mengajukan pertanyaan question, membaca read, refleksi reflect, mengingat kembali materi yang telah dipelajari recite, dan mengulang secara menyeluruh
review sehingga siswa mengerti apa yang sedang dipelajarinya.
1.5.3 Kemampuan Komunikasi Matematis
Menurut LACOE 2004, komunikasi metematis mencakup komunikasi tertulis maupun lisan atau verbal. Komunikasi tertulis dapat berupa penggunaan
kata-kata, gambar, tabel, dan sebagainya yang menggambarkan proses berpikir siswa. Komunikasi tertulis juga dapat berupa uraian pemecahan masalah atau
pembuktian matematika yang menggambarkan kemampuan siswa dalam mengorganisasi berbagai konsep untuk menyelesaikan masalah. Sedangkan
komunikasi lisan dapat berupa pengungkapan dan penjelasan verbal suatu gagasan matematika. Komunikasi lisan dapat terjadi melalui interaksi antar siswa misalnya
dalam pembelajaran dengan setting diskusi kelompok. Indikator komunikasi matematis menurut NCTM sebagaimana dikutip oleh
Fachrurazi 2011: 81 dapat dilihat dari:
1
Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual.
2
Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya.
3
Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika, dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-
hubungan dengan model-model situasi. Pada penelitian ini yang dikaji adalah kemampuan komunikasi tertulis.
Kemampuan komunikasi matematika siswa dilihat dari kemampuan siswa dalam memecahkan persoalan materi bangun ruang sisi datar balok dan kubus yang
dalam pelaksanaannya memenuhi indikator-indikator komunikasi matematis secara tertulis.
1.5.4 Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Menurut Scriven, sebagaimana dikutip oleh Achmad 2007, berpikir kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam
membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sintesis, dan mengevaluasi. Semua kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi,
pengalaman, pemikiran, pertimbangan, dan komunikasi, yang akan membimbing dan menentukan sikap dan tindakan.
Berpikir kritis merupakan berpikir tingkat tinggi yang berhubungan dan dapat digunakan dalam berbagai keadaan, meliputi
penggunaan bahasa, membuat kesimpulan, menghitung hasil, membuat keputusan dan pemecahan masalah.
Berpikir kritis matematis adalah berpikir kritis pada bidang matematika. Dengan demikian berpikir kritis matematis adalah proses berpikir kritis yang
melibatkan pengetahuan matematika, penalaran matematika dan pembuktian matematika. Menurut Ennis, sebagaimana dikutip oleh Maftukhin 2013: 24,
tahap-tahap dalam berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a klarifikasi dasar elementary clarification, b memberikan alasan untuk suatu
keputusan the basis for the decision, c menyimpulkan inference, d klarifikasi lebih lanjut advanced clarification, dan e dugaan dan keterpaduan
supposition and integration.
11
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI