2.5.3. EASY Ergonomic Assessment Survey
EASY adalah suatu cara yang dapat digunakan untuk menilai besarnya tingkat risiko ergonomi terhadap suatu kegiatan kerja. Metode
ini terdiri dari tiga jenis survey yang masing-masing memiliki skor yang berbeda. Ketiga skor tersebut yaitu ; BRIEF Survey 4 skor, Employee
Survey 1 skor dan Medical Survey 2 skor. Hasil akhir dari metode EASY berupa rating yang diperoleh dari penjumlahan skor yang didapatkan dari
ketiga survey diatas maksimal 7 skor. Rating tersebut akan menunjukan prioritas pengendalian yang perlu dilakukan. Semakin besar skornya,
maka tindakan pengendaliannya pun semakin diutamakan.
2.5.4. BRIEF Base Risk Identification Of Ergonomic Factor
BRIEF adalah suatu alat yang digunakan untuk skrining awal initial
screening dengan
menggunakan sistem
rating untuk
mengidentifikasi bahaya ergonomik yang diterima oleh pekerja dalam kegiatannya sehari-hari. Dalam BRIEF Survey, terdapat 4 faktor risiko
ergonomik yang perlu diketahui yaitu : a Postur posture yaitu sikap anggota tubuh yang janggal sewaktu
menjalankan pekerjaan. b Gaya force yaitu beban yang harus ditanggung oleh anggota tubuh
pada saat melakukan postur janggal dan melampaui batas kemampuan tubuh.
c Lama duration yaitu lamanya waktu yang digunakan dalam melakukan gerakan pekerjaan dengan postur janggal.
d Frekuensi frequency yaitu jumlah postur janggal yang berulang dalam satuan waktu menit.
Dalam survey ini, setiap faktor yang melanggar kriteria standar Humantech, 1995 maka akan mendapatkan skor 1, semakin banyak skor
yang didapatkan dalam suatu pekerjaan, maka pekerjaan tersebut semakin berisiko dan memerlukan penanggulangan segera. Skor maksimal yang
bisa didapatkan survey ini yaitu sebesar 4 skor.
2.5.5. Rapid Entire Body Assesment REBA
REBA Hignett and Mc Attamney, 2000 dikembangkan untuk mengkaji postur bekerja yang dapat ditemukan pada industri pelayanan
kesehatan dan industri pelayanan lainnya. Data yang dikumpulkan termasuk postur badan, kekuatan yang digunakan, tipe pergerakan,
gerakan berulang, dan gerakan berangkai. Hasil dari skor REBA berupa nilai yang berfungsi untuk memberi sebuah indikasi pada tingkat risiko
mana dan pada bagian mana yang harus dilakukan tindakan penanggulangan. Metode REBA digunakan untuk menilai postur
pekerjaan berisiko
yang berhubungan
dengan Musculoskeletal
DisordersWork Related Musculoskeletal Disorders WMSDs.
Perkembangan awal disadari oleh range dari posisi anggota badan menggunakan konsep dari RULA Rapid Upper Limb Position Mc
Attamney dan Corlett 1993 OWAS Karhu etal 1977 dan NIOSH Waters et al. 1993. Garis dasar dari tubuh ini adalah fungsi anatomi
pada posisi netral. Apabila postur bergerak dari posisi netral maka nilai risiko akan meningkat. Tabel tersedia untuk 144 kombinasi perubahan
postur yang dimasukkan ke dalam skor tunggal yang mewakili tingkat risiko muskuloskeletal. Skor ini kemudian dimasukkan ke dalam lima
tingkat tindakan seperti apa yang penting untuk dicegah atau dikurangi untuk mengkaji postur.
1. Pengaplikasian Menetapkan skor REBA menampilkan tingkat tindakan dengan
mengutamakan yang paling penting untuk control pengendalian. REBA dapat digunakan ketika mengkaji faktor ergonomik ditempat
kerja, penggunaan REBA dapat dilakukan dalam kondisi : a. Seluruh tubuh yang sedang digunakan untuk bekerja.
b. Pada postur yang statis, dinamis, kecepatan perubahan, atau postur yang tidak stabil.
c. Beban atau tekanan secara rutin maupun tidak didapatkan oleh pekerja.
d. Modifikasi pada tempat kerja, peralatan, pelatihan, atau perilaku pekerja yang berisiko sesudah dan sebelum adanya perubahan.
2. Prosedur Metode REBA dapat digunakan ketika mengidentifikasi
penilaian ergonomi ditempat kerja yang membutuhkan analisa postural lebih lanjut ada dalam prosedur penilaian metode REBA ada
6 tahap yaitu : a. Melakukan Observasi Aktifitas Pekerjaan
Didalam proses observasi dilakukan pengamatan ergonomi yang meliputi penilaian tempat kerja, dampak dari tempat kerja
serta posisi kerja, penggunaan alat-alat bekerja dan perilaku pekerja yang berhubungan dengan risiko ergonomi. Jika
memungkinkan di dalam observasi ini setiap data yang ada dikumpulkan dengan kamera atau video. Bagaimanapun juga,
dengan menggunakan banyak peralatan observasi sangat dianjurkan untuk mencegah kesalahan.
b. Memilih Postur Yang Akan Dinilai Ada beberapa kriteria yang bisa digunakan untuk memilih
postur kerja mana yang sebaiknya dinilai, kriterianya adalah :
1. Postur kerja yang paling sering dilakukan dalam jangka waktu yang lama.
2. Postur kerja yang sering kali diulang. 3. Postur kerja yang membutuhkan aktifitas dan tenaga yang
besar. 4. Postur kerja yang diketahui menimbulkan ketidaknyamanan
bagi pekerja. 5. Postur kerja yang ekstrem, tidak stabil, janggal serta
membutuhkan energi. 6. Postur kerja yang telah diketahui bahwa diperlukan sebuah
intervensi, kontrol dan perubahan pada postur kerja tersebut. Keputusan dapat didasari pada satu atau lebih kriteria
diatas. Kriteria dalam memutuskan postur mana yang akan dianalisa harus dilaporkan dengan disertai hasil atau
rekomendasi. c. Melakukan Penilaian Postur Kerja
Dalam menggunakan REBA, lembar penilaian telah tersedia dan teruji validitasnya. Secara garis besar penilaian
dibagi menjadi dua grup besar yaitu grup A untuk penilaian punggung, leher dan kaki dan grup B untuk penilaian lengan
bagian atas, lengan bagian bawah dan pergelangan tangan.
Pertimbangan mengenai tugas pekerjaan kritis dari pekerjaan. Untuk masing-masing tugas, menilai faktor postur
untuk menetapkan skor kepada masing-masing bagian tubuh. Lembar data telah menyediakan sebuah format untuk proses
penilaian ini. Skor grup A terdiri dari postur tubuh, leher dan kaki dan
grup B terdiri dari postur lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan untuk bagian kanan dan kiri. Untuk masing-
masing bagian mempunyai skala penilaian postur ditambah dengan catatan tambahan untuk pertimbangan tambahan.
Kemudian skor
bebanbesarnya gaya
dan faktor
perangkaicoupling. Hasil akhirnya adalah skor aktifitas. Melihat skor dari tabel A untuk grup A skor postur dan
dari tabel untuk grup B skor postur. Tabel mengikuti lembar kumpulan data. Skor A adalah penjumlahan dari skor tabel A dan
skor bebanbesarnya gaya. Skor B adalah penjumlahan dari skor tabel B dan skor perangkaicoupling dari setiap masing-masing
bagian tangan. Skor C adalah dengan melihat tabel C, yaitu memasukkan skor tersebut dengan skor A dan skor B. Skor
REBA adalah penjumlahan dari skor C dan skor aktifitas. Tingkat risiko didapat pada tabel keputusan REBA.
d. Melakukan Proses Pada NilaiSkor Yang Didapat Penilaian postur bagian tubuh, pada saat melakukan
penilaian risiko ergonomi menggunakan REBA telah disediakan sebuah lembar kerja yang berisi gambar dan penjelasan
mengenai tahapan penilaian atau pemberian skor terhadap setiap jenis postur tubuh yang dianalisis pada postur leher, punggung,
dan kaki yang dikelompokkan pada kelompok A dan analisis pada lengan bagian atas, lengan bagian bawah dan pergelangan
tangan. 1. Analisis Pada Postur Leher
Didalam analisis postur leher yang akan diukur adalah besarnya sudut yang dibentuk dari posisi leher sesuai dengan
yang dilakukan pada saat postur bekerja.
Gambar 2.18. Postur Leher
Sumber : Hignett S, McAtamney, 2000
Pada penilaian kriteria postur leher ini terdiri dari tiga kategori posisi leher bergerak menunduk flexi sebesar 10-
20
o
yang diberi skor +1, posisi leher bergerak menunduk
flexi sebesar 20
o
yang diberi skor +2 dan posisi leher bergerak kebelakang atau mendongak ekstensi yang diberi
skor +2 . jika posisi leher bergerak menunduk atau mendongak lalu ditambah dengan posisi miring side
bending atau memutar twisting maka ditambah +1. 2. Analisis Pada Postur Punggung
Pada penilaian kriteria postur punggung ini terdiri dari lima kategori posisi punggung dalam posisi netral 0
o
yang diberii skor +1, posisi punggung bergerak ke belakang atau
mendengak diberi skor +2 dan posisi punggung bergerak menunduk fleksi sebesar 20
o
yang diberi skor +2, posisi punggung bergerak menunduk fleksi sebesar 20-60
o
yang diberi skor +3 dan posisi punggung bergerak menunduk
fleksi sebesar 60
o
yang diberi skor +4 . jika posisi punggung bergerak menunduk atau mendongak lalu
ditambah dengan posisi miring side bending atau memutar twisted maka ditambahkan +1.
Gambar 2.19. Postur Punggung
Sumber : Hignett S, McAtamney, 2000
3. Analisis Pada Postur Kaki Pada penilaian postur kaki ini terdiri dari dua kategori.
Berat badan bertumpu dengan dua tumpuan kaki diberi skor +1. Berat badan bertumpu dengan 1 tumpuan kaki diberi
skor +2. Bila posisi kaki ditemukan terdapat lutut menekuk sebesar 30
– 60
o
maka ditambahkan +1 dan bila posisi kaki ditemukan terdapat lutut menekuk sebesar 60
o
maka ditambahkan +2.
Gambar 2.20. Postur Kaki
Sumber : Hignett S, McAtamney, 2000
4. Analisis Pada Postur Lengan Bagian Atas Pada penilaian kriteria postur lengan bagian atas ini
terdiri dari lima kategori posisi lengan bagian atas dalam posisi bergerak ke depan fleksi 0-20
o
atau posisi bergerak ke belakang ekstensi 0-20
o
diberi skor +1, posisi lengan bagian atas dalam posisi bergerak ke depan fleksi 20-45
o
atau posisi bergerak ke belakang ekstensi 20
o
diberi skor +2 dan posisi lengan bagian atas bergerak ke depan fleksi
45-90
o
diberi skor +3 dan posisi lengan bagian atas dalam posisi bergerak ke depan fleksi 90
o
yang diberi skor +4. Jika posisi lengan bagian atas bergerak menjauhi tubuh
ditambahkan +1, Jika bahu terangkat ditambah +1. Apabila terdapat penopang lengan dikurangi -1.
Gambar 2.21. Postur Lengan Bagian Atas
Sumber : Hignett S, McAtamney, 2000
5. Analisis Pada Postur Lengan Bagian Bawah Analisis pada postur lengan bagian bawah ini terdiri
dari dua kategori posisi lengan bagian bawah menekuk
fleksi dalam posisi bergerak sebesar 50-100
o
yang diberi skor +1 dan posisi lengan bagian bawah menekuk fleksi
dalam posisi bergerak sebesar 0-60
o
dan menekuk 100
o
yang diberi skor +2.
Gambar 2.22. Postur Lengan Bagian Bawah
Sumber : Hignett S, McAtamney, 2000
6. Analisis Pada Postur Pergelangan Tangan Pada penilaian kriteria postur pergelangan tangan ini
terdiri dari dua kategori posisi pergelangan tangan bergerak ke bawah fleksi ataupun bergerak ke atas ekstensi dalam
posisi bergerak sebesar 0-15
o
maka diberi skor +1. Dan posisi pergelangan tangan bergerak ke bawah fleksi
maupun bergerak ke atas ekstensi dalam posisi bergerak sebesar 15
o
maka diberi skor +2. Dan ditambahkan +1 jika posisi pergelangan tangan miring atau berputar twisted.
Gambar 2.23. Postur Pergelangan Tangan
Sumber : Hignett S, McAtamney, 2000
Setelah melakukan penilaian atas postur tubuh tersebut, kemudian postur tubuh dikelompokkan menjadi dua kelompok.
Kelompok A untuk leher , punggung, dan kaki. Kelompok B untuk lengan bagian atas, lengan bagian bawah, dan pergelangan
tangan. Untuk bagian tubuh yang termasuk ke dalam kelompok A, nilai yang telah didapatkan pada pergerakan sebelumnya
dimasukkan ke dalam nilai A agar didapatkan nilai postur kelompok A pada tabel berikut :
Tabel 2.1. Tabel REBA Kelompok A
Sumber : Hignett S, McAtamney, 2000
Setelah didapatkan nilai dari tabel tersebut, penilaian diberikan tambahan nilai, melalui kategori beban atau energi
yang dikeluarkan. Apabila beban lebih kecil dari 11 lbs maka nilai yang ditambahkan adalah nol 0 apabila beban 11-22 lbs
maka ditambahkan +1, apabila beban lebih dari 22 lbs, maka nilai ditambahkan +2 dan apabila kondisi energi tersebut
dikeluarkan secara cepat dan mendadak ditambahkan +1.
Selanjutnya skor postur A ditambahkan dengan nilai beban dan energi sehingga didapatkan nilai kelompok A.
Setelah menilai kelompok A selanjutnya menilai kelompok B yaitu terdiri dari nilai postur lengan bagian atas,
lengan bagian bawah, dan pergelangan tangan. Nilai tersebut dimasukkan ke dalam tabel B untuk mendapatkan nilai postur
kelompok B. berikut tabel yang dimaksud :
Tabel 2.2. Tabel REBA Kelompok B
Sumber :
Hignett S, McAtamney, 2000
Setelah didapatkan nilai tabel B, dilakukan penjumlahan nilai posisi pegangan tangan coupling saat aktifitas kerja yaitu
ketika tangan berpegangan dengan baik maka nilai +1, ketika kondisi pergelangan tangan buruk diberikan nilai +2 ketika
pegangan tidak aman dan membahayakan diberikan nilai +3. Kemudian hasil nilai postur B dijumlahkan dengan nilai
posisi pegangan tangan coupling menghasilkan nilai atau skor
B. Setelah didapatkan nilai A dan nilai B, kedua nilai tersebut digabungkan pada tabel C untuk mendapatkan nilai C.
Tabel 2.3. Tabel REBA Kelompok C
Sumber :
Hignett S, McAtamney, 2000
Nilai tabel C kemudian ditambahkan dengan nilai aktifitas untuk mendapatkan hasil akhir nilai REBA. Pengkategorian nilai
aktifitas adalah apabila satu atau lebih bagian tubuh bekerja lebih dari 1 menit maka ditambahkan +1, apabila ada pengulangan
lebih dari 4 kali dalam satu menit maka diberikan nilai +1 dan apabila mengakibatkan perubahan postur secara ekstrem pada
tubuh maka diberikan nilai tambahan +1. Gambaran secara lengkap perhitungan REBA dapat dilihat dalam gambar :
Gambar 2.24. Skor REBA
Sumber : Hignett S, McAtamney, 2000
e. Menetapkan NilaiSkor Akhir REBA Hasil akhir dari penilaian adalah REBA decision, yaitu
tingkat risiko berupa skoring dengan kriteria : 1. Skor 1 mempunyai tingkat risiko yang masih dapat diterima.
2. Skor 2-3 mempunyai tingkat risiko MSDs rendah. 3. Skor 4-7 mempunyai tingkat risiko MSDs sedang.
4. Skor 8-10 mempunyai tingkat risiko MSDs tinggi. 5. Skor 11-15 mempunyai tingkat risiko MSDs sangat tinggi.
Gambar 2.25. REBA Decision
Sumber : Hignett S, McAtamney, 2000
f. Menentukan Tindakan Sesuai Skor Akhir REBA 1. Skor 1 risiko pekerjaan dapat dikesampingkan.
2. Skor 2-3 diberikan perubahan postur kerja. 3. Skor 4-7 dibutuhkan investigasi yang lebih jauh dan
perubahan postur kerja secepatnya. 4. Skor 8-10 harus dilakukan investigasi dan adanya
implementasi berupa perubahan postur kerja dan lingkungan kerja.
5. Skor 11-15
harus segera
diganti dalam
aplikasi pekerjaannya.
2.5.7. Alasan Pemilihan Metode REBA