BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental, meliputi identifikasi bahan tumbuhan, pengumpulan bahan tumbuhan, pembuatan sari buah markisa
ungu dan sari buah markisa konyal segar, skrining fitokimia sari segar dan kental buah markisa ungu dan markisa konyal, identifikasi vitamin C sari kental buah
markisa ungu dan markisa konyal. Pengujian aktivitas antioksidan sari buah markisa ungu dan sari buah markisa konyal dengan metode pemerangkapan
radikal bebas 1,1-diphenyl-2-picrylhidrazyl DPPH serta pengukuran kapasitas antioksidan total dengan metode pembentukan kompleks fosfomolibdenum yang
diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visible.
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari alat-alat gelas laboratorium, spektrofotometer UV-Visible Shimadzu 1800, freeze dryer Virtis
Benchtop K, neraca analitis Boeco Germany, penangas air Stuart-SBS40, ultrasonikator Bronson 1510, cawan porselin, desikator, saringan, spatula,
stopwatch.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buah markisa ungu segar dan buah markisa konyal segar. Bahan-bahan kimia lainnya yang berkualitas pro
analisis adalah DPPH Sigma, vitamin C CSPC Welsheng Pharmaceutical Co., Ltd., produksi E-Merck yaitu metanol, kloroform, isopropanol, benzen, n-heksan,
asam nitrat pekat, asam klorida pekat, asam sulfat pekat, raksa II klorida,
Universitas Sumatera Utara
bismuth III nitrat, besi III klorida, timbal II asetat, kalium iodida, iodium, α- naftol, asam asetat anhidrida, natrium hidroksida, amil alkohol, serbuk
magnesium Mg, perak II nitrat, kupri II sulfat, kalium natrium tartrat, larutan ammonia encer, ammonium molibdat, natrium fosfat dan air suling teknis.
3.3 Penyiapan Bahan Tumbuhan
Penyiapan bahan tumbuhan meliputi pengumpulan bahan tumbuhan, identifikasi tumbuhan, pembuatan sari buah markisa ungu dan sari buah markisa
konyal segar, pengentalan sari buah markisa ungu dan sari buah markisa konyal segar dengan menggunakan freeze dryer.
3.3.1 Pengumpulan bahan tumbuhan
Metode pengumpulan bahan tumbuhan dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan bahan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Bahan
tumbuhan yang digunakan adalah buah markisa ungu segar dan buah markisa konyal segar, diperoleh dari Pasar Tradisional Pringgan, Jalan Iskandar Muda,
Medan Baru, Sumatera Utara.
3.3.2 Identifikasi tumbuhan
Identifikasi buah markisa ungu dan buah markisa konyal dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia LIPI Bogor.
3.3.3 Pembuatan sari kental buah markisa ungu dan markisa konyal
Masing-masing sebanyak 30 buah markisa ungu dan markisa konyal segar dicuci, dibelah menjadi dua bagian, diambil isinya dan disaring dengan
menggunakan saringan tanpa penambahan air. Hasil saringan ditampung dan diukur volumenya. Sari buah dibekukan di freezer dan dikentalkan di freeze dryer
Universitas Sumatera Utara
sampai diperoleh sari buah yang kental. Selanjutnya digunakan sebagai sampel uji. Bagan pembuatan sampel uji dan bagan kerja penelitian dapat dilihat pada
Lampiran 3, halaman 61.
3.4 Pembuatan Pereaksi 3.4.1 Pereaksi Bourchardat
Sebanyak 4 g kalium iodida ditimbang, dilarutkan dalam air suling secukupnya, lalu ditambahkan 2 g iodium kemudian ditambahkan air suling
hingga diperoleh larutan 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.4.2 Pereaksi Mayer
Sebanyak 1,4 g raksa II klorida dilarutkan dalam air suling hingga 60 ml, pada wadah lain ditimbang sebanyak 5 g kalium iodida lalu dilarutkan dalam 10
ml air suling, kedua larutan dicampurkan dan ditambahkan air suling hingga diperoleh larutan 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.4.3 Pereaksi Dragendorff
Sebanyak 0,8 g bismut III nitrat ditimbang, dilarutkan dalam 20 ml asam nitrat pekat, pada wadah lain ditimbang sebanyak 27,2 g kalium iodida, dilarutkan
dalam 50 ml air suling, kemudian kedua larutan dicampurkan dan didiamkan sampai memisah sempurna. Larutan yang jernih diambil dan diencerkan dengan
air suling hingga volume larutan 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.4.4 Pereaksi Molish
Sebanyak 3 g α-naftol ditimbang, dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N hingga diperoleh larutan 100 ml Ditjen POM,1995.
Universitas Sumatera Utara
3.4.5 Pereaksi asam klorida 2 N
Sebanyak 17 ml larutan asam klorida pekat ditambahkan air suling hingga diperoleh larutan 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.4.6 Pereaksi asam sulfat 2 N
Sebanyak 5,4 ml larutan asam sulfat pekat ditambahkan air suling sampai 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.4.7 Pereaksi natrium hidroksida 2 N
Sebanyak 8 g kristal natrium hidroksida dilarutkan dengan air suling sebanyak 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.4.8 Pereaksi timbal II asetat 0,4 M
Sebanyak 15,17 g timbal II asetat ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling bebas karbon dioksida sebanyak 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.4.9 Pereaksi besi III klorida 1
Sebanyak 1 g besi III klorida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air secukupnya hingga diperoleh larutan 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.4.10 Pereaksi Liebermann-Burchard
Sebanyak 5 bagian volume asam sulfat pekat dicampurkan dengan 50 bagian volume etanol 95. Kemudian ditambahkan dengan hati-hati 5 bagian volume
asam asetat anhidrida ke dalam campuran tersebut dan dinginkan Ditjen POM, 1995.
3.4.11 Pereaksi Ag ammoniakal
Dilarutkan 3 g AgNO
3
dengan 30 ml akuades larutan A dan 3 g NaOH dengan 30 ml akuades larutan B. Kemudian campurkan larutan A dan larutan B
dengan perbandingan volume yang sama ke dalam tabung reaksi yang bersih, dan
Universitas Sumatera Utara
ditambahkan larutan ammonia yang telah diencerkan setetes demi setetes hingga perak oksida larut Vogel, 1974.
3.4.12 Pereaksi Fehling
Larutan A. Larutkan 34,64 g kristal CuSO
4
dengan akuades yang mengandung beberapa tetes asam sulfat, dan encerkan larutan hingga 500 ml Vogel, 1974.
Larutan B. Larutkan 60 g NaOH murni dan 173 g garam Rochelle kalium natrium tartrat dengan akuades, jika perlu disaring, dan diencerkan hingga 500 ml
Vogel, 1974.
3.4.13 Pereaksi fosfomolibdenum
Sebanyak 494,3 mg ammonium molibdat dan 459,0 mg natrium fosfat dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, dilarutkan dengan akuades, ditambahkan
3,26 ml asam sulfat pekat, dicukupkan dengan akuades hingga garis tanda Prieto, et al., 1999.
3.4.14 Larutan DPPH 0,5 mM
Sebanyak 20 mg DPPH ditimbang kemudian dilarutkan dalam metanol hingga diperoleh volume larutan 100 ml konsentrasi 200 µgml Marinova, 2011.
3.5 Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia meliputi pemeriksaan senyawa golongan alkaloida, glikosida, flavonoida, steroidtriterpenoid, saponin, tanin dan glikosida
antrakinon.
3.5.1 Pemeriksaan alkaloid
Sebanyak 0,5 g sari buah kental ditimbang, ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit, didinginkan
Universitas Sumatera Utara
dan disaring, filtrat dipakai untuk uji alkaloida. Diambil 3 tabung reaksi, lalu ke dalam masing-masing tabung reaksi dimasukkan 0,5 ml filtrat.
Pada tabung I : ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer, akan terbentuk
endapan menggumpal berwarna putih atau kuning. Pada tabung II
: ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff, akan terbentuk endapan berwarna coklat atau jingga kecoklatan.
Pada tabung III : ditambahkan 2 tetes pereaksi Bourchardat, akan terbentuk
endapan berwarna coklat sampai kehitaman. Alkaloid disebut positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada dua atau tiga
dari percobaan di atas Ditjen POM, 1995.
3.5.2 Pemeriksaan glikosida
Sebanyak 3 g sari buah kental ditimbang, disari dengan 30 ml campuran dari 7 bagian etanol 95 dengan 3 bagian air suling 7:3 dan 10 ml asam klorida 2N.
Kemudian direfluks selama 10 menit, didinginkan, lalu disaring. Diambil 20 ml filtrat ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal II asetat 0,4 M dikocok,
didiamkan 5 menit lalu disaring. Filtrat disari dengan 20 ml campuran isopropanol dan kloroform 2:3, perlakuan ini diulangi sebanyak 3 kali. Sari air dikumpulkan
dan ditambahkan Na
2
SO
4
anhidrat, disaring, kemudian diuapkan pada temperatur tidak lebih dari 50ºC, sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol. Larutan sisa
digunakan untuk percobaan berikut, 0,1 larutan percobaan dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian diuapkan di atas penangas air. Pada sisa ditambahkan 2
ml air dan 5 tetes larutan pereaksi Molish, lalu ditambahkan dengan perlahan- lahan 2 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung, terbentuk cincin ungu pada
Universitas Sumatera Utara
batas kedua cairan, menunjukkan adanya ikatan gula glikon atau glikosida Ditjen POM, 1995.
3.5.3 Pemeriksaan triterpenoidsteroid
Sebanyak 1 g sari buah kental ditimbang, dimaserasi dengan 20 ml n-heksan
selama 2 jam, disaring, lalu filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan 20 tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat pereaksi
Liebermann-Burchard, timbulnya warna biru atau biru hijau menunjukkan adanya steroida, sedangkan warna merah, merah muda atau ungu menunjukkan
adanya triterpenoid Harborne, 1987.
3.5.4 Pemeriksaan flavonoid
Sebanyak 1 g sari buah kental ditimbang, dilarutkan 10 ml air panas,
dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas. Ke dalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml
amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika terjadi warna merah atau kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol Farnsworth, 1966.
3.5.5 Pemeriksaan tanin
Sebanyak 0,5 g sari buah kental ditimbang, disari dengan 10 ml air suling lalu disaring, filtratnya diencerkan dengan air sampai tidak berwarna. Larutan diambil
sebanyak 2 ml dan ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi III klorida 1. Jika terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin Farnsworth,
1966.
3.5.6 Pemeriksaan saponin
Sebanyak 0,5 g sari buah kental ditimbang, dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air suling panas, didinginkan, kemudian dikocok kuat
Universitas Sumatera Utara
selama 10 detik. Saponin positif jika terbentuk busa yang stabil tidak kurang dari 10 menit setinggi 1 sampai 10 cm dan dengan penambahan 1 tetes asam klorida
2N buih tidak hilang Ditjen POM, 1995.
3.5.7 Pemeriksaan glikosida antrakinon
Sebanyak 0,2 g sari buah kental ditimbang, ditambahkan 5 ml asam sulfat 2 N, dipanaskan sebentar, setelah dingin ditambahkan 10 ml benzen, dikocok dan
didiamkan. Lapisan benzen dipisahkan dan disaring. Di kocok lapisan benzen dengan 2 ml NaOH 2 N, didiamkan. Lapisan air berwarna merah dan lapisan
benzen tidak berwarna menunjukkan adanya antrakinon Ditjen POM, 1995.
3.6 Identifikasi Vitamin C berdasarkan Daya Reduksi 3.6.1 Reaksi Ag ammoniakal
Ditambahkan beberapa tetes dari larutan sampel ke dalam 2-3 ml larutan Ag ammoniakal yang mengandung ion [AgNH
3 2
]
+
di dalam tabung reaksi yang bersih. Hasil dinyatakan positif jika terbentuk cermin perak Vogel, 1974.
3.6.2 Reaksi Fehling
Dimasukkan 4 ml larutan Fehling yang baru dibuat dengan mencampurkan Fehling A larutan CuSO
4
dan larutan B larutan alkalin tartrat dalam jumlah yang sama ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 2-3 tetes larutan sampel dan
didihkan larutan. Hasil dinyatakan positif jika terbentuk endapan merah bata Vogel,1974.
Universitas Sumatera Utara
3.7 Pengujian Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode Pemerangkapan Radikal Bebas DPPH
3.7.1 Prinsip metode pemerangkapan radikal bebas DPPH
Kemampuan sampel uji dalam meredam proses oksidasi radikal bebas DPPH dalam larutan metanol sehingga terjadi perubahan warna DPPH dari ungu
menjadi kuning dengan nilai IC
50
konsentrasi sampel uji yang mampu meredam radikal bebas 50 sebagai parameter menentukan aktivitas antioksidan sampel
Molyneux, 2004.
3.7.2 Pembuatan larutan blanko
Larutan DPPH 0,5 mM konsentrasi 200 µgml dipipet sebanyak 5 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, lalu dicukupkan dengan
metanol sampai garis tanda konsentrasi 40 µgml.
3.7.3 Pengukuran panjang gelombang serapan maksimum DPPH
Larutan DPPH konsentrasi 40 µgml dihomogenkan dan diukur serapannya pada panjang gelombang 400-750 nm yang merupakan panjang gelombang sinar
tampak Gandjar dan Rohman, 2007.
3.7.4 Pembuatan larutan induk 3.7.4.1 Pembuatan larutan induk sampel uji
Masing-masing sebanyak 1 g sari kental buah markisa ungu dan markisa konyal ditimbang, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dilarutkan dengan
metanol lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda konsentrasi 20000 µgml.
Universitas Sumatera Utara
3.7.4.2 Pembuatan larutan induk vitamin C
Sebanyak 25 mg serbuk vitamin C ditimbang, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dilarutkan dengan metanol lalu volumenya dicukupkan dengan
metanol sampai garis tanda konsentrasi 1000 µgml. 3.7.5 Pembuatan larutan uji
3.7.5.1 Larutan uji sari kental buah markisa ungu
Konsentrasi ditetapkan setelah dilakukan beberapa orientasi. Larutan induk dipipet sebanyak 2,5 ml ; 5 ml ; 7,5 ml ; 10 ml ke dalam labu ukur 25 ml untuk
mendapatkan konsentrasi larutan uji 2000 µgml, 4000 µgml , 6000 µgml, 8000 µgml, ke dalam masing-masing labu ukur ditambahkan 5 ml larutan DPPH 0,5
mM konsentrasi 200 µgml lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda. Diamkan selama 60 menit, diukur serapannya menggunakan
spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang serapan maksimum yang diperoleh.
3.7.5.2 Larutan uji sari kental buah markisa konyal
Konsentrasi ditetapkan setelah dilakukan beberapa orientasi. Larutan induk dipipet sebanyak 7,5 ml ; 10 ml ; 12,5 ml ; 15 ml ke dalam labu ukur 25 ml untuk
mendapatkan konsentrasi larutan uji 6000 µgml, 8000 µgml, 10000 µgml, 12000 µgml, ke dalam masing-masing labu ukur ditambahkan 5 ml larutan DPPH
0,5 mM konsentrasi 200 µgml lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda. Diamkan selama 60 menit, diukur serapannya menggunakan
spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang serapan maksimum yang diperoleh.
Universitas Sumatera Utara
3.7.5.3 Larutan uji vitamin C
Larutan induk dipipet sebanyak 0,05 ml ; 0,1 ml ; 0,15 ml ; 0,2 ml ke dalam labu ukur 25 ml untuk mendapatkan konsentrasi larutan uji 2 µgml, 4 µgml, 6
µgml, 8 µgml, ke dalam masing-masing labu ukur ditambahkan 5 ml larutan DPPH 0,5 mM konsentrasi 200 µgml lalu volumenya dicukupkan dengan
metanol sampai garis tanda. Diamkan selama 60 menit, diukur serapannya menggunakan spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang serapan
maksimum yang diperoleh.
3.7.6 Analisis persen pemerangkapan radikal bebas DPPH
Menurut Molyneux 2004, penentuan persen pemerangkapan radikal bebas oleh sampel uji, sari buah markisa ungu dan markisa konyal dengan vitamin C
sebagai pembanding, menggunakan metode pemerangkapan radikal bebas 1,1- diphenyl-2-picrylhydrazil DPPH dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Q = 100 A -Ac A
Keterangan: Q = Persen pemerangkapan radikal bebas DPPH A
= Absorbansi tidak mengandung sampel
A
c
= Absorbansi sampel
3.7.7 Analisis nilai IC
50
Perhitungan yang digunakan dalam penentuan aktivitas pemerangkapan radikal bebas adalah nilai IC
50
Inhibitory Concentration, nilai tersebut menggambarkan besarnya konsentrasi senyawa uji yang dapat memerangkap
radikal bebas sebesar 50 Molyneux, 2004. Hasil perhitungan dimasukkan ke dalam persamaan regresi dengan konsentrasi sari buah µgml sebagai absis
sumbu x dan nilai inhibisi antioksidan sebagai ordinatnya sumbu y.
Universitas Sumatera Utara
3.8 Pengukuran Kapasitas Antioksidan Total dengan Metode Pembentukan Kompleks Fosfomolibdenum
Metode pembentukan kompleks fosfomolibdenum merupakan metode yang digunakan untuk menentukan kapasitas antioksidan total yang dinyatakan sebagai
jumlah yang setara asam askorbat berdasarkan daya reduksi Mo VI menjadi Mo V oleh sampel analit dan selanjutnya pembentukan kompleks yang berwarna
hijau biru dari fosfat molibdenum yang mengandung antioksidan pada suasana asam Prieto., et al, 1999.
3.8.1 Pembuatan larutan induk baku vitamin C
Ditimbang vitamin C sebanyak 100 mg kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, dan dilarutkan dengan akuades sampai garis tanda. Diperoleh
konsentrasi vitamin C pada Larutan Induk Baku LIB I adalah 1000 µgml.
3.8.2 Penentuan panjang gelombang maksimum
Dipipet 7 ml dari LIB I, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan diencerkan dengan akuades sampai garis tanda konsentrasi 140 µgml.
Kemudian dipipet 0,5 ml, dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambahkan 5 ml larutan pereaksi fosfomolibdenum. Diperoleh konsentrasi vitamin C pada larutan
ini adalah 12,727 µgml. Kemudian tabung ditutup, dipanaskan di penangas air selama 60 menit pada suhu 90ºC dan didinginkan pada suhu kamar. Kemudian
diukur absorbansinya pada panjang gelombang 400-750 nm.
3.8.3 Penentuan waktu kerja operating time
Dipipet 7 ml dari LIB I, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan diencerkan dengan akuades sampai garis tanda konsentrasi 140 µgml.
Kemudian dipipet 0,5 ml, dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambahkan 5 ml larutan pereaksi fosfomolibdenum. Diperoleh konsentrasi vitamin C pada larutan
Universitas Sumatera Utara
ini adalah 12,727 µgml. Kemudian tabung ditutup, dipanaskan di penangas air selama 60 menit pada suhu 90ºC, didinginkan pada suhu kamar dan diukur
absorbansinya pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh diatas.
3.8.4 Pengukuran kurva kalibrasi vitamin C
Dipipet 4 ml, 5 ml, 6 ml, 7 ml, dan 8 ml dari LIB I, masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, diencerkan dengan akuades hingga garis
tanda sehingga konsentrasi vitamin C yang diperoleh adalah 80 µgml, 100 µgml, 120 µgml, 140 µgml, 160 µgml. Kemudian dipipet masing-masing 0,5 ml
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 5 ml larutan pereaksi fosfomolibdenum. Diperoleh konsentrasi vitamin C pada larutan ini adalah 7,273
µgml, 9,091 µgml, 10,909 µgml, 12,727 µgml, 14,545 µgml. Kemudian tabung ditutup, dipanaskan di penangas air pada suhu 90ºC selama 60 menit,
didinginkan pada suhu kamar dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum dalam waktu kerja yang diperoleh.
3.8.5 Uji kapasitas antioksidan total sampel uji
Ditimbang masing-masing 0,55 g sari kental buah markisa ungu dan 0,65 g sari kental buah markisa konyal, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan
dicukupkan dengan akuades hingga garis tanda sehingga diperoleh konsentrasi masing-masing larutan 22000 µgml dan 26000 µgml. Dipipet 0,5 ml dimasukkan
ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 5 ml larutan pereaksi fosfomolibdenum. Diperoleh konsentrasi pada larutan ini adalah 2000 µgml dan 2363,636 µgml.
Kemudian tabung ditutup, dipanaskan di penangas air pada suhu 90ºC selama 60 menit, didinginkan pada suhu kamar dan diukur absorbansinya pada panjang
Universitas Sumatera Utara
gelombang maksimum dalam waktu kerja yang diperoleh. Perlakuan dilakukan sebanyak 6 kali pengulangan.
3.8.6 Validasi metode analisis 3.8.6.1 Penentuan batas deteksi
Limit of Detection dan batas kuantitasi Limit of Quantitation
Batas deteksi atau Limit of Detection LOD merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan.
Sedangkan batas kuantitasi atau Limit of Quantitation LOQ merupakan kuantitasi terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria
cermat dan seksama. Menurut Harmita 2004, batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Simpangan Baku =
2
2
− −
∑
n Yi
Y
Batas Deteksi LOD =
slope X
SY x
3
Batas Kuantitasi LOQ = slope
X SY
x 10
3.8.6.2 Akurasi atau kecermatan dengan persen perolehan kembali Recovery
Kecermatan atau akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Uji perolehan kembali atau
recovery dilakukan dengan metode penambahan larutan baku standard addition method yang dalam hal ini adalah dengan penambahan sejumlah larutan standar
vitamin C dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis.
Universitas Sumatera Utara
Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan tadi dapat ditemukan Harmita, 2004. Masing-masing
dilakukan sebanyak 6 kali pengulangan kemudian dianalisis dengan perlakuan yang sama seperti pada penetapan kapasitas sampel.
Menurut Harmita 2004, persen perolehan kembali recovery dapat dihitung dengan rumus dibawah ini :
recovery = 100
A C
C C
× −
A F
Keterangan : C
F
= Konsentrasi antioksidan dalam sampel setelah penambahan baku C
A
= Konsentrasi antioksidan dalam sampel sebelum penambahan baku C
A
= Kapasitas antioksidan baku vitamin C yang ditambahkan
3.8.6.3 Simpangan baku relatif
Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan
derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang
memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan Harmita, 2004.
Menurut Harmita 2004, rumus untuk menghitung simpangan baku relatif adalah sebagai berikut :
RSD =
100 ×
X SD
Keterangan :
−
X = Kadar rata-rata sampel
SD = Standar Deviasi
RSD = Relative Standard Deviation
Universitas Sumatera Utara
3.8.7 Analisis data secara statistik
Kapasitas antioksidan total yang diperoleh dari hasil pengukuran masing- masing 6 larutan sampel dianalisis untuk mengetahui data ditolak atau diterima
dengan menggunakan uji distribusi t dengan rumus Sudjana, 2005: t
hitung =
n SD
X Xi
−
Data diterima jika nilai t hitung t tabel. Tabel distribusi t dapat dilihat pada Lampiran 25, halaman 71.
Untuk mencari standar deviasi SD digunakan rumus Sudjana, 2005 :
SD = 1
- n
X -
Xi
2
∑
Keterangan : Xi = Kadar sampel X = Kadar rata-rata sampel
n = Jumlah pengulangan Dan untuk menentukan kapasitas antioksidan total di dalam sampel dengan
interval kepercayaan 99, α = 1, dk = n-1, dapat digunakan rumus Sudjana,
2005: µ =
X
± t
α2
, dk x SD √n
Keterangan : µ = interval kepercayaan
X = kadar rata-rata sampel
t = harga t tabel sesuai dengan dk = n-1
α = tingkat kepercayaan
SD = standar deviasi
n = jumlah perlakuan
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI
Bogor menunjukkan bahwa tumbuhan termasuk jenis Passiflora edulis Sims markisa ungu dan Passiflora ligularis Juss. markisa konyal, suku
Passifloraceae. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 59.
4.2 Hasil Skrining Fitokimia
Hasil skrining fitokimia dari sari segar dan kental buah markisa ungu dan markisa konyal dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil skrining fitokimia markisa ungu dan markisa konyal
No Pemeriksaan
Sari buah markisa ungu
Sari buah markisa konyal
Segar Kental
Segar Kental
1 Alkaloid
- -
- -
2 Glikosida
+ +
+ +
3 TriterpenoidSteroid
- -
- -
4 Flavonoid
+ +
+ +
5 Tanin
- -
- -
6 Saponin
+ +
- -
7 Glikosida antrakinon
- -
- -
Keterangan : + : mengandung golongan senyawa
- : tidak mengandung golongan senyawa Berdasarkan hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa sari buah markisa
ungu yang segar maupun yang kental mengandung senyawa glikosida, flavonoid, dan saponin. Sedangkan sari buah markisa konyal baik yang segar maupun kental
mengandung senyawa glikosida dan flavonoid.
Universitas Sumatera Utara
Flavonoid mengandung cinicn aromatik yang terkonjugasi, umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida Harborne, 1987.
Flavonoid merupakan antioksidan yang dapat mengatasi berbagai macam radikal bebas dan memberikan perlindungan kepada sel secara menyeluruh, baik di luar
ekstraseluler ataupun di dalam sel intraseluler. Dalam buah markisa terdapat beberapa senyawa aktif yang mengakibatkan markisa dapat diperhitungkan
sebagai antioksidan yakni kandungan vitamin C, polifenol, beta-karoten dan saponin Lingga, 2012.
4.3 Hasil Identifikasi Vitamin C berdasarkan Daya Reduksi