Antioksidan enzimatis Pengumpulan bahan tumbuhan

d. Oxygen scavenger Antioksidan dalam kelompok ini berfungsi mengikat oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi, misalnya vitamin C. e. Chelators atau Sequesstrants Antioksidan dalam kelompok ini berfungsi mengikat logam seperti besi dan tembaga yang mampu mengkatalis reaksi oksidasi lemak. Contohnya adalah asam sitrat dan asam amino.

2.4.1 Antioksidan enzimatis

Antioksidan enzimatis merupakan sistem pertahanan utama primer terhadap kondisi stres oksidatif. Enzim-enzim tersebut merupakan metaloenzim yang aktivitasnya sangat tergantung pada ion logam Winarsi, 2007. Antioksidan enzimatis yang dihasilkan tubuh antara lain SOD yang mengubah superokisda O 2 • − yang reaktif menjadi hidrogen peroksida H 2 O 2 yang masih merupakan ROS namun kurang reaktif, sehingga dengan adanya enzim katalase akan merusak H 2 O 2 . Reaksi yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 2.1. 2O 2 • − + 2H + superoksida dismutase H 2 O 2 + O 2 2H 2 O 2 catalase 2H 2 O + O 2 Gambar 2.1 Reaksi enzimatis destruksi superoksida Antioksidan enzimatis lain dalam tubuh adalah molekul glutathione yang terdiri dari tiga buah asam amino yang bergabung membentuk tripeptida. Glutathione biasa disingkat juga dengan GSH, yang bereaksi dengan hidrogen peroksida H 2 O 2 menghasilkan air dan glutathione dimer. Enzim yang bekerja pada reaksi ini adalah glutathione peroksidase. Glutathione dimer yang terbentuk Universitas Sumatera Utara GS-SG yang memiliki ikatan disulfida oleh enzim glutathione reduktase dan tambahan NADPH akan membentuk GSH kembali. Reaksi pemecahan H 2 O 2 oleh GSH dapat dilihat pada Gambar 2.2. H 2 O 2 + 2 GSH Glutathione peroksidase 2H 2 O + GS-SG Glutathione reduktase Gambar 2.2 Reaksi peran protektif glutathione GSH Hanson, 2005 Antioksidan SOD bergantung pada logam Fe, Cu, Mn dan Zn. Beberapa makanan yang dapat meningkatkan produksi enzim ini adalah brokoli, kubis, kubis tunas, dedak beras atau biji serealia dan kecambah gandum. Enzim katalase bergantung pada logam Fe yang dapat diperoleh dari sayuran hijau, kacang- kacangan, hati, daging, telur, susu segar, tempe dan udang, sedangkan enzim glutathione peroksidase bergantung pada logam Se Selenium yang dapat diperoleh dari asparagus, alpukat, ikan laut, cabai, paprika, seledri dan kacang- kacangan Lingga, 2012 ; Winarsi, 2007.

2.4.2 Antioksidan non-enzimatis

Selain antioksidan yang bersifat enzimatis, terdapat antioksidan non- enzimatis yang disebut juga antioksidan sekunder karena dapat diperoleh dari asupan bahan makanan seperti vitamin A, C, E, beta karoten dan flavonoid. Senyawa-senyawa ini berfungsi memerangkap senyawa oksidan serta mencegah terjadinya reaksi berantai Winarsi, 2007.

2.4.2.1 Vitamin C asam askorbat

Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176,13 dengan rumus molekul C 6 H 8 O 6 . Pemerian vitamin C adalah hablur atau serbuk berwarna putih atau agak kekuningan. Pengaruh cahaya lambat laun menyebabkan berwarna NADPH + H + NADP + Universitas Sumatera Utara gelap, dalam keadaan kering stabil di udara namun dalam larutan cepat teroksidasi. Vitamin C mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzen Ditjen POM, 1979. Sesuai dengan sifatnya yang larut dalam air, vitamin C bekerja melindungi bagian tubuh dari radikal bebas yang larut dalam air dengan mendonorkan elektronnya ke dalam reaksi biokimia intraselluler dan ekstraselluler. Vitamin C mampu bereaksi dengan radikal bebas dan mengubahnya menjadi radikal askorbil yang kurang reaktif, kemudian membentuk asam monodehidroaskorbat dan atau asam dehidroaskorbat. Bentuk tereduksi ini dapat diubah kembali menjadi asam askorbat oleh enzim monodehidroaskorbat reduktase dan dehidroaskorbat reduktase Packer, 2002. Asupan vitamin C sebaiknya 60-1000 mg per hari. Konsumsi terlalu banyak dikhawatirkan dapat mempengaruhi atau merusak nutrien lain di dalam tubuh. Peneliti lainnya menyarankan mengasup 500 mg vitamin C dua kali sehari untuk mempertahankan tingkat optimal kebutuhan antioksidan. Vitamin C terdapat pada buah-buahan seperti jeruk, apel, sirsak, lemon, stroberi, melon serta sayuran seperti tomat, sayuran berdaun hijau, brokoli, kembang kol Kosasih, 2004. Rumus bangun vitamin C dapat dilihat pada Gambar 2.3. Gambar 2.3 Rumus bangun vitamin C Shahidi, 2005 Universitas Sumatera Utara

2.4.2.2 Flavonoid

Senyawa flavonoid merupakan salah satu senyawa polifenol terbesar yang mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi C 6 – C 3 – C 6 , yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan 3 karbon Markham, 1988. Flavonoid adalah antioksidan eksogen yang telah dibuktikan bermanfaat dalam mencegah kerusakan sel akibat stres oksidatif. Mekanisme kerja dari flavonoid sebagai antioksidan secara langsung adalah dengan mendonorkan ion hidrogen sehingga dapat menetralisir efek toksik dari radikal bebas dan mekanisme flavonoid sebagai antioksidan secara tidak langsung yaitu dengan meningkatkan ekspresi gen antioksidan endogen melalui aktivasi nuclear factor erythroid 2 related factor 2 Nrf2 sehingga terjadi peningkatan gen yang berperan dalam sintesis enzim antioksidan endogen misalnya gen SOD Sumardika dan I Made Jawi, 2012. Hampir 80 dari total antioksidan dalam buah dan sayuran berasal dari flavonoid yang dapat berfungsi sebagai penangkap anion superoksida, lipid peroksida radikal, oksigen singlet, dan pengkelat logam Kosasih, 2004.

2.4.2.3 Beta karoten

Beta karoten atau disebut provitamin A merupakan salah satu dari karoten yang paling banyak terdapat pada jaringan tanaman. Beta karoten yang masuk ke dalam mukosa usus kecil akan dipecah oleh enzim beta karoten 15,15’- monooxygenase menjadi retinol vitamin A. Satu molekul beta karoten akan dipecah menjadi dua molekul retinol. Sebagian karoten disimpan di hati dalam bentuk pro-vitamin A dan sebagian yang lain diubah menjadi vitamin A. Vitamin Universitas Sumatera Utara A merupakan bentuk yang siap diabsorpsi oleh tubuh. Kemampuan usus untuk menyerap beta karoten berkisar 9-22 bergantung sumber dan bentuk beta karoten yang akan diserap, ketersediaan lemak sebagai pelarutnya, dan kemampuan usus dari masing-masing individu. Beta karoten bersifat larut dalam lemak sehingga melindungi sel dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas yang larut dalam lemak. Kemampuannya dalam menjaga integritas sel sangat baik sehingga dapat berperan sebagai antioksidan Lingga, 2012. Rumus bangun betakaroten dapat dilihat pada Gambar 2.4. Gambar 2.4 Rumus bangun betakaroten Hanson, 2005.

2.5 Metode pemerangkapan radikal bebas DPPH 1,1

-diphenyl-2- picrylhydrazil Metode pemerangkapan radikal bebas DPPH diperkenalkan 50 tahun yang lalu oleh Marsden Blois. Sebagai sampel uji antioksidan, Blois menggunakan asam amino sistein yang mengandung gugus thiol. Ketika larutan DPPH dicampurkan dengan senyawa yang dapat mendonorkan atom hidrogen, akan dihasilkan bentuk tereduksi dari DPPH dan berkurangnya warna ungu Molyneux, 2004. Berikut ini adalah reaksi pemerangkapan radikal bebas DPPH Gambar 2.5. Universitas Sumatera Utara 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazine Gambar 2.5 Reaksi antara DPPH dengan atom H dari senyawa antioksidan Widyastuti, 2010 Metode DPPH merupakan metode yang cepat, sederhana, dan tidak mahal untuk mengukur kemampuan dari berbagai senyawa dalam memerangkap radikal bebas dan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan pada makanan dan minuman Marinova, 2011. Parameter yang dipakai untuk menunjukan aktivitas antioksidan adalah harga konsentrasi efisien atau Efficient Concentration EC 50 atau Inhibitory Concentration IC 50 yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat menyebabkan 50 DPPH kehilangan karakter radikal atau konsentrasi suatu zat antioksidan yang memberikan persen penghambatan sebesar 50. Zat yang mempunyai aktivitas antioksidan tinggi akan memiliki harga EC 50 atau IC 50 yang rendah. Metode ini akan memberikan hasil yang baik dengan menggunakan pelarut metanol atau etanol karena kedua pelarut ini tidak mempengaruhi dalam reaksi antara sampel uji sebagai antioksidan dengan DPPH sebagai radikal bebas Molyneux, 2004. Universitas Sumatera Utara

2.6 Metode pembentukan kompleks fosfomolibdenum

Metode ini diperkenalkan oleh Chipault et al. pada tahun 1955 untuk mengidentifikasi kapasitas antioksidan alami yang larut dalam air dan larut dalam lemak. Metode ini merupakan metode kuantitatif yang didasarkan pada reduksi Mo VI menjadi Mo V oleh sampel analit diikuti dengan pembentukan kompleks fosfat Mo V berwarna hijau untuk mengidentifikasi adanya agen pereduksi. Konsentrasi diperoleh secara spektrofotometri dan hasil yang diperoleh diekspresikan dalam bentuk ekuivalen terhadap asam askorbat atau α-tokoferol. Metode pembentukan kompleks fosfomolibdenum merupakan metode alternatif untuk evaluasi kapasitas antioksidan total lainnya karena metode ini sederhana dan pereaksinya murah Prieto et al., 1999.

2.7 Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometri adalah pengukuran absorbsi energi cahaya oleh suatu atom atau molekul pada panjang gelombang tertentu. Daerah spektrum ultraviolet biasanya dianggap berkisar dari 200 hingga 400 nm dan daerah sinar tampak dari 400 hingga 750 nm. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan spektrofotometer ultraviolet dan sinar tampak yaitu: a. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis Cara yang digunakan adalah dengan merubahnya menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu sehingga dapat menyerap sinar UV-Vis. b. Waktu kerja operating time Tujuannya ialah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran dan absorbansi larutan. Universitas Sumatera Utara c. Pemilihan panjang gelombang Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. d. Pembuatan kurva kalibrasi Dilakukan dengan membuat seri larutan baku dalam berbagai konsentrasi kemudian absorbansi tiap konsentrasi diukur lalu dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi. e. Pembacaan absorbansi sampel Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,8 Gandjar dan Abdul, 2007. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental, meliputi identifikasi bahan tumbuhan, pengumpulan bahan tumbuhan, pembuatan sari buah markisa ungu dan sari buah markisa konyal segar, skrining fitokimia sari segar dan kental buah markisa ungu dan markisa konyal, identifikasi vitamin C sari kental buah markisa ungu dan markisa konyal. Pengujian aktivitas antioksidan sari buah markisa ungu dan sari buah markisa konyal dengan metode pemerangkapan radikal bebas 1,1-diphenyl-2-picrylhidrazyl DPPH serta pengukuran kapasitas antioksidan total dengan metode pembentukan kompleks fosfomolibdenum yang diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visible.

3.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari alat-alat gelas laboratorium, spektrofotometer UV-Visible Shimadzu 1800, freeze dryer Virtis Benchtop K, neraca analitis Boeco Germany, penangas air Stuart-SBS40, ultrasonikator Bronson 1510, cawan porselin, desikator, saringan, spatula, stopwatch.

3.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buah markisa ungu segar dan buah markisa konyal segar. Bahan-bahan kimia lainnya yang berkualitas pro analisis adalah DPPH Sigma, vitamin C CSPC Welsheng Pharmaceutical Co., Ltd., produksi E-Merck yaitu metanol, kloroform, isopropanol, benzen, n-heksan, asam nitrat pekat, asam klorida pekat, asam sulfat pekat, raksa II klorida, Universitas Sumatera Utara bismuth III nitrat, besi III klorida, timbal II asetat, kalium iodida, iodium, α- naftol, asam asetat anhidrida, natrium hidroksida, amil alkohol, serbuk magnesium Mg, perak II nitrat, kupri II sulfat, kalium natrium tartrat, larutan ammonia encer, ammonium molibdat, natrium fosfat dan air suling teknis.

3.3 Penyiapan Bahan Tumbuhan

Penyiapan bahan tumbuhan meliputi pengumpulan bahan tumbuhan, identifikasi tumbuhan, pembuatan sari buah markisa ungu dan sari buah markisa konyal segar, pengentalan sari buah markisa ungu dan sari buah markisa konyal segar dengan menggunakan freeze dryer.

3.3.1 Pengumpulan bahan tumbuhan

Metode pengumpulan bahan tumbuhan dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan bahan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Bahan tumbuhan yang digunakan adalah buah markisa ungu segar dan buah markisa konyal segar, diperoleh dari Pasar Tradisional Pringgan, Jalan Iskandar Muda, Medan Baru, Sumatera Utara.

3.3.2 Identifikasi tumbuhan

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Kulit Buah Markisa {Passiflora Edulis) Yang Difermentasi Dengan Aspergillus Niger Terhadap Karras Ayam Broiler Umur 8 Minggu

0 34 62

Pemanfaatan Kulit Buah Markisa (Passiflora edulis) Fermentasi (Aspergillus niger) dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Broiler Umur 0-8 Minggu

1 31 60

Kecernaan Kulit Buah Markisa (Pasiflora edulis sims F.edulis) Difermentasi Phanerochaete chrysosporium padaDomba Lokal Fase Pertumbuhan

0 32 61

Pengaruh Konsentrasi Gula Dan Campuran Sari Buah (Markisa, Wortel Dan Jeruk) Terhadap Mutu Serbuk Minuman Penyegar,

1 31 86

Dosis dan Lama Fermentasi Kulit Buah Markisa (Passiflora edulis var.edulis) oleh Phanerochaete chrysosporium Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Pakan

0 44 66

Uji aktivitas antioksidan buah markisa ungu (Passiflora edulis f. edulis Sims.) dan buah markisa kuning (P. Edulis f. flavicarpa Deg.) menggunakan metode DPPH.

0 2 9

Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas serta Kapasitas Antioksidan Total Sari Buah Markisa Ungu (Passiflora edulis Sims) dan Sari Buah Markisa Konyal (Passiflora ligularis Juss)

0 2 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan - Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas serta Kapasitas Antioksidan Total Sari Buah Markisa Ungu (Passiflora edulis Sims) dan Sari Buah Markisa Konyal (Passiflora ligularis Juss)

0 0 17

Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas serta Kapasitas Antioksidan Total Sari Buah Markisa Ungu (Passiflora edulis Sims) dan Sari Buah Markisa Konyal (Passiflora ligularis Juss)

1 1 17

Perbandingan daya antioksidan sari buah markisa ungu (Passiflora edulis f. edulis Sims) dengan sari buah markisa kuning (P.edulis Sims f. flavicarpa Deg) menggunakan metode DPPH - USD Repository

0 0 101