai
tambahan untuk ketersediaan sumber karbohidrat, vitamin, mineral dan protein bagi keluarga di kawasan perumahanwarga yang berdekatan. Dengan demikian akan
terbentuk sebuah kawasan yang kaya akan sumber pangan. Pendekatan
pengembangan ini dilakukan dengan mengembangkan pertanian berkelanjutan sustainable agriculture, antara lain dengan membangun kebun bibit dan
mengutamakan sumber daya lokal disertai dengan pemanfaatan pengetahuan lokal local wisdom,sehingga kelestarian alampun tetap terjaga. Implementasi kegiatan ini
disebut Kawasan Rumah Pangan Lestari Badan Ketahanan Pangan, 2014. Kelompok sasaran kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan adalah
kelompok wanita yang beranggotakan minimal 30 rumah tangga yang berdomisili berdekatan dalam satu desa sehingga membentuk kawasan. Setiap anggota wajib
memanfaatkan pekarangan dengan menanam tanaman sumber pangan sayur, buah, umbi ataupun memelihara ternak dan ikan. Tujuannya adalah mencukupi
ketersediaan pangan dan gizi di tingkat rumah tangga. Hasil dari usaha pekarangan ini diutamakan untuk dikonsumsi oleh rumah tangga bersangkutan dan apabila berlebih
dapat dibagikandisumbangkan kepada anggota kelompok atau secara bersama-sama dijual oleh kelompok Badan Ketahanan Pangan, 2014.
Adapun kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh calon kelompok ini yaitu : a.
Kelompok wanita yang beranggotakan minimal 30 rumah tangga yang berdomisili berdekatan dalam satu kawasan, sehingga dapat membentuk
kawasan pekarangan dengan konsep KRPL. b.
Bukan kelompok penerima bansos lainnya ditahun berjalan. c.
Memiliki struktur organisasi yang jelas dan diketahui kepala desa. d.
Mampu menyediakan lahan untuk kebun bibit bukan menyewa lahan dan memeliharanya untuk kepentingan anggota kelompok dan masyarakat desa
lainnya surat pernyataan.
e. Mampu mengelola keuangan kelompok dan melaksanakan kegiatan secara
berkesinambungan surat pernyataan. f.
Khusus untuk daerah yang sulit memenuhi jumlah anggotanya dapat mengambil anggota kelompok dari desa terdekat dan nama desa yang
ditetapkan sebagai penerima manfaat adalah desa dengan jumlah anggota rumah tangga terbanyak.
Kelompok wanita pelaksana optimalisasi pemanfaatan pekarangan dengan konsep KRPL ini diberikan dana bantuan sebesar Rp. 47.000.000,- empat puluh
tujuh juta rupiah yang dimanfaatkan untuk pengembangan pekarangan anggota dan demplot, kebun bibit, pengembangan kebun sekolah, serta pengembangan menu
B2SA dari hasil pekarangan. Apabila kelompok tidak dapat memanfaatkan bantuan sosial ini maka pemberi bantuan berhak mencabut seluruh dana tersebut secara
sepihak. Rincian kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok ini adalah :
1. Melaksanakan sosialisasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan oleh penyuluh pendamping kepada kelompok penerima manfaat melalui
metode Sekolah Lapangan SL. 2. Melaksanakan pengembangan demplot pekarangan sebagai Laboratorium
Lapangan LL sekaligus sebagai pekarangan percontohan. 3. Mengembangkan kebun bibit kelompok yang diarahkan untuk menjadi
cikal bakal kebun bibit desa
4. Mengembangkan pekarangan milik anggota kelompok penerima manfaat sesuai hasil musyawarah anggota sesuai dengan potensi wilayah maupun
kebutuhan anggota. 5. Setiap desa P2KP harus membina satu sekolah untuk mengembangkan
kebun sekolah dengan tanaman sayuran, buah-buahan dan umbi-umbian. 6. Tanaman yang dibudidayakan adalah sayur, buah maupun umbi-umbian
dengan memperhatikan sistem rotasi tanaman. 7. Membudidayakan unggas atau ternak kecil.
8. Mengenalkan beberapa organism pengganggu tanaman. 9. Melakukan pertemuan kelompok secara periodik minimal satu kali
sebulan. 10. Melakukan penyuluhan tentang pangan yang beragam, bergizi seimbang
dan aman untuk hidup sehat, aktif dan produktif. 11. Demonstrasi penyiapan pangan dan penyiapan menu makanan yang
beragam, bergizi, seimbang dan aman. 2.
Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal MP3L. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengembangkan pangan lokal sumber
karbohidrat selain beras dan terigu yang secara khusus dipersiapkan untuk mendukung pelaksanaan program pangan bersubsidi bagi keluarga berpendapatan
rendah. Kegiatan ini dilaksanakan melalui kerja sama dengan perguruan tinggi dan berbagai instansi terkait yang bertujuan untuk Badan Ketahanan Pangan, 2014:
a. Mengembangkan berasnasi “non beras” sumber karbohidrat yang dapat
disandingkan dengan berasnasi, berbahan baku sumber pangan lokal;
b. Mengembalikan kesadaran masyarakat untuk kembali pada pola konsumsi
pangan pokok asalnya melalui penyediaan bahan pangan non-berasnon-terigu dari sumber pangan lokal;
c. Perbaikan mutu konsumsi pangan masyarakat melalui penurunan konsumsi
beras dan peningkatan konsumsi pangan pokok selain beras yang diimbangi dengan konsumsi pangan hewani serta sayur dan buah.
3. Sosialisasi dan Promosi P2KP
Kegiatan Sosialisasi
dan Promosi
P2KP dimaksudkan
untuk memasyarakatkan dan membudayakan pola konsumsi pangan B2SA kepada
masyarakat melalui upaya-upaya penyebarluasan informasi, penyadaran sikap dan perilaku serta ajakan untuk memanfaatkan pangan lokal sebagai sumber gizi keluarga
demi terciptanya pola hidup yang sehat, aktif dan produktif Badan Ketahanan Pangan, 2014
2.6.2 Tujuan Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
Secara umum tujuan program P2KP adalah untuk memfasilitasi dan mendorong terwujudnya pola konsumsi pangan masyarakat yang B2SA yang
diindikasikan dengan meningkatnya skor PPH Badan Ketahanan Pangan, 2014. Adapun tujuan khusus program P2KP adalah untuk Badan Ketahanan
Pangan, 2014: a.
Meningkatkan kesadaran, peran, dan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan pola konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang dan
Aman B2SA serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan pokok beras;
b. Meningkatkan partisipasi kelompok wanita dalam penyediaan sumber pangan
dan gizi keluarga melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan sebagai penghasil sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral untuk konsumsi
keluarga; dan c.
Mendorong pengembangan usaha pengolahan pangan skala Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM sumber karbohidrat selain beras dan terigu
yang berbasis sumber daya dan kearifan lokal.
2.7 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori Lawrence Green 1980 Sebagaimana kita ketahui bahwa pola makan adalah perilaku yang ditempuh
seseorang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap hari meliputi jenis makanan, jumlah makanan dan frekuensi makanan yang
berdasarkan pada faktor-faktor sosial, budaya dimana mereka hidup. Perilaku sangat Faktor Predisposisi
Predisposing factors :
Jumlah anggota keluarga
Pendidikan
Faktor Pendukung Enabling Factors :
Lingkungan Perilaku Pola
Konsumsi
Faktor pendorong Reinforcing Factors :
Undang-Undang Peraturan pemerintah
Program Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan
mempengaruhi seseorang dalam bertingkah laku. Menurut Green dalam Notoadmodjo 2005, perilaku dipengaruhi oleh 3 tiga faktor utama yaitu :
1. Faktor Predisposisi predisposing factors, yaitu : Faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku pada diri seseorang atau
masyarakat, seperti : umur, pengetahuan, pengalaman, pendidikan, sikap, keyakinan, jumlah anggota keluarga dan lain sebagainya.
2. Faktor Pendukung enabling factors, yaitu : faktor yang mendukung timbulnya perilaku seperti lingkungan fisik, dana dan sumber daya yang ada di masyarakat.
3. Faktor Pendorong reinforcing factors, yaitu : faktor yang memperkuat atau mendorong seseorang untuk berperilaku. Kadang-kadang sekalipun seseorang
tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Sehingga harus didorong dengan adanya tokoh masyarakat, peraturan, undang-undang,
surat keputusan dari para pejabat pemerintahan pusat atau daerah, didalam hal ini adalah Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan merupakan
faktor penguat perilaku pola konsumsi.
2.8 Kerangka konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini diambil dari skema Green 1980 seperti yang dapat dilihat dibawah ini :
Gambar 2.2 Kerangka konsep
Kerangka konsep diatas dapat dijelaskan bahwa program P2KP dengan kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan dengan konsep kawasan rumah
pangan lestari dapat mempengaruhi pola konsumsi yang meliputi jenis, jumlah dan frekuensi. Pola konsumsi dapat mempengaruhi tingkat kecukupan energi, tingkat
kecukupan protein dan tingkat keragaman konsumsi pangan. Pola
Konsumsi:
- - Jenis
- - Jumlah
- - Frekuensi
Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi
Pangan:
- Optimalisasi pemanfaatan
pekarangan melalui konsep KRPL
- Tingkat kecukupan energi
- Tingkat kecukupan
Protein - Tingkat
Keragaman Konsumsi Pangan
25
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain penelitian cross-sectional, untuk mengetahui gambaran pola konsumsi pangan keluarga peserta program P2KP
di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014.
3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli, karena di kelurahan tersebut terdapat satu kelompok P2KP yang skor PPH nya berada
dibawah skor ideal Badan Ketahanan Pangan, 2013.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Nopember 2014 sd Desember 2014 yang dimulai dari pelaksanaan penelitian.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga peserta Program P2KP di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli dengan jumlah 30 keluarga. Sehingga
populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 keluarga.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi.