Peran Ulama dalam proses menjembatani perancangan hingga pelaksanaan

69 Seperti yang disampaikan oleh geuchik gampong teungoh bahwa masih adanya aparat desa yang tidak kompeten, berikut wawancara Geuchik Anwar: “Untuk menyelenggarakan syari’at sesuai dengan yang diharapkan maka terlebih dahulu para perangkat desa harus memahami syari’at karena saya melihat masih ada rekan kami Geuchik tidak disibutkan nama belum, saya ulangi masih belum memahami apa itu syari’at hal ini karena panitia ketika pemilihan Geuchik tidak ketat dalam menentukan kriteria. Dan itu juga telah saya usulkan kepada pemerintah dan aparat syari’at agar kedepan lebih ketat dalam menyeleksi calon geuchik”,wawancara 28 Juli 2009 Oleh karena itu hal ini merupakan suatu temuan penting yang harus kita resapi bersama jika syari’at Islam ingin ditegakkan di tanah serambi mekah. Selain faktor kesadaran juga masalah pendanaan serta masalah rekruitmen dari pada perangkat desa. Dalam wawancara tersebut Geuchik Anwar bukan mengatakan para perangkat desa tidak memahami ajaran syari’at namun sosialisasi yang diberikan oleh para pejabat syari’at yang kurang efekti. Artinya ada sebagian komponen syari’at yang diberlakukan secara hukum pidana Islam disamping sebagian lainnya masih dalam tahap proses penyesuaian dan perancangan qanun. Sehingga seharusnya pemerintah dinas syari’at memberi berupa pelatihan atau Diklat agar perangkat desa selaku pimpinan gampong dapat membuat kebijakan sesuai dengan yang diharapkan.

4.7.2. Peran Ulama dalam proses menjembatani perancangan hingga pelaksanaan

qanun Tahapan proses pembuatan qanun di Aceh meliputi Perencanaan, Penyiapan, Penyampaian, Pembahasan, Pengesahan, Perundangan dan Penyebarluasan. Masyarakat Universitas Sumatera Utara 70 dapat terlibat pada tahap penyiapan dan pembahasan. Masukan yang diberikan oleh masyarakat melalui ruang-ruang partisipasi paling lama 7 tujuh hari sejak dilakukan penyebarluasan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam penyempurnaan materi. Rancangan qanun dapat diusulkan oleh DPRA DPRK legislatif dan Pemerintah Aceh Kabupaten Kota eksekutif melalui hak usul inisiatif prakarsa. Kemudian Pemerintah Geubernur Bupati Wali kota menunjuk satuan kerja perangkat daerah SKPD, dan hasil persiapan diserahkan kepada sekretaris daerah untuk disampaikan kepada Geubernur. Geubernur Bupati dan Wali kota dapat menyusun asistensi untuk pembahasan qanun yang terdiri dari Sekda sebagai ketua, kepala biro bagian hukum sebagai sekretaris, unsur SKPD terkait sebagai anggota, unsur MPU sebagai anggota, unsur tenaga ahli sebagai anggota, dan unsur masyarakat yang terkena dampak langsung sebagai anggota. Skema pembuatan qanun Sumber: Majelis Permusyawaratan Ulama Kec. Syamtalira Aron 2008 Ada sebagian besar anggota masyarakat dan para tokoh masyarakat sekalipun tidak mengatahui akan qanun kendati mereka sebenarnya memahami akan syariat Islam secara kaffah. Mereka adalah para teungku dayah yang sebahagian besar dalam kesehariannya hanya sebagai petani sementara dimalam hari mengajar para santri di Universitas Sumatera Utara 71 Dayah. Mereka yang mendirikan dayah ataupun balai pengajian yang berkembang dimasyarakat namun tidak tersentuh oleh dinas syari’at seperti yang dikatakan oleh Tgk. Abdurrahman pimpinan dayah Nurul Islam sebagai berikut: “Saya hanya mengetahui implementasi syari’at Islam hanya melalui media masa seperti Koran, tabloid mingguan dan belum pernah ada undangan dari dinas maupun pemerintah terkait syari’at Islam kendati saya seorang Imuem mesjid dan pimpinan dayah”. wawancara 27 Juli 2009. Sejauh data yang kami peroleh dari lokasi penelitian belum adanya kerja sama terhadap teugku dayah terkait perancangan qanun. Dimana ulama yang terlibat aktif dalam perancangan qanun hanya sampai pada ulama MPU. Terkecuali apabila diantara mereka memiliki peran yang rangkap sebagai teungku dayah juga sebagai anggota MPU kecamatan. Seperti yang di ungkapkan oleh Teungku Hasballah sebagai berikut: “Karena saya sebagai anggota MPU kecamatan yang diminta dari MPU Kabupaten terkait aspirasi masukan perancangan qanun. Saya melihat keterkaitan kawan- kawan dayah untuk merancang qanun hanya sebatas apabila diantara kawan- kawan teungku dayah yang memiliki jabatan sebagai MPU. Dan yang harus diketahui bahwa setiap anggota MPU kecamatan mereka juga memiliki atau memimpin dayah masing- masing. wawancara 27 Juli 2009. Wawancara tersebut memang demikian adanya walaupun anggota MPU tersebut juga sebagai pimpinan dayah tapi mereka hanya 10 dari seluruh pimpinan dayah yang tersebar di kecamatan Syamtalira Aron. Ada sedikitnya 20 orang anggota MPU yang mewakili kecamatan Syamtalira Aron. Sementara dayah yang ada di Mukim krueng pasee saja mencapai 20 dayah dan keseluruhan Mukim yang terdapat dikecamatan syamtalira Aron sebanyak 4 mukim. Jika dirata- ratakan setidaknya terdapat 80 teungku dayah di kecamatan Syamtalira Aron. sumber, MPU kecamatan Samudera 2009 Universitas Sumatera Utara 72

4.7.3. Peran ulama dayah sebagai tokoh agama