Penawaran Agregat Landasan Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Penawaran Agregat

Penawaran Agregat atau Aggregat Supply adalah jumlah total dari barang dan jasa yang ditawarkan dalam suatu perekonomian pada tingkat harga. Model penawaran agregat secara klasik dibentuk dari fungsi faktor produksi. Secara umum fungsi dari faktor produksi adalah fungsi dari modal capital dan tenaga kerja labor, karena jumlah output yang diproduksi tergantung pada jumlah modal dan tenaga kerja maka model penawaran klasik terbentuk: . L K f Y  1 . 2 Di mana Y adalah total output, K adalah capital modal dan L adalah labor tenaga kerja Dalam jangka panjang perusahaan biasanya menawarkan barang dan jasa dengan harga yang fleksibel dan dalam jangka pendek tingkat harga umumnya bersifat kaku, sehingga penawaran agregat sangat bergantung pada horison waktu. Hal ini juga menyebabkan perbedaan antara penawaran agregat jangka panjang long- run aggregate supply dan penawaran agregat jangka pendek short-run aggregate supply. Universitas Sumatera Utara Penawaran agregat dalam jangka panjang bersifat vertikal, karena dalam jangka panjang tingkat harga adalah fleksibel dan pergeseran dalam permintaan agregat akan mempengaruhi tingkat harga tetapi output perekonomian tetap pada tingkat alamiah. Pada jangka pendek, tingkat harga bersifat kaku dan penawaran agregat bersifat horizontal, dan pergeseran permintaan agregat akan menyebabkan fluktuasi pada output. Untuk menjelaskan implikasi dari penawaran agregat jangka pendek terdapat tiga model pendekatan, yaitu model harga kaku sticky price model, model upah kaku sticky wage model dan model informasi tidak sempurna imperfect information model. Melalui ketiga model tersebut kita akan melihat implikasi dari penawaran agregat jangka pendek. Implikasi tersebut adalah membuktikan terjadinya trade-off antara tingkat inflasi dan pengangguran. Trade-off atau pertukaran ini disebut dengan kurva phillips yang menyatakan bahwa untuk menurunkan tingkat inflasi para pembuat kebijakan secara sementara harus memperbesar tingkat pengangguran dan untuk mengurangi pengangguran maka harus menerima inflasi yang lebih tinggi. 2.1.1.1. Model penawaran agregat Model penawaran agregat jangka pendek bersifat horizontal dan pergeseran dalam permintaan agregat menyebabkan tingkat output menyimpang dari tingkat alamiah, kondisi ini menunjukkan kondisi booming dan penurunan dari siklus bisnis. Meskipun berbeda secara teoritis, namun akhir dari ketiga model penawaran agregat jangka pendek memenuhi persamaan: Universitas Sumatera Utara e P P Y Y        2 . 2 Di mana Y adalah output, Y  tingkat output alami, P adalah tingkat harga, e P adalah tingkat harga yang diharapkan. Persamaan ini menunjukkan bahwa output menyimpang dari tingkat alami bila tingkat harga menyimpang dari tingkat harga yang diperkirakan. Parameter á menunjukkan berapa banyak output merespon terhadap perubahan yang tidak diharapkan pada dalam tingkat harga, 1á adalah kemiringan dari kurva penawaran agregat. 2.1.1.2. Model harga yang kaku Tingkat harga yang lebih tinggi menunjukkan bahwa biaya perusahaan lebih tinggi, sehingga semakin tinggi tingkat harga keseluruhan maka semakin besar harga yang akan dibebankan kepada konsumen, selanjutnya tingkat pendapatan yang lebih tinggi akan meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan dan biaya marginal akan naik pada tingkat model harga kaku sticky price model menekankan bahwa perusahaan tidak secara instan menyesuaikan tingkat harga yang mereka tetapkan sebagai respon terhadap perubahan permintaan karena tingkat harga biasanya ditetapkan oleh kontrak jangka panjang. Tingkat harga tergantung pada dua variabel makro yaitu tingkat harga keseluruhan P dan tingkat pendapatan agregat Y. Produksi yang lebih tinggi sehingga semakin besar permintaan maka semakin tinggi harga yang akan ditetatapkan produsen. Sehingga persamaannya dapat dituliskan: Y Y a P p    3 . 2 Universitas Sumatera Utara Persamaan di atas meyatakan bahwa harga yang diinginkan p tergantung tingkat harga keseluruhan P dan pada tingkat output agregat relatif terhadap tingkat alamiah Y Y  . a 0 mengukur besar harga yang diinginkan perusahaan untuk tingkat output agregat. Dengan mengasumsikan dua produsen dengan harga yang fleksibel dan harga yang kaku, maka perusahaan dengan harga kaku menetapkan harga yang mengacu pada: e e e Y Y a P p    4 . 2 Di mana e menunjukkan nilai yang diharapkan dari sebuah variabel, dengan asumsi bahwa produsen mengharapkan output berada dalam tingkat alamiah, sehingga e e Y Y a  adalah nol. Maka perusahaan menetapkan harga: e P p  5 . 2 atau dapat diartikan bahwa produsen menetapkan harga berdasarkan prediksi produsen lain menetapkan harga yang sama. Dengan menggunakan kaidah penetapan harga dari dua produsen maka dapat diderivasi persamaan penawaran agregat, dengan tingkat harga keseluruhan dari perekonomian yang merupakan rata-rata tertimbang dari harga yang ditetapkan dari dua produsen di atas. Jika s adalah fraksi dengan harga kaku dan 1-s adalah fraksi dengan harga fleksibel maka tingkat harga keseluruhan adalah: [ 1 Y Y a P s sP P e      6 . 2 Kurangi P s 1  dari kedua sisi persamaan, maka didapat: Universitas Sumatera Utara [ 1 Y Y a s sP sP e     7 . 2 bagi kedua sisi dengan s untuk tingkat harga keseluruhan, maka: ] 1 [ Y Y s a s P P e     8 . 2 dari persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa bila mengharapkan harga yang tinggi maka produsen harus menetapkan biaya produksi yang lebih tinggi, tingkat harga yang tinggi ini akan menyebabkan produsen lain menetapkan tingkat harga yang tinggi pula. Sehingga tingkat harga yang diharapkan tinggi maka akan menyebabkan tingkat harga aktual menjadi tinggi. Selanjutnya ketika tingkat output tinggi maka permintaan akan barang juga akan naik dan produsen dengan harga fleksibel akan menetakan harga yang tinggi yang menyebabkan tingkat harga secara umum menjadi naik. Dapat disimpulkan bahwa tingkat harga keseluruhan tergantung pada tingkat harga yang diharapkan dan pada tingkat output. Sehingga persamaan penetapan harga agregat menjadi: e P P Y Y      2 . 2 Di mana ] 1 a s s    . Model harga kaku menyatakan bahwa penyimpangan output dari tingkat alamiah secara positif berkaitan dengan penyimpangan tingkat harga dari tingkat harga yang diharapkan. 2.1.1.3. Model upah kaku Model upah kaku sticky wage model menunjukkan implikasi dari upah nominal yang kaku pada penawaran agregat. Tingkat upah cenderung kaku Universitas Sumatera Utara dikarenakan tingkat upah biasanya ditetapkan dalam kontrak jangka panjang, sehingga tingkat upah tidak dengan cepat disesuaikan ketika kondisi ekonomi berubah. Untuk mengkajinya model ini perlu diperhatikan apa yang terjadi pada jumlah output yang diproduksi ketika tingkat harga naik. Ketika upah nominal tidak berubah, kenaikan tingkat harga akan menurunkan upah rill, yang akan membuat tenaga kerja menjadi murah. Selanjutnya upah rill yang lebih rendah akan mendorong perusahaan mengunakan lebih banyak tenaga kerja dan tenaga kerja tambahan ini akan memproduksi lebih banyak output. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat harga dan jumlah output berhubungan positif, kenaikan kenaikan tingkat harga akan menaikkan jumlah output selama upah nominal tidak disesuaikan. Para pekerja dan perusahaan menetapkan upah nominal W berdasarkan upah rill target  dan tingkat harga yang mereka harapkan e P , maka upah nominal adalah: e xP W   9 . 2 setelah upah nominal ditetapkan sebelum tenaga kerja ditarik, perusahaan mempelajari tingkat harga aktual P, maka upah rill menjadi: P P x P W e   10 . 2 asumsi akhir dari model upah kaku adalah bahwa kesempatan kerja ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang diminta perusahaan. Maka fungsi permintaan tenaga kerja: Universitas Sumatera Utara P W L L d  11 . 2 yang menyatakan semakin rendah upah rill maka semakin banyak tenaga kerja yang digunakan perusahan, sehingga dapat disimpulkan karena upah bersifat kaku, perubahan pada tingkat harga akan menjauhkan upah rill dari upah rill target, dan perubahan upah rill akan mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang digunakan serta output yang diproduksi, sehingga kurva penawaran agregat dapat ditulis: e P P Y Y      2 . 2 2.1.1.4. Model informasi tidak sempurna Model informasi tak sempurna imperfect information model mengasumsikan bahwa dalam pasar semua upah dan harga akan bebas menyesuaikan diri untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan. Model ini juga mengasumsikan bahwa setiap produsen dalam perekonomian memproduksi barang tunggal dan mengkonsumsi banyak barang. Karena jumlah barang begitu banyak para produsen tidak dapat mengamati seluruh harga baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Mereka memantau dengan ketat harga barang yang mereka produksi, tetapi kurang memantau harga seluruh barang yang mereka konsumsi. Ringkasnya, model informasi tak sempurna menyatakan bahwa bila harga aktul naik melebihi harga yang diharapkan, maka para produsen akan meningkatkan output mereka, sehingga persamaan penawaran agregat dapat ditulis: e P P Y Y      2 . 2 Universitas Sumatera Utara

2.1.2. Inflasi, Pengangguran dan Kurva Philips