Inflasi, Pengangguran dan Kurva Philips

2.1.2. Inflasi, Pengangguran dan Kurva Philips

Indikator kebijakan makro ekonomi adalah tingkat inflasi yang rendah dan pengangguran yang rendah. Namun seringkali dua tujuan ini bertentangan atau terjadinya trade off antara tingkat inflasi dan pengangguran. Seperti yang telah dijelaskan Trade-off atau pertukaran ini disebut dengan kurva Philips yang merupakan refleksi dari penawaran agregat jangka pendek dan ketika pembuat kebijakan menggerakkan penawaran jangka pendek, maka pengangguran dan inflasi akan bergerak pada arah yang berlawanan. Gambar 2.1. Kurva Philips Dalam sudut pandang kurva Philips tingkat inflasi tergantung pada inflasi yang diharapkan, pengangguran siklis deviasi pengangguran dari tingkat alami dan guncangan penawaran. Ketiga hal tersebut ditunjukkan dalam persamaan: v u u n e       12 . 2 Inflasi ð e + v u n Pengangguran Universitas Sumatera Utara Di mana  adalah tingkat inflasi, e  adalah tingkat inflasi yang diharapkan, n u u    pengangguran siklis dan v guncangan penawaran. Tanda negatif pada pengangguran siklis, dengan asumsi variabel yang lain tetap maka pengangguran yang tinggi cenderung mengurangi inflasi. Kurva Philips berasal dari derivasi dari persamaan untuk penawaran agregat yaitu: 1 Y Y P P e     13 . 2 dengan satu penambahan, satu pengurangan dan satu subtitusi, kita bisa memanipulasi untuk mendapatkan hubungan antara inflasi dan pengangguran. Pertama ditambahkan sisi kanan dengan guncangan penawaran v untuk menunjukkan peristiwa eksogen seperti fluktuasi harga minyak dunia, yang mengubah tingkat harga dan menggeser kurva penawaran agregat jangka pendek. v Y Y P P e     1  14 . 2 kedua, untuk mengubah tingkat harga menjadi tingkat inflasi kurangi tingkat harga tahun lalu P- 1 dari kedua sisi persamaan v Y Y P P P P e         1 1 1  15 . 2 1   P P adalah perbedaan tingkat harga sekarang dan tingkat harga tahun lalu, yang merupakan tingkat inflasi  , sementara 1   P P e adalah perbedaan antara tingkat harga yang diharapkan dan tingkat harga tahun lalu atau merupakan tingkat inflasi yang diharapkan e  sehingga persamaan akan berbentuk: Universitas Sumatera Utara v Y Y e     1    16 . 2 Kxetiga, untuk beralih dari output ke pengangguran dengan menggunakan Hukum Okun, yang menyatakan bahwa penyimpangan output dari tingkat alamiah berbanding terbalik dengan penyimpangan pengangguran dari tingkat alamiah. Bila output lebih tinggi dari tingkat output alamiah, maka pengangguran lebih rendah dari tingkat pengangguran alamiah, dan bentuk persamaannya: 1 n u u Y Y       17 . 2 Kita subtitusi n u u    kepada 1 Y Y   pada persamaan sebelumnya, maka didapat persamaan: v u u n e       12 . 2 Dari derivasi kurva Philips dapat disimpulkan, bahwa persamaan kurva Philips dan persamaan agregat jangka pendek menunjukkan gagasan makro ekonomi yang sama atau menunjukkan hubungan antara variabel rill dan nominal atau dikotomi klasik tidak berlaku dalam jangka pendek. Menurut persamaan agregat jangka pendek, output terkait dengan pergerakan yang tidak diharapkan dalam tingkat harga. Namun menurut persamaan kurva Philips pengangguran terkait dengan pergerakan yang tidak diharapkan dalam tingkat inflasi. Model penawaran agregat lebih tepat menjelaskan output dan tingkat harga dan kurva Philips menjelaskan pengangguran dan inflasi.

2.1.3. Harga Minyak Dunia