BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI
Bogor menunjukkan bahwa tumbuhan termasuk jenis Passiflora edulis Sims markisa ungu dan Passiflora ligularis Juss. markisa konyal, suku
Passifloraceae. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 59.
4.2 Hasil Skrining Fitokimia
Hasil skrining fitokimia dari sari segar dan kental buah markisa ungu dan markisa konyal dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil skrining fitokimia markisa ungu dan markisa konyal
No Pemeriksaan
Sari buah markisa ungu
Sari buah markisa konyal
Segar Kental
Segar Kental
1 Alkaloid
- -
- -
2 Glikosida
+ +
+ +
3 TriterpenoidSteroid
- -
- -
4 Flavonoid
+ +
+ +
5 Tanin
- -
- -
6 Saponin
+ +
- -
7 Glikosida antrakinon
- -
- -
Keterangan : + : mengandung golongan senyawa
- : tidak mengandung golongan senyawa Berdasarkan hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa sari buah markisa
ungu yang segar maupun yang kental mengandung senyawa glikosida, flavonoid, dan saponin. Sedangkan sari buah markisa konyal baik yang segar maupun kental
mengandung senyawa glikosida dan flavonoid.
Universitas Sumatera Utara
Flavonoid mengandung cinicn aromatik yang terkonjugasi, umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida Harborne, 1987.
Flavonoid merupakan antioksidan yang dapat mengatasi berbagai macam radikal bebas dan memberikan perlindungan kepada sel secara menyeluruh, baik di luar
ekstraseluler ataupun di dalam sel intraseluler. Dalam buah markisa terdapat beberapa senyawa aktif yang mengakibatkan markisa dapat diperhitungkan
sebagai antioksidan yakni kandungan vitamin C, polifenol, beta-karoten dan saponin Lingga, 2012.
4.3 Hasil Identifikasi Vitamin C berdasarkan Daya Reduksi
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa sari buah markisa ungu dan sari buah markisa konyal memiliki vitamin C karena daya reduksinya terhadap pereaksi Ag
ammoniakal dengan terbentuknya cermin perak dan pereaksi Fehling dengan terbentuknya endapan merah bata. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Lampiran
4, Halaman 62.
4.4 Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan Sampel Uji 4.4.1 Hasil pengukuran panjang gelombang serapan maksimum DPPH
Pengukuran serapan maksimum larutan DPPH 40 ppm dalam metanol menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa
larutan DPPH dalam metanol menghasilkan serapan maksimum pada panjang gelombang 516 nm, termasuk dalam kisaran panjang gelombang sinar tampak
400-750 nm Gandjar dan Abdul, 2007 dan termasuk dalam rentang panjang gelombang DPPH yang berkisar antara 515, 516, 517, 518 dan 520 nm
Molyneux, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Kurva panjang gelombang maksimum larutan DPPH dalam metanol dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Panjang gelombang maksimum DPPH dalam metanol
4.4.2 Hasil analisis aktivitas antioksidan sampel uji
Hasil uji aktivitas antioksidan diperoleh dari hasil pengukuran absorbansi yaitu adanya penurunan absorbansi DPPH dengan penambahan sampel uji. Untuk
melihat penurunan absorbansi DPPH dengan penambahan sari kental markisa ungu dapat dilihat pada Tabel 4.2, penurunan absorbansi DPPH dengan
penambahan sari kental markisa konyal dapat dilihat pada Tabel 4.3, dan penurunan absorbansi DPPH dengan penambahan vitamin C dapat dilihat pada
Tabel 4.4.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Penurunan absorbansi DPPH dengan penambahan sari kental buah
markisa ungu Konsentrasi
sampel Absorbansi
I II
III DPPH 0 ppm
0,9683 0,9682
0,9675 2000 ppm
0,6322 0,6309
0,6305 4000 ppm
0,3028 0,3003
0,2978 6000 ppm
0,1852 0,1685
0,1591 8000 ppm
0,0840 0,0847
0,0857
Tabel 4.3 Penurunan absorbansi DPPH dengan penambahan sari kental buah
markisa konyal Konsentrasi
sampel Absorbansi
I II
III DPPH 0 ppm
1,0667 1,0668
1,0645 6000 ppm
0,5879 0,5901
0,5879 8000 ppm
0,4446 0,4453
0,4220 10000 ppm
0,2603 0,2625
0,2601 12000 ppm
0,1351 0,1395
0,1366
Tabel 4.4 Penurunan absorbansi DPPH dengan penambahan vitamin C
Konsentrasi sampel
Absorbansi I
II III
DPPH 0 ppm 0,9833
0,9881 0,9901
2 ppm 0,7581
0,7582 0,7584
4 ppm 0,5309
0,5305 0,5307
6 ppm 0,1894
0,1895 0,1897
8 ppm 0,0975
0,0971 0,0970
Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya penurunan absorbansi DPPH dengan penambahan sari kental buah markisa ungu, sari kental buah markisa
konyal dan vitamin C dalam metanol sebagai larutan uji pada beberapa konsentrasi, hal ini menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dalam
memerangkap radikal bebas DPPH.
Universitas Sumatera Utara
Penurunan nilai absorbansi terjadi karena adanya transfer elektron atom hidrogen antioksidan kepada DPPH. Jika semua elektron pada DPPH menjadi
berpasangan, maka warna larutan berubah dari ungu tua menjadi kuning terang
Molyneux, 2004. 4.4.3 Hasil analisis peredaman radikal bebas DPPH oleh sampel uji
Kemampuan antioksidan diukur pada menit ke-60 sebagai penurunan serapan larutan DPPH peredaman warna ungu DPPH akibat adanya penambahan larutan
uji. Nilai serapan larutan DPPH sebelum dan sesudah penambahan larutan uji tersebut dihitung sebagai persen peredaman. Aktivitas antioksidan peredaman
sari kental buah markisa ungu dapat dilihat pada Tabel 4.5, aktivitas antioksidan peredaman sari kental buah markisa konyal dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan
aktivitas antioksidan peredaman vitamin C dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.5 Aktivitas antioksidan peredaman sari kental buah markisa ungu
Konsentrasi sampel
Peredaman peredaman
rata-rata I
II III
DPPH 0 ppm 0,00
0,00 0,00
0,00 2000 ppm
34,71 34,84
34,83 34,79
4000 ppm 68,73
68,98 69,22
68,98 6000 ppm
80,87 83,57
83,56 82,67
8000 ppm 91,33
91,25 91,14
91,24 Tabel 4.6
Aktivitas antioksidan peredaman sari kental buah markisa konyal Konsentrasi
sampel Peredaman
peredaman rata-rata
I II
III DPPH 0 ppm
0,00 0,00
0,00 0,00
6000 ppm 44,89
44,69 44,77
44,78 8000 ppm
58,32 58,26
60,37 58,98
10000 ppm 75,60
75,39 75,57
75,52 12000 ppm
87,33 86,92
87,17 87,14
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Aktivitas antioksidan peredaman vitamin C
Konsentrasi sampel
Peredaman peredaman
rata-rata I
II III
DPPH 0 ppm 0,00
0,00 0,00
0,00 2 ppm
22,90 23,27
23,40 23,19
4 ppm 46,01
46,31 46,40
46,24 6 ppm
80,74 80,82
80,84 80,80
8 ppm 90,08
90,17 90,20
90,15 Contoh perhitungan persen peredaman dapat dilihat pada Lampiran 5,
halaman 63. Hubungan antara konsentrasi sari kental markisa ungu, sari kental markisa konyal, dan vitamin C dengan peredaman dapat diperjelas pada
gambar Grafik 4.2, 4.3 dan 4.4.
Gambar 4.2 Grafik hasil uji aktivitas antioksidan sari kental buah markisa ungu
20 40
60 80
100
2000 4000
6000 8000
10000 12000
pe re
da m
a n
Konsentrasi ppm
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3 Grafik hasil uji aktivitas antioksidan sari kental buah markisa konyal
Gambar 4.4 Grafik hasil uji aktivitas antioksidan vitamin C
4.4.4 Analisis nilai IC
50
Inhibitory Concentration sampel uji
Nilai IC
50
diperoleh berdasarkan persamaan regresi linear yang didapatkan dengan cara memplot konsentrasi larutan uji dan persen peredaman DPPH sebagai
parameter aktivitas antioksidan, dimana konsentrasi larutan uji ppm sebagai absis sumbu X dan nilai peredaman sebagai ordinat sumbu Y.
Hasil persamaan regresi linear yang diperoleh untuk sari kental buah markisa ungu, markisa konyal dan vitamin C dapat dilihat pada Tabel 4.8.
20 40
60 80
100
2000 4000
6000 8000
10000 12000
pe re
da m
a n
Konsentrasi ppm
20 40
60 80
100
2 4
6 8
10
pe re
da m
a n
Konsentrasi ppm
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Hasil persamaan regresi yang diperoleh dari sari kental buah markisa
ungu, markisa konyal dan vitamin C
Sampel Uji Persamaan Regresi
Sari kental buah markisa ungu Y = 0,0115X + 9,536
Sari kental buah markisa konyal Y = 0,0074X + 0,0040
Vitamin C Y = 11,8955X + 0,494
Hasil analisis nilai IC
50
yang diperoleh berdasarkan perhitungan persamaan regresi dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Nilai IC
50
sari kental buah markisa ungu, markisa konyal dan vitamin C
Sampel Uji IC
50
ppm
Sari kental buah markisa ungu 3518,61
Sari kental buah markisa konyal 6752,62
Vitamin C 4,16
Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 64. Rendahnya nilai IC
50
dari sari kental buah markisa ungu dan sari buah markisa konyal disebabkan karena kandungan flavonoid yang terdapat pada buah markisa adalah
golongan flavon yaitu luteolin dan apigenin yang kurang kuat jika dibandingkan dengan antioksidan dari katekin dan golongan flavonol seperti kuersetin Szostak,
2004. Flavonoid juga lebih stabil pada suhu tinggi 120º-150ºC sehingga pengentalan sari buah markisa dengan cara freeze drying dapat menurunkan
kandungan flavonoid yang bersifat antioksidan. Beberapa data penelitian menunjukkan bahwa proses freeze drying dapat menurunkan kemampuan
farmakologi dari senyawa fenol dan karotenoid Adamczak, 2009. Teroksidasinya vitamin C dimulai dari pembelahan buah markisa, pengambilan
sari buah markisa, penyaringan, sampai pada proses freeze drying untuk mendapatkan sari buah markisa yang kental juga berperan dalam rendahnya
aktivitas antioksidan yang diperoleh Dirim, 2012.
Universitas Sumatera Utara
Parameter penentuan kekuatan aktivitas antioksidan ditetapkan pada batas 50 ppm. Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan yang sangat kuat jika nilai
IC50 50 ppm dan dikatakan sebagai antioksidan yang cukup aktif jika nilai IC50 50 ppm Kuete, 2013.
4.5 Hasil Analisis Pengukuran Kapasitas Antioksidan Total
Pada penelitian ini juga dilakukan analisis untuk mengetahui kapasitas antioksidan total sari buah markisa ungu dan sari buah markisa konyal
menggunakan instrumen spektrofotometer sinar tampak.
4.5.1 Hasil pengukuran panjang gelombang serapan maksimum
Panjang gelombang maksimum dilakukan terhadap larutan standar vitamin C dengan konsentrasi 12,727 µgml pada rentang panjang gelombang 400-750 nm.
Kurva panjang gelombang maksimum vitamin C dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Kurva panjang gelombang maksimum vitamin C
Gambar 4.5 menunjukkan bahwa panjang gelombang maksimum dari kompleks Mo V yang berwarna hijau kebiruan adalah 715,5 nm. Sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
yang dikatakan Gandjar dan Abdul 2007, di mana warna hijau kebiruan memberikan panjang gelombang maksimum pada rentang 610-750 nm.
4.5.2 Hasil penentuan waktu kerja operating time
Penentuan waktu kerja dimulai setelah proses pemanasan selesai dan setelah suhu sampel turun. Waktu yang dibutukhkan untuk mendinginkan sampel adalah
36 menit, sehingga pengukuran waktu kerja larutan vitamin C dengan konsentrasi 12,727 µgml pada panjang gelombang 715,5 nm dimulai pada menit ke-37
dengan selang waktu satu menit selama 40 menit. Waktu pengukuran paling stabil yang diperoleh adalah pada menit ke-55 sampai menit ke-67 terhitung dari proses
pemanasan selesai. Pengukuran kompleks Mo V stabil selama 12 menit. Kurva waktu kerja dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Kurva waktu kerja operating time
4.5.3 Hasil pengukuran kurva kalibrasi vitamin C
Kurva kalibrasi vitamin C ditetapkan dengan membuat deret standar sebanyak 6 konsentrasi pada rentang 0,000 µgml sampai dengan 14,545 µgml pada
0.478 0.48
0.482 0.484
0.486 0.488
0.49 0.492
0.494 0.496
0.498 0.5
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
80.00
A bso
rba nsi
Waktu menit
Universitas Sumatera Utara
panjang gelombang 715,5 nm dan diukur pada waktu kerja yang diperoleh menit ke-55 sampai menit ke-67 setelah proses pemanasan selesai.
Kurva kalibrasi vitamin C yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Kurva kalibrasi vitamin C
Pada kurva kalibrasi ini diperoleh persamaan regresinya adalah Y = 0,0418X
+ 0,0060 dengan koefisien korelasi r sebesar 0,9971. Menurut Watson 2010, nilai ini memenuhi syarat yang ditetapkan yaitu r
≥ 0,9950. Nilai koefisien korelasi yang tinggi menunjukkan hubungan yang linear antara sinyal detektor
yang terukur dengan jumlah antioksidan dalam sampel. Data kalibrasi, perhitungan persamaan garis regresi dan perhitungan persamaan korelasi dapat
dilihat pada Lampiran 10-12, halaman 70-72.
4.5.4 Hasil uji kapasitas antioksidan total sari kental buah markisa ungu
Kapasitas antioksidan total sari kental buah markisa ungu ditentukan berdasarkan persamaan kurva kalibrasi vitamin C. Dari hasil perhitungan uji
diperoleh bahwa kapasitas antioksidan total 1 g sari buah markisa ungu ekuivalen dengan kapasitas antioksidan vitamin C seberat 4,944 ± 0,27 mg.
0.0 0.1
0.2 0.3
0.4 0.5
0.6 0.7
0.0 5.0
10.0 15.0
20.0
A bso
rba nsi
Konsentrasi µgml
Universitas Sumatera Utara
Hasil uji kapasitas antioksidan total sari buah markisa ungu dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut :
Tabel 4.10 Hasil uji kapasitas antioksidan total sari kental buah markisa ungu
No. Absorbansi Y
Konsentrasi X µg ml
Kesetaraan jumlah antioksidan total 1 g sari
buah markisa ungu dengan berat vitamin C
mg
1. 0,4410
10,407 5,204
2. 0,4058
9,565 4,783
3. 0,4054
9,555 4,778
4. 0,4146
9,775 4,888
5. 0,4268
10,067 5,034
6. 0,4219
9,950 4,975
Data dan contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 13, halaman 73 dan Lampiran 15, halaman 75-76.
4.5.5 Hasil uji kapasitas antioksidan total sari kental buah markisa konyal
Kapasitas antioksidan total sari buah markisa konyal ditentukan berdasarkan persamaan kurva kalibrasi vitamin C. Dari hasil perhitungan uji t, diperoleh
bahwa 1 g sari buah markisa konyal ekuivalen dengan kapasitas antioksidan vitamin C seberat 4,277 ± 0,18 mg.
Hasil uji kapasitas antioksidan total sari buah markisa konyal dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11 Hasil uji kapasitas antioksidan total sari kental buah markisa konyal
No. Absorbansi
Y Konsentrasi X
µg ml Kesetaraan jumlah
antioksidan total 1 g sari buah markisa ungu
dengan berat vitamin C mg
1. 0,4331
10,218 4,323
2. 0,4364
10,297 4,356
3. 0,4184
9,886 4,183
4. 0,4440
10,478 4,433
5. 0,4223
9,959 4,214
6. 0,4161
9,811 4,151
Data dan contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 14, halaman 74 dan Lampiran 15, halaman 76-77.
4.5.6 Validasi metode analisis 4.5.6.1 Hasil penentuan batas deteksi dan batas kuantitasi
Batas deteksi dan batas kuantitasi untuk vitamin C ditentukan dari persamaan garis regresinya yaitu Y = 0,0418X + 0,0060. Batas deteksi Limit of Detection
merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi dan masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko. Batas deteksi
merupakan parameter uji batas. Sedangkan batas kuantitasi Limit of Quantitation diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat
memenuhi kriteria cermat dan seksama Harmita, 2004. Dari hasil perhitungan secara statistik menggunakan persamaan regresi, maka
diperoleh nilai LOD adalah 1,199 µgml yang berarti instrumen tidak dapat membedakan sinyal antara blanko dan antioksidan pada konsentrasi di bawah ini.
Dan nilai LOQ adalah 3,995 µgml yang berarti konsentrasi analit yang terukur di bawah nilai ini memberikan ketelitian dan ketepatan yang tidak baik. Perhitungan
limit deteksi dan limit kuantitasi tertera pada Lampiran 16, halaman 78.
Universitas Sumatera Utara
4.5.6.2 Hasil uji persen perolehan kembali Recovery
Uji perolehan kembali dilakukan dengan menambahkan sejumlah konsentrasi tertentu standar vitamin C yang telah diketahui jumlahnya ke dalam sampel dan
memperlakukannya sama seperti uji sampel tersebut. Uji perolehan kembali merupakan uji kecermatan yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis
dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan hasil analisis sangat tergantung pada sebaran galat sistemik di dalam keseluruhan tahapan analisis. Oleh karena itu
untuk mencapai kecermatan yang tinggi hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi galat sistematik tersebut seperti menggunakan peralatan yang telah
dikalibrasi, menggunakan pereaksi dan pelarut yang baik, pengontrolan suhu, dan pelaksanaannya yang cermat, taat asas sesuai prosedur Harmita,2004.
Hasil uji perolehan kembali sari buah markisa ungu dan sari buah markisa konyal dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Uji persen perolehan kembali recovery antioksidan pada sari
kental buah markisa ungu dan markisa konyal dengan metode penambahan baku vitamin C Standard Addition Method
No. Sampel uji
Persen Recovery Syarat rentang
persen recovery 1
Sari kental buah markisa ungu 111,46
80-120 2
Sari kental buah markisa konyal 104,24
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 4.12, hasil uji perolehan kembali recovery ini memenuhi syarat akurasi yang telah ditetapkan yaitu berada pada
rentang 80-120 Ermer dan Miller, 2005. Contoh perhitungan uji perolehan kembali recovery dapat dilihat pada Lampiran 18, halaman 80.
4.5.6.3 Hasil Simpangan Baku Relatif
Simpangan baku relatif disebut juga sebagai uji keseksamaan precision yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual diukur melalui
Universitas Sumatera Utara
penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur yang diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen
Harmita, 2004. Perhitungan yang dilakukan terhadap data hasil uji kapasitas antioksidan total
sari buah markisa ungu menunjukkan nilai simpangan baku relatif RSD sebesar 6,41 dan sari buah markisa konyal sebesar 8,46. Contoh perhitungan dapat
dilihat pada Lampiran 19, halaman 81-82. Menurut Ermer dan Miller 2005, nilai simpangan baku relatif RSD yang
memenuhi persyaratan adalah ≤10 -20 . Dari hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa metode yang dilakukan memiliki presisi yang baik.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Hasil skrining fitokimia sari buah markisa ungu Passiflora edulis Sims
menunjukkan adanya golongan senyawa glikosida, saponin, flavonoid dan vitamin C, sedangkan hasil skrining fitokimia sari buah markisa konyal
Passiflora ligularis Juss menunjukkan adanya golongan senyawa glikosida, flavonoid dan vitamin C.
b. Sari buah markisa ungu dan sari buah markisa konyal memiliki aktivitas
antioksidan. c.
Kemampuan antioksidan yang diperoleh dengan metode pemerangkapan radikal bebas DPPH yaitu IC
50
sari buah markisa ungu 3518,61 ppm, sari buah markisa konyal 6752,62 ppm dan vitamin C 4,16 ppm.
d. Kapasitas antioksidan total sari buah markisa ungu dan markisa konyal
dengan metode pembentukan kompleks fosfomolibdenum menunjukkan bahwa kapasitas antioksidan total 1 g sari buah markisa ungu ekuivalen
dengan kapasitas antioksidan vitamin C seberat 4,944 ± 0,27 mg dan kapasitas antioksidan total 1 g sari buah markisa konyal ekuivalen dengan
kapasitas antioksidan vitamin C seberat 4,277 ± 0,18 mg.
5.2 Saran