Analisis Penilaian Tingkat Risiko Ergonomi Pada Pekerja Konstruksi Proyek Ruko Graha Depok Tahun 2015

(1)

i

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA KONSTRUKSI PROYEK RUKO GRAHA DEPOK

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH:

MEITAMA ARIEF BUDHIMAN NIM: 1111101000079

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1437 H/ 2015 M


(2)

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidyatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidyatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidyatullah Jakarta.

Jakarta, 14 November 2015

Meitama Arief Budhiman NIM : 1111101000079


(3)

iii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Jakarta, 14 Desember 2015

Meitama Arief Budhiman, NIM: 1111101000079

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA KONSTRUKSI PROYEK RUKO GRAHA DEPOK TAHUN 2015

xxii + 210 halaman + 78 tabel + 29 gambar ABSTRAK

Postur janggal merupakan salah satu risiko ergonomi yang terdapat pada pekerja, hal ini dapat ditemui pada pekerja konstruksi dengan tahapan pekerjaan pada pekerjaan kayu, besi dan pengecoran. Postur janggal yang dilakukan oleh pekerja ini dapat menyebabkan stres pada kondisi fisik pekerja yang berdampak pada timbulnya cidera pada pekerja. Untuk mencegah terjadinya cidera perlu dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja konstruksi proyek Ruko Graha Depok.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi kasus, melalui observasi langsung terhadap seluruh tahapan kegiatan pada pekerja kayu, pekerja besi dan pekerja pengecoran. Penilaian tingkat risiko ergonomi menggunakan metode Rapid Entire Body Assesment (REBA), Ovako Working Assesment System (OWAS) dan Quick Exposure Checklist (QEC). Penelitian ini berlangsung dari periode Mei - Desember 2015. Pengamatan dilakukan pada perwakilan satu pekerja dari masing – masing tahapan kerja dengan rata – rata tinggi badan yang sama, kecuali pada pekerja tahapan memotong kayu dilakukan pada dua pekerja dikarenakan mengalami perbedaan tinggi badan yang jauh berbeda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahapan kegiatan pekerjaan kayu memiliki risiko ergonomi tinggi kecuali pada tahapan mengambil kayu. Sementara pada tahapan kegiatan pekerja besi juga memiliki risiko ergonomi tinggi kecuali tahapan membawa besi, membentuk rangka besi dan membetulna rangkaian besi. Risiko tinggi ergonomi juga dijumpai pada tahapan kegiatan meratakan semen cor.

Untuk mereduksi tingkat risiko ergonomi perlu dilakukan perubahan terhadap tindakan dan pergerakan pekerja, penyediaan alat bantu kerja serta perubahan pada desain kerja pekerja.

Kata Kunci : tingkat risiko ergonomi, REBA OWAS, QEC, Pekerja Konstruksi Bahan Bacaan : 40 (1981 – 2013)


(4)

iv

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

DEPARTMENT OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY Jakarta, Jakarta, 14 Desember 2015

Meitama Arief Budhiman, NIM: 1111101000079

ANALYSIS OF RISK ASSESSMENT ON ERGONOMIC

CONSTRUCTION PROJECT WORKER SHOP GRAHA DEPOK ON 2015 xxii + 210 pages + 78 tables + 29 images

ABSTRACT

Awkward posture is one of the ergonomic risk contained in the workers, it can be found on construction workers with carpentry, iron and foundry stages. Awkward postures performed by these workers can cause stress on physical conditions of workers who have an impact on the incidence of injury to workers. To prevent injury, it is necessary to conduct evaluation of ergonomic risk level in project construction workers Graha Depok.

This research is a quantitative research with case study design, through direct observation of all stages of the wood workers, iron workers and foundry workers. The assessment of ergonomic risk level uses Rapid Entire Body Assessment (REBA) methods, Ovako Working Assessment System (OWAS) and Quick Exposure Checklist (QEC). This research held on May to December 2015. Observations were made on the representatives of the workers of each stages who have same height, except on chopping wood workers, those observations are held to two workers because they have different height.

The results of research showed that at this stage of the work activities of wood has a high ergonomic risk except on took the wood stage. While in the stages of iron workers also have high ergonomic risk except the carrying iron, forming iron frame and fixing iron circuit stages. High risk ergonomics are also found on the leveling cement cast stage.

To reduce ergonomic risk level is necessary to change the action and the movement of workers, the provision of working tools and changes in the design of workers.

Keywords : Ergonomic Risk Assessment, REBA, OWAS, QEC, Construction Workers


(5)

(6)

(7)

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama : Meitama Arief Budhiman

Tempat/Tanggal Lahir : Depok, 8 Mei 1993

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Belum Menikah

Berat/tinggi badan : 57 kg/168 cm

Alamat : Jl. KH. Ahmad Dahlan No.5 RT 05/08 Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kecamatan Pabcoran Mas, Kota Depok. 16434.

Telp : 021-7791134 / 085285444100

Email : meitama.arief@yahoo.com

PENDIDIKAN FORMAL

1. 1998 – 1999 : TK Aisyiyah 5

2. 1999 – 2005 : SD Muhammadiyah 2 Depok 3. 2005 – 2008 : SMP Negeri 2 Depok

4. 2008 – 2011 : SMA Sejahtera Satu Depok

5. 2011 – Sekarang : Program Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(8)

viii PENDIDIKAN NON-FORMAL

1. Pelatihan dan workshop Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) berdasarkan OHSAS 18001:2007 & PP NO 50 tahun 2012 (2014)

2. Pelatihan Fire Fighting, Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan (2013) 3. Peserta Workshop management fire & explotion (2014), Perusahaan Jasa

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fairuz Artha Sejahtera.

4. Peserta Workshop Risk Management (2014), Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fairuz Artha Sejahtera.

5. Peserta Workshop Ergonomy (2013), Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fairuz Artha Sejahtera.

6. Peserta Workshop Accident Investigation (2013), Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fairuz Artha Sejahtera.

PENGALAMAN ORGANISASI

1. Staff Rohani Islam (ROHIS) SMP Negeri 2 Depok 2006 – 2007 2. Staff Palang Merah Remaja (PMR) 2008 – 2011

3. Staff Divisi Pengembangan Masyarakat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) 2011-2012

4. Staff Divisi Kesenian dan Olahraga Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) 2012-2013

5. Staff Public Relationship, Forum Study Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2012 – 2014

6. Bendahara Persatuan Remaja Blok Menteng Rawa denok, Depok. 2012 -2013


(9)

ix KEPANITIAAN

1. Orientasi Penerimaan Mahasiswa Baru FKIK Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN 2012

2. Orientasi Penerimaan Mahasiswa Baru FKIK Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN 2013

3. Orientasi Penerimaan Mahasiswa Baru FKIK Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN 2014


(10)

x

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA KONSTRUKSI PROYEK RUKO GRAHA DEPOK TAHUN 2015”.

Semoga shalawat dan salam selalu tercurah bagi junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya dan kita sebagai umatnya yang taat hingga akhir zaman.

Skripsi ini dalam proses penyusunannya, penulis mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Orang tua saya, terimakasih atas kasih sayang, kesabaran, doa dan perjuangannya sehingga penulis dapat melanjutkan pendidikan hingga saat ini.

2. Dr. H. Arif Sumantri S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku ketua program studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu DR. Iting Shofwati, ST, M.KKK, selaku dosen peminatan K3 serta selaku dosen pembimbing.

5. Ibu DR. Ela Laelasari SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing.

6. Segenap Bapak/Ibu dosen program studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis. 7. Seluruh teman – teman program studi Kesehatan Masyarakat 2011

khususnya peminatan K3, terima kasih atas kebersamaannya selama ini. 8. Seluruh adik kelas peminatan K3, terima kasih atas kerjasamanya selama

ini.

9. Anissa Florensia, selaku orang terdekat saya yang selalu memberikan dukungan semangat dan mental dalam penulisan skripsi ini.


(11)

xi

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penulis. Agar penulis dapat berkembang menjadi lebih baik dikemudian hari, selain itu penulis pun berharap semoga proposal ini dapat memberi kontribusi dalam perkembangan ilmu Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan bermanfaat bagi banyak pihak. Amin.

Jakarta, Maret 2015 Penulis,


(12)

xii DAFTAR ISI

JUDUL……….……….…….. i

LEMBAR PERNYATAAN…... ii

ABSTRAK……… iii

LEMBAR PERSETUJUAN………..………. v

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI……….………… vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……….…….……. vii

KATA PENGANTAR……….… x

DAFTAR ISI……… xii

DAFTAR TABEL……… xv

DAFTAR GAMBAR/BAGAN……… xx

DAFTAR ISTILAH………. xxi

BAB I PENDAHULUAN……….….. 1

A. Latar Belakang………..….. 1

B. Rumusan Masalah……….. 5

C. Pertanyaan Penelitian………. 6

D. Tujuan Penelitian………. 8

1. Tujuan Umum……….. 8

2. Tujuan Khusus………..…… 8

E. Manfaat Penelitian……….. 9

1. Bagi Perusahaan………..………. 9

2. Bagi Pekerja………..………... 10

3. Bagi Penelitian………. 10

F. Ruang Lingkup Penelitian….……….. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…….………. 12

A. Ergonomi………. 12

1. Definisi Ergonomi……… 12

2. Prinsip Ergonomi………. 13

B. Metode Penilaian Risiko Ergonomi.……….. 16

1. Penilaian Keluhan Risiko Ergonomi……… 16

2. Penilaian Risiko Postur Kerja………. 18

C. Kerangka Teori……… 34

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL…… 36


(13)

xiii

B. Definisi Operasional……… 38

BAB IV METODE PENELITIAN……….……….………. 51

A. Desain Penelitian………... 51

B. Waktu dan Lokasi Penelitian………..……….… 51

C. Objek Penelitian……….………. 51

D. Subjek Penelitian………. 52

E. Besar Sampel………... 52

F. Teknik Pengambilan Sampel………. 52

G. Alat/Instrumen penelitian... 53

H. Metode pengambilan Data…..………. 55

I. Teknik dan Analisis Data……… 80

BAB V HASIL………... 82

A. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Kayu……. 82

1. Mengambil Kayu………. 83

2. Memotong Kayu……….. 89

3. Membuat Bekisting……….. 103

4. Memasang Beskisting……….. 110

B. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Besi……. 118

1. Mengambil Besi………. 118

2. Membawa Besi………. 124

3. Memotong Besi……… 131

4. Membentuk Rangka Besi………. 137

5. Merangkai Besi……… 144

6. Membetulkan Rangkaian Besi………. 150

C. Analisis Postur Kerja Pada Pekerja Pengecoran………. 158

BAB VI PEMBAHASAN……….. 165

A. Keterbatasan Penelitian... 165

B. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Kayu... 165

1. Mengambil Kayu………. 166

2. Memotong Kayu……….. 167

3. Membuat Bekisting……….. 170

4. Memasang Beskisting……….. 172

C. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Besi... 175

1. Mengambil Besi………... 175


(14)

xiv

3. Memotong Besi……… 179

4. Membentuk Rangka Besi………. 181

5. Merangkai Besi……… 182

6. Membetulkan Rangkaian Besi………. 185

D Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Pengecoran... 187 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN... 190

A. Simpulan... 190

B. Saran... 191

1. Manajemen... 191

2. Pekerja Besi... 192

3. Pekerja Pengecoran... 193


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Interaksi Dasar dan Evaluasinya Dalam Sistem Kerja……… 14

Tabel 2.2 Grand Score REBA………..….……….. 20

Tabel 2.3 Grand Score RULA………. 23

Tabel 2.4 Grand Score OWAS ………..………..……… 27

Tabel 2.5 Kelebihan dan Kelemahan Metode Analisis Tingkat Risiko Ergonomi………. 30

Tabel 3.1 Definisi Operasional ….……….. 38

Tabel 4.1 Tabel Penilaian Skor A ..………..……….…. 66

Tabel 4.2 Tabel Penilaian Skor B ….………..………... 67

Tabel 4.3 Tabel Penilaian Skor C ….…..…….……… 68

Tabel 4.4 Tabel Level Risiko dan Tindakan Perbaikan REBA……… 69

Tabel 4.5 Tabel Frekuenksi Relatif OWAS ..………. 74

Tabel 4.6 Tabel Kombinasi Posisi Postur Kerja OWAS………. 76

Tabel 4.7 Tabel Skor Per-Bagian Tubuh ………..………. 77

Tabel 4.8 Tabel Skor Per-Bagian Tubuh ……… 78

Tabel 4.9 Tabel Action Level QEC …..….………. 79

Tabel 5.1 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Pengambilan Kayu Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015…….. 85

Tabel 5.2 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Kayu Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015……. 86

Tabel 5.3 Hasil Kuesioner Tahapan Mengambil Kayu Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015………. 87

Tabel 5.4 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Kayu Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015..…….. 88

Tabel 5.5 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas Mengambil Kayu Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015…... 89 Tabel 5.6 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Kayu Pada Pekerja Kayu (Sampel I) Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015………. 92 Tabel 5.7 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Kayu Pada Pekerja Kayu (Sampel I) Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015………. 93 Tabel 5.8 Hasil Kuesioner Tahapan Memotong Kayu Pada Pekerja Kayu (Sampel I) Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015….. 94 Tabel 5.9 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Kayu Pada


(16)

xvi

2015………..…….… Tabel 5.10 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Memotong Kayu (Sampel I) Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015………...…….

96 Tabel 5.11 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Kayu Pada

Pekerja Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015……….……..………..

99 Tabel 5.12 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Kayu Pada

Pekerja Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015………..……… 101 Tabel 5.13 Hasil Kuesioner Tahapan Memotong Kayu Pada pekerja

Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015…. 101 Tabel 5.14 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Kayu Pada

Pekerja Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode QEC Tahun

2015………. 102

Tabel 5.15 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas Memotong Kayu (Sampel II) Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015…...……….

103 Tabel 5.16 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membuat Bekisting

Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode REBA Tahun

2015………. 106

Tabel 5.17 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membuat Bekisting Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015…..……….………..

107 Tabel 5.18 Hasil Kuesioner Tahapan Membuat Bekisting Pada Pekerja

Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015………. 108 Tabel 5.19 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membuat Bekisting

Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015… 109 Tabel 5.20 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas Membuat

Bekisting Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015…...

110 Tabel 5.21 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memasang Bekisting

Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode REBA Tahun

2015………. 113

Tabel 5.22 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memasang Bekisting Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015……….……….…..

114 Tabel 5.23 Hasil Kuesioner Tahapan Memasang Bekisting Pada Pekerja

Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015………. 115 Tabel 5.24 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memasang Bekisting

Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun


(17)

xvii

Tabel 5.25 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas Memasang Bekisting Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015………...…….. 116 Tabel 5.26 Rekapan Hasil Penilaian Analisis Tingkat Risiko Ergonomi

Pada Masing – Masing Proses Tahapan Kerja Pekerja Kayu Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015……….

117 Tabel 5.27 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015…..… 121 Tabel 5.28 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015…….. 122 Tabel 5.29 Hasil Kuesioner Tahapan Mengambil Besi Pada Pekerja

Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015……… 122 Tabel 5.30 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015……….. 123 Tabel 5.31 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Mengambil Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun

2015……….

124 Tabel 5.32 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membawa Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015..…… 127 Tabel 5.33 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membawa Besi Pada

pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015…….. 128 Tabel 5.34 Hasil Kuesioner Tahapan Membawa Besi Pada Pekerja Besi

Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015……..…….………… 128 Tabel 5.35 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membawa Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015….…… 130 Tabel 5.36 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas Membawa

Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015………. 130 Tabel 5.37 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015…… 133 Tabel 5.38 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015..…… 134 Tabel 5.39 Hasil Kuesioner Tahapan Memotong Besi Pada Pekerja Besi

Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015..……… 135 Tabel 5.40 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015..……… 136 Tabel 5.41 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Memotong Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015…… 137 Tabel 5.42 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membentuk Rangka

Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015……….………..…

140 Tabel 5.43 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membentuk Rangka


(18)

xviii

2015………. Tabel 5.44 Hasil Kuesioner Tahapan Membentuk Rangka Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015…….…. 142 Tabel 5.45 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membentuk Rangka

Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun

2015……….

143 Tabel 5.46 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Membentuk Rangka Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun

2015………. 143

Tabel 5.47 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Merangkai Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015…...… 146 Tabel 5.48 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Merangkai Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015…….. 147 Tabel 5.49 Hasil Kuesioner Tahapan Merangkai Besi Pada Pekerja Besi

Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015..……… 148 Tabel 5.50 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Merangkai Besi Pada

Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015……….. 149 Tabel 5.51 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas Merangkai

Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015……….. 150 Tabel 5.52 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membetulkan

Rangkaian Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode

REBA Tahun 2015………..………

153 Tabel 5.53 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membetulkan

Rangkaian Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode

OWAS Tahun 2015………..………

154 Tabel 5.54 Hasil Kuesioner Tahapan Membetulkan Rangkaian Besi

Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015…. 155 Tabel 5.55 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membetulkan

Rangkaian Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015………..……….…..

156 Tabel 5.56 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas

Membetulkan Rangkaian Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015……….. 156 Tabel 5.57 Rekapan Hasil Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada

Masing – Masing Proses Tahapan Kerja Pekerja Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015………

157 Tabel 5.58 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Meratakan Semen Cor

Pada Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode REBA Tahun

2015……….……… 160

Tabel 5.59 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Meratakan Semen Cor Pada Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode OWAS Tahun


(19)

xix

2015……… Tabel 5.60 Hasil Kuesioner Tahapan Meratakan Semen Cor Pada

Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015.. 162 Tabel 5.61 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Meratakan Semen Cor

Pada Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode QEC Tahun

2015………. 163

Tabel 5.62 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas Meratakan Semen Cor Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015………...………..

163 Tabel 5.63 Rekapan Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Seluruh

Proses Tahapan Kerja Berdasarkan Tiga Metode Tahun


(20)

xx

DAFTAR GAMBAR/BAGAN

Gambar 2.1 Bagian Tubuh Utama……… 17

Gambar 2.2 Kerangka Teori ……….……… 35

Gambar 3.1 Kerangka Konsep………..……… 37

Gambar 4.1 Populasi dan Sampel Penelitian...……….……… 52

Gambar 4.2 Kamera Digital....……….. 54

Gambar 4.3 Stopwatch....……….…. 54

Gambar 4.4 Handscale....………... 55

Gambar 4.5 Bagan Alur Pekerja Kayu…..…….……….. 56

Gambar 4.6 Bagan Alur Pekerja Besi ……….. 56

Gambar 4.7 Bagan Alur Pekerja Pengecoran..………. 57

Gambar 4.8 Gambar Posisi Punggung.………. 59

Gambar 4.9 Gambar Posisi Leher………. 60

Gambar 4.10 Gambar Posisi Kaki…….………. 61

Gambar 4.11 Gambar Posisi Lengan Atas….………. 63

Gambar 4.12 Gambar Posisi Lengan Bawah………. 64

Gambar 4.13 Gambar Posisi Pergelangan Tangan………. 65

Gambar 4.14 Posisi Postur Kerja OWAS……….………. 72

Gambar 5.1 Tahapan Pengambilan Kayu ……….………….. 83

Gambar 5.2 Tahapan Memotong Kayu Sampel I………..……….. 90

Gambar 5.3 Tahapan Memotong Kayu Sampel II……… 97

Gambar 5.4 Tahapan Membuat Bekisting………. 104

Gambar 5.5 Tahapan Memasang Bekisting……….. 111

Gambar 5.6 Tahapan Mengambil Besi……….……… 119

Gambar 5.7 Tahapan Membawa Besi………..………. 125

Gambar 5.8 Tahapan Memotong Besi………..………. 131

Gambar 5.9 Tahapan Membentuk Rangka Besi………..…….. 138

Gambar 5.10 Tahapan Merangkai Besi………..………. 144

Gambar 5.11 Tahapan Membetulkan Rangkaian Besi……….... 151


(21)

xxi

DAFTAR ISTILAH

Pekerja : Pegawai yang bekerja di CV. Kemiri Muka MSDs : Musculoskeletal Disorders

OSHA : Occupational Safety and Health Administration NIOSH : National Institute for Occupational Safety and Health K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

REBA : Rapid Entire Body Assesment

OWAS : Ovako Working Posture Analysis System QEC : Quick Exposure Checklist


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan faktor terpenting di dalam sistem kerja, manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan maksimal karena kondisi fisik yang baik (Rachman, 2008). Namun dalam kenyataannya, banyak perusahan ataupun majikan yang masih kurang memperhatikan kondisi fisik yang baik pada saat merancang sistem kerjanya, serta masih kurang memperhatikan prinsip – prinsip ergonomi di dalamnya yang menyebabkan para pekerja tidak dapat bekerja secara optimal (Lianatika, 2013).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh OSHA pada tahun 2010, sekitar 35,4% dari pekerja Eropa menganggap bahwa pekerjaan mereka mempengaruhi kesehatan mereka. Sekitar 24,7% dari mereka dilaporkan menderita sakit punggung, bagian sektor pekerjaan tersebut tersebar pada pekerja dalam konstruksi (36,5%); transportasi, penyimpanan dan komunikasi (28,4%); diikuti oleh pekerja sosial dan kesehatan (26,3%) dan bidang lainnya (8,8%) (OSHA, 2010).

Di Indonesia berdasarkan hasil suvey Departemen Kesehatan RI dalam profil masalah kesehatan tahun 2005 menunjukkan bahwa sekitar 40,5% penyakit yang diderita pekerja berhubungan dengan pekerjaannya, gangguan kesehatan yang dialami pekerja menurut studi yang dilakukan terhadap 482 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia, umumnya berupa gangguan muskuloskeletal (16%). Hasil dari Pusat Studi Kesehatan dan


(23)

Ergonomi ITB tahun 2006-2007 diperoleh data sebanyak 40% - 80% pekerja melaporkan keluhan setelah bekerja (Yassierli, 2008).

Setelah melihat data diatas dapat diketahui bahwa pekerja konstruksi memiliki risiko yang tinggi, salah satu jenis bahaya yang terdapat dikonstruksi adalah bahaya ergonomi. Bahaya ergonomi yang sering dilakukan adalah manual handling, pekerjaan manual handling akan dapat menyebabkan stress pada kondisi fisik pekerja yang dapat mengakibatkan terjadinya cidera (Tarwaka, 2011). Lebih seperempat dari total kecelakaan kerja terjadi berkaitan dengan pekerjaan manual handling (HSE, 2007).

Pekerja kosntruksi di Ruko Graha Depok melakukan pelaksanaan proses kerja secara manual seperti, memotong besi, memotong kayu, pembuatan dan perangkaian rangka besi, serta proses kerja lainnya. Proses tersebut dapat menimbulkan risiko ergonomi, dikarenakan bekerja dalam bentuk postur janggal seperti membungkuk, berjongkok, dan memiringkan badan. Risiko ergonomi lainnya yaitu melakukan gerakan repetitif seperti menggergaji kayu, memaku kayu, memotong besi dan memikul beban berat sepeti mengangkat besi dan kayu. Pekerjaan – pekerjaan itu dilakukan dalam frekuensi yang sering dan dilakukan setiap harinya.

Pekerja konstruksi Ruko Graha Depok merupakan pekerja CV. Kemiri Muka yang merupakan kontraktor jasa pembangunan gedung yang dalam menerapkan program K3 diperusahaannya masih belum berjalan dengan baik. Selain itu CV. Kemiri Muka masih baru dalam melaksanakan SMK3 dalam setahun terakhir, padahal perusahaan tersebut terbentuk dari tahun 2001. Sehingga menurut peneliti perlu dilakukan penelitian terkait


(24)

risiko ergonomi ditempat kerja, agar dapat melakukan pencegahan dan membantu manajemen dalam memberikan keputusan terkait risiko ergonomi.

Pemilihan proyek ini dilakukan karena proyek Ruko Graha Depok baru berlangsung dibandingkan proyek lain yang belum dan sudah lama berlangsung. Karena penelitian ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit, sehingga dimungkinkan untuk melakukan penelitian ini pada proyek Ruko Graha Depok ini. Oleh karena itu masalah ergonomi di tempat kerja masih belum diperhatikan oleh perusahaan tersebut. Para pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya pun masih banyak yang melakukan postur janggal yang berbahaya bagi tubuh.

Menurut Tompkins (2003), penanganan proses kerja secara manual adalah istilah yang diberikan untuk proses penanganan proses kerja yang dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia. Ergonomi merupakan penerapan ilmu biologi manusia yang sejalan dengan ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian yang menguntungkan antara pekerja dengan pekerjaannya secara optimal dengan tujuan agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan (ILO, 2013).

Maka dari itu untuk menyelaraskan antara pekerja dengan pekerjaannya agar tidak menimbulkan suatu risiko perlu adanya penilaian. Penilaian risiko ergonomi digunakan untuk mengidentifikasi gangguan otot rangka yang dapat terjadi pada aktivitas penanganan material secara manual (Martaleo, 2012).


(25)

Metode penilaian risiko yang telah diperkenalkan para ahli dalam mengevaluasi ergonomi untuk menilai risiko ergononi di tempat kerja ada banyak dengan alat ukur yang bervariasi. Metode - metode tersebut misalnya seperti REBA, OWAS dan QEC mempunyai perbedaan dalam cara ataupun bagian yang diamati oleh metode tersebut. Pada penelitian ini peneliti akan memakai metode REBA sebagai metode utama, namun karena pada metode REBA masih terdapat kelemahan dalam metodenya sehingga peneliti menambahkan dua metode untuk menambahkan informasi yang tidak dapat didapatkan lebih oleh metode REBA, yaitu metode OWAS dan QEC.

Metode REBA dibuat untuk menilai postur tubuh pekerja secara cepat melalui pengambilan data postur pekerja dan selanjutnya dilakukan penentuan sudut pada batang tubuh, leher, kaki, lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan (McAtamney dan Hignett, 1995). Metode REBA memiliki kelebihan dibandingkan dengan metode lainnya dalam hal pembagian tubuh yang lebih spesifik seperti adanya leher, pergelangan tangan serta lengan yang terbagi atas dua bagian, yaitu atas dan bawah.

Metode OWAS adalah metode analisis sikap kerja yang mendefinisikan pergerakan bagian tubuh punggung, lengan, kaki, dan beban berat yang diangkat. Metode ini digunakan untuk menganalisis sikap kerja yang mendefinisikan pergerakan seluruh bagian tubuh yaitu punggung, lengan, kaki dan beban berat yang diangkat. Masing- masing anggota tubuh tersebut diklasifikasikan menjadi sikap kerja (Astuti dan Suhardi, 2007). Metode OWAS memiliki kelebihan dibandingkan metode lain dalam hal pembagian skor postur kaki yang dibagi dalam 7 jenis postur


(26)

kaki. Namun metode OWAS tidak lebih spesifik dalam melakukan analisis pada sudut bagian tubuh yang akan dinilai sperti hal metode REBA. (Enggaela dkk, 2013).

QEC merupakan metode penilaian risiko ergonomi di tempat kerja yang dikembangkan oleh Guangyan Li dan Peter Buckle pada tahun 1999 (Pinder, 2002). Fungsi utama QEC adalah untuk mencegah terjadinya Work-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs) yang dialami oleh pekerja dengan penanganan material secara manual. Lembar penilaian terdiri dari empat bagian utama yang akan dinilai yaitu punggung, bahu atau lengan, pergelangan tangan atau tangan, dan leher. Pada metode QEC, memiliki kelebihan dalam halmelibakan pekerja secara langsung dalam pengisian kertas penilaian (score sheet) dengan tujuan untuk memudahkan pengamat dalam mengidentifikasi bagian tubuh yang memiliki risiko terjadinya cedera. (Martaleo, 2012). Namun pada metode ini memiliki kekurangan yang hanya melihat bagian tubuh atas saja, tidak mengamati sampai bagian bawah.

Besarnya tingkat risiko yang diperoleh dari ketiga metode tersebut dapat digunakan untuk membantu peneliti dalam menemukan adanya tingkat risiko ergonomi yang mungkin dialami oleh pekerja. Hasil dari penilaian ketiga metode tersebut memiliki manfaat untuk dapat merekomendasikan tindakan preventif untuk permasalahan yang ada.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada pekerja kontruksi proyek ruko, terdapat sebelas jenis pekerjaan yang menggunakan


(27)

Manual handling. Pekerjaan – pekerjaan tersebut seperti pemotongan besi, pemotong kayu, pembuatan dan perangkaian rangka besi, serta proses kerja lainnya. Dari studi pendahuluan pun didapatkan bahwa masih banyak para pekerja yang dalam melakukan pekerjaannya dilakukan dengan postur yang janggal atau tidak baik. Postur – postur ini seperti membungkuk, berjongkok, dan memiringkan badan, adapula yang melakukan gerakan repetisi seperti memotong kayu, memaku kayu, memotong besi dan adanya pegangkutan beban secara manual. Hal ini dapat menjadi risiko terjadinya penyakit akiba kerja yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas dalam bekerja, waktu kerja yang hilang, penanganan yang membutuhkan biaya yang cukup tinggi dan meningkatkan risiko kecelakaan dalam bekerja. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran mengenai analisis penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja konstruksi.

C. Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan mengambil kayu proyek ruko Graha Depok tahun 2015?

2 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan memotong kayu proyek ruko Graha Depok tahun 2015?

3 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membuat bekisting proyek ruko Graha Depok tahun 2015?


(28)

4 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan memasang bekisting proyek ruko Graha Depok tahun 2015?

5 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan mengambil besi proyek ruko Graha Depok tahun 2015?

6 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membawa besi proyek ruko Graha Depok tahun 2015?

7 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan memotong besi proyek ruko Graha Depok tahun 2015?

8 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membentuk rangka besi proyek ruko Graha Depok tahun 2015?

9 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan merangkai besi proyek ruko Graha Depok tahun 2015?

10 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membetulkan rangkaian besi proyek ruko Graha Depok tahun 2015?

11 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan meratakan semen cor proyek ruko Graha Depok tahun 2015?


(29)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Umum

Diketahuinya analisis tingkat risiko ergonomi pada pekerja konstruksi proyek ruko Graha Depok Tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan mengambil kayu proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

b Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan memotong kayu proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

c Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membuat bekisting proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

d Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan memasang bekisting proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

e Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan mengambil besi proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

f Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membawa besi proyek ruko Graha Depok tahun 2015.


(30)

g Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan memotong besi proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

h Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membentuk rangka besi proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

i Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan merangkai besi proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

j Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membetulkan rangkaian besi proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

k Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan meratakan semen cor proyek ruko Graha Depok tahun 2015.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi tiga, yaitu : 1. Bagi Perusahaan

a.Memperoleh informasi mengenai potensi dan tingkat risiko ergonomi pekerjaan terhadap pekerja.

b.Dapat melakukan upaya – upaya perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja agar terhindar dari risko yang


(31)

mungkin terjadi, sehingga dapat meminimalisir kerugian yang terjadi.

c.Sebagai masukan terhadap perusahaan untuk mengambil suatu tindakan agar mengurangi risko ergonomi pada pekerja.

2. Bagi Pekerja

a. Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai risiko dan bahaya di tempat kerja, sehingga pekerja terhindar dari penyakit akibat kerja.

b. Mengetahui bahaya yang akan terjadi ketika mereka bekerja dengan posisi janggal.

c. Memberi masukan dan motivasi untuk pekerja dalam melakukan pekerjaan kearah yang lebih baik lagi.

3. Bagi Penelitian

Dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya dan diharapkan dapat berguna bagi kalangan akademis.

F. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini meliputi pengukuran postur janggal, pengamatan sikap, dan analisis risiko ergonomi. Jenis penelitian yang dilakukan adalah observasional, desain studi kasus, dengan menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2015 sampai September 2015, data yang diambil adalah data primer melalui pengukuran dan kuesioner serta analisis yang digunakan berupa analisis univariat. Dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat risiko ergonominya


(32)

menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assesment), metode OWAS (Ovako Working Posture Analysis System) dan QEC (Quick Exposure Checklist) yang ketiganya dibuat dalam bentuk form dan kuesioner. alat ukur atau instrument lain yang digunakan adalah kamera untuk mendokumentasikan postur kerja, software MB ruler yang digunakan untuk mengukur sudut dari postur kerja, serta timbangan yang digunakan untuk mengukur beban yang dipakai pekerja.


(33)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ergonomi

Pada tinjauan mengenai ergonomi akan dibahas mengenai definisi ergonomi dan metode penilaian risiko MSDs. Kedua hal tersebut dijabarkan seperti berikut ini :

1. Definisi Ergonomi

Kata ”Ergonomi” yang telah kita ketahui berasal dari bahasa Yunani, ”Ergon” )kerja( dan ”Nomos” )hukum( atau dapat diartikan ilmu yang mempelajari tentang hukum –hukum kerja (Priastika, 2012). Dengan demikian, ergonomi merupakan suatu sistem yang beorientasi pada disiplin ilmu yang sekarang diterapkan pada aspek pekerjaan atau kegiatan manusia.

Selanjutnya untuk lebih memahami pengertian mengenai ergonomi, maka penulis akan menjabarkan beberapa definisi ergonomi dari beberapa literatur, antara lain:

a. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan segala kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia baik secara fisik maupun mental, sehingga dicapai


(34)

suatu kualitas hidup secara keseluruhan yang akan lebih baik (Tarwaka, 2011).

b. Ergonomi adalah suatu istilah yang berlaku untuk dasar suatu studi dan hubungan antara manusia dengan mesin untuk mencegah penyakit dan cidera serta meningkatkan prestasi atau performa kerja (ACGIH, 2007).

c. Sedangkan menurut ILO (2013) ergonomi didefinisikan sebagai penerapan ilmu biologi manusia yang sejalan dengan ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian yang menguntungkan antara pekerja dengan pekerjaannya secara optimal dengan tujuan agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan.

Berdasarkan berbagai definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ilmu ergonomi merupakan suatu bidang keilmuan tentang ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan antara manusia dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya agar tercipta keadaan yang menguntungkan antara pekerja dengan pekerjaannya secara optimal dan untuk mencegah timbulnya cidera atau gangguan kesehatan dengan tujuan meningkatkan produktivitas kerja.

2. Prinsip Ergonomi

Secara prinsip ilmu Ergonomi berfokus pada desain dari suatu sistem dimana manusia bekerja. Semua sistem kerja tersebut terdiri atas komponen manusia, komponen mesin dan lingkungan yang saling


(35)

berinteraksi antara satu dengan lainnya. Fungsi dasar dari ilmu Ergonomi adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia akan desain kerja yang memberikan keselamatan dan efisiensi kerja bagi manusia yang bekerja di dalamnya.

Menurut Bridger (2003) terdapat enam kategori interaksi antara manusia, mesin dan lingkungannya, interaksi dasar dari enam kategori tersebut dijabarkan dalam bentuk tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Interaksi dasar dan evaluasinya dalam sistem kerja Interaksi Evaluasi

Manusia > Mesin : Tindakan pengendalian dasar yang dilakukan manusia dalam menggunakan mesin. Aplikasinya berupa penggunaan kekuatan yang besar, penanganan material, perawatan dan lainnya.

Anatomi : Postur tubuh, pergerakan, besaran kekuatan, durasi dan frekuensi pergerakan, kelelahan otot.

Fisiologi : Work rate (konsumsi oksokan dan detak jantung), kebugaran dan kelelahan fisiologi. Psikososial : Persyaratan kemampuan, beban mental, proses

informasi yang

paralel/berkelanjutan.

Manusia > Lingkungan : Efek dari manusia terhadap lingkungan. Manusia mengeluarkan karbondioksida, kebisingan, panas, dan lainya.

Fisik: Pengukuran objektif dari lingkungan kerja, implikasinya berupa pemenuhan standar yang berlaku.

Mesin > Manusia : Umpan balik dan display informasi. Mesin dapat memberikan efek tekanan terhadap manusia berupa getaran, percepatan, dan lainnya. Beban mesin yang berat yang harus di angkat juga dapat mengancam kesehatan manusia

Anatomi : Desain dari kendali dan alat

Fisik : Pengukuran objektif dari efek tekanan yang tedapat pada mesin terhadap manusia.

Fisiologi : Aplikasi dari prinsip pengelompokkan desain dari faceplates, panel dan display grafik.

Mesin > Lingkungan : Mesin dapat mengubah lingkungan kerja dengan mengeluarkan kebisingan, panas, dan buangan gas.

Umumnya ditangani oleh teknisi lapangan dan industrial hygienist.

Lingkungan > Manusia : Lingkungan dapat mempengaruhi fungsi dari mesin dengan menimbulkan pemanasan atau pembekuan komponen mesin.

Fisik-Fisiologi : Kebisingan, pencahayaan, dan temperature.


(36)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

Interaksi Evaluasi

Lingkungan > Mesin : Lingkungan dapat mempengaruhi fungsi dari mesin dengan menimbulkan pemanasan atau pembekuan komponen mesin.

Ditangani oleh teknisi lapangan, personil perawatan, fasilitator manajemen dan lainnya.

* ( > Causal Direction)

Sumber : Bridger, 2003.

Dalam suatu upaya untuk menciptakan suatu kondisi yang produktif, aman dan nyaman bagi pekerja, maka diperlukan interaksi yang baik antara ketiga komponen yaitu, manusia, mesin dan lingkungan kerja. Dalam ergonomi, manusia merupakan komponen paling utama yang harus diperhatikan dengan segala keterbatasan yang dimiliki. Oleh karena itu biasanya dalam suatu pekerjaan hal yang akan diperbaiki adalah desain mesin atau alat yang digunakan agar menyesuaikan pekerjanya (Bridger, 2003).

Sebagai contoh digunakannya penggunaan alat bantu seperti forklift trye handler, hand pallet, dan penyediaan portable ramp untuk meminimalisasi aktivitas manual handling yaitu mengangkat, menarik dan mendorong (Priastika, 2012). Menggunakan alat bantu gerobak dalam membantu meminiminalisasi aktivitas manual mengangkut barang, sehingga dapat mengurangi beban yang diterima oleh tubuh dan dapat mengurangi risiko timbulnya MSDs (Maria, 2012). Adapun contoh lainnya mengenai perubahan desain kerja seperti perubahan, pengaturan dan kontrol display untuk menghindari ketidaknyamanan dalam pemakaian komputer dalam bekerja (Pujadi, 2009).


(37)

B. Metode Penilaian Risiko Ergonomi

Metode penilaian yang telah diperkenalkan para ahli dalam mengevaluasi ergonomi untuk menilai tingkat risiko MSDs di tempat kerja ada banyak, , dan alat ukurnya pun cukup bervariasi. Namun demikian, dari berbagai alat ukur dan berbagai metode tentunya mempunyai kelebihan dan keterbatasan masing masing. Untuk itu kita harus dapat secara selektif memilih dan menggunakan metode secara tepat dan sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilaksanakan. sebagai berikut :

1. Penilaian Keluhan Risiko Ergonomi

Penilaian subjektif tentang keparahan pada sistem muskuloskeletal dapat dilakukan dengan metode Nordic Body Map (NBM) dan checklist. Namun Nordic Body Map (NBM) adalah salah satu cara evaluasi ergonomi terhadap keluhan muskuloskeletal (Nurliah, 2012).

Nordic Body Map (NBM) merupakan salah satu metode pengukuran subjektif untuk mengukur rasa sakit otot para pekerja. Keluhan subjektif ini dipilih karena berdasarkan penelitian oleh The National Institute for Occupational Safety and Health (1997) yang menyatakan bahwa keluhan subjektif menjadi pilihan yang baik untuk melihat keluhan work-related muskuloskeletal disorder.


(38)

Dalam nordic terdapat bagian tubuh utama yaitu :

a. Leher f. Siku

b. Bahu g. Pinggang

c. Punggung bagian atas h. Lutut d. Pergelangan tangan/tangan i. Tumit/kaki e. Punggung bagian bawah

Gambar 2.1 bagian tubuh utama

Kuesioner nordic body map memiliki 28 titik atau pertanyaan dimulai dari 0 hingga 27 titik nomor yang dinilai dengan menggunakan skala likert untuk melihat tingkatan keluhan MSDs secara objektif. Semua dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu Leher, upper limb (bahu, siku, tangan, dan pergelangan tangan), lower limb (pinggul, paha, lutut, pergelangan kaki, dan kaki) dan low back (punggung atas dan bawah) (Andersson dkk, 2007).


(39)

2. Penilaian Risiko Postur Kerja

Ada beberapa cara untuk melakukan penilaian ergonomi dengan metode observasi postur tubuh pada saat bekerja seperti, Rapid Entire Body Assesment (REBA), Rapid Upper Limb Assesment (RULA), Quick Exposure Checklist (QEC), Ovako Working Posture Analysis System (OWAS), dll. beberapa metode penilaian ergonomi tersebut dijabarkan seperti di bawah ini :

a. Rapid Entire Body Assesment (REBA) 1)Definisi

REBA (Hignett and Mc. Atamney, 2000) adalah sebuah metode yang dilakukan untuk mengetahui faktor – faktor risiko terkait dengan postur pada saat bekerja. REBA dikembangkan untuk mengkaji postur kerja (postur statis atau dinamis), berbagai metode kajian, berdasarkan kategori metode checklist, manual material handling, kombinasi seluruh tubuh dan computer based.

2)Pengukuran

Metode REBA (Hignett and Mc. Atamney, 2000) dapat digunakan bila :

a) Seluruh tubuh yang sedang digunakan

b) Postur statis, dinamis, kecepatan perubahan, atau postur yang tidak stabil


(40)

c) Pengangkatan yang sedang dilakukan, dan seberapa sering frekuensinya

d) Modifikasi tempat kerja, peralatan, pelatihan atau perilaku pekerja.

Penilaian REBA (Hignett and Mc. Atamney, 2000) dilakukan melalui enam tahapan, tahapan – tahapan tersebut adalah :

a) Observasi pekerjaan, yang meliputi : (1) Identifikasi faktor risiko ergonomi (2) Desain tempat kerja

(3) Lingkungan kerja

(4) Penggunaan peralatan kerja (5) Perilaku atau sikap bekerja

b) Memilih postur yang akan dikaji, yang meliputi : (1) Postur yang sering dilakukan

(2) Postur dimana pekerja lama dengan posisi tersebut

(3) Postur yang membutuhkan banyak tenaga atau aktivis otot

(4) Postur yang menyebabkan tidak nyaman (5) Postur ekstrim, janggal, dan tidak stabil


(41)

(6) Postur yang mungkin dapat diperbaiki oleh intervensi, kontrol, atau perubahan lainnya

c) Penilaian postur, dengan menggunakan kertas penilaian dan menghitung skor postur

d) Penilaian menggunakan tabel e) Perhitungan nilai REBA

f) Menentukan nilai tingkat aktivitas untuk melakukan pengkajian lanjutan. Penentuan tingkatan aktivitas berdasarkan kriteria Tabel 2.3 sebagai berikut :

Tabel 2.2 Grand Score REBA

Skor Action Level

1 Risiko dapat ditiadakan

2-3 Risiko rendah, perubahan mungkin dibutuhkan

4-7 Risiko menegah, investigasi lebih lanjut, perubahan segera

8-10 Risiko tinggi, investigasi dan lakukan perubahan

11+ Risiko sangat tinggi dan lakukan perubahan Sumber : Hignett and Mc. Atamney, 2000

b. Rapid Upper Limb Assesment (RULA) 1)Definisi

RULA adalah sebuah metode untuk menilai postur, gaya dan garakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan dengan penggunaan anggota tubuh bagian atas (upper limb).


(42)

Metode ini dikembangkan untuk menyelidiki risiko kelainan yang akan dialami oleh seorang pekerja dalam melakukan aktivitas kerja yang memanfaatkan anggota tubuh bagian atas (upper limb).

Metode ini menggunakan diagram postur tubuh dan tiga tabel penilaian untuk memberikan evaluasi terhadap faktor risiko yang akan dialami oleh pekerja. Faktor-faktor risiko yang diselidiki dalam ini adalah yang telah di deskripsikan oleh Mc Pheasant dalam santon (2005) sebagai faktor beban eksternal yang meliputi:

a) Jumlah gerakan b)Kerja otot statis c) Gaya

d)Postur kerja yang ditentukan oleh perlengkapan dan perabotan

e) Waktu kerja tanpa istirahat

2) Pengukuran a) Tahap 1

Untuk menghasilkan sebuah metode kerja yang cepat untuk digunakan, tubuh dibagi dalam segmen-segmen yang membentuk dua kelompok atau grup yaitu grup A dan B. grup A meliputi bagian lengan atas dan


(43)

bawah serta pergelangan tangan. Sementara gurp B meliputi leher, punggung, dan kaki.

Hal ini untuk memastikan bahwa seluruh postur tubuh terekam, sehingga segala kejanggalan atas atau batas postur oleh kaki, punggung atau leher yang mungkin saja mempengaruhi postur anggota tubuh bagian atas dapat tercakup dalam penilaian.

b) Tahap 2

Sebuah skor tunggal dibutuhkan dari Grup A dan B yang dapat mewakili tingkat pembebanan postur dari sistem muskuloskeletal kaitannya dengan kombinasi postur bagian tubuh. Rekaman video yang dihasilkan dari postur grup A yang meliputi lengan atas, lengan bawahm pergelangan tangan dan putaran pergelangan tangan diamati dan ditentukan skor untuk masing masing postur. Kemudian skor tersebut dimasukkan dalam tabel A untuk memperoleh skor A. c) Tahap 3

Berdasarkan tabel grand score, tindakan yang akan dilakukan dapat dibedakan menjadi 4 action level, seperti berikut ini:


(44)

Tabel 2.3 Grand Score RULA

Level Skor Action Level

Low 1-2 Postur dapat diterima selama tidak dijaga atau berulang untuk waktu yang lama.

Medium 3-4 Penyelidikan lebih jauh dibutuhkan dan mungkin saja perubahan diperlukan.

High 5-6 Penyelidikan dan perubahan dibutuhkan segera Very

High

>7 Penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).

Sumber : Handbook of Human Faktor and Ergonomics Methods. Santon dkk 2005

c. Quick Exposure Checklist (QEC) 1) Definisi

QEC adalah metode yang secara cepat menilai pajanan risiko dari Muskuloskeletal Disorders (WMSDs). QEC memiliki tingkat sensitivitas dan kegunaan yang tinggi serta dapat diterima secara luas realibilitasnya. QEC dapat diaplikasikan untuk pekerjaan yang lebih luas. Dengan waktu pelatihan yang singkat, penilaian dapat dilengkapi secara cepat untuk setiap tugas atau pekerjaan (Li dan Buckle, 1999).

2) Pengukuran

Metode quick exposure checklist (QEC) ini memiliki beberapa tahapan, tahapan dalam penggunaan QEC adalah sebagai berikut :


(45)

a) Pengukuran oleh peneliti (Observer’s Assessment) Penelitii memiliki form isian tersendiri yang dapat diisi melalu pengamatan kerja dilapangan. Sebagai alat bantu, dapat menggunakan stopwatch guna menghitung durasi dan frekuensi kerja. b)Pengukuran oleh pekerja (Worker’s Assessment)

Seperti halnya peneliti, pekerja pun memiliki form isian tersendiri, yang berisi pertanyaan seputar pekerjaan yang dilakukan.

c) Mengkalkulasi skor pajanan

Proses kalkulasi dapat dilakukan melalui dua cara, yakni manual (dengan menjumlahkan skor pada lembar isian), ataupun dengan program computer.

QEC secara cepat dapat mengidentifikasi tingkat pajanan dari punggung, bahu/lengan, tangan, pergelangan tangan dan leher. Hasil dari metode ini juga merekomendasikan intervensi ergonomi yang efektif untuk mengurangi tingkat pajanan. Metode QEC memilki kelebihan dan kekurangan, yakni sebagai berikut:


(46)

3) Kelebihan Metode QEC

a) Mencakup beberapa faktor risiko terbesar terkait MSDs b) Mempertimbangkan kebutuhan pengguna dan dapat

digunakan oleh peneliti yang belum berpengalaman c) Mempertimbangkan kombinasi dan interaksi berbagai

macam faktor risiko di tempat kerja

d) Menyediakan tingkat sensitivitas dan kegunaan yang baik

e) Mudah dipelajari dan cepat digunakan 4) Kekurangan Metode QEC

a) Metode hanya berfokus pada faktor fisik di tempat kerja

b) Hipotesis skor pajanan yang disarankan pada action level membutuhkan validasi.

c) Pelatihan dan praktek tambahan diperlukan oleh pengguna yang belum berpengalaman untuk pengembangan reabilitas pengukuran.

d. Ovako Working Posture Analysis Sistem (OWAS)

1)Definisi

OWAS merupakan sebuah prosedur untuk menilai kualitas sebuah postur terutama ketika sedang menerapkan


(47)

kekuatan. OWAS mengidentifikasi postur, kekuatan, siklus kerja dan postur kerja dimana postur kekuatan meningkatkan risiko injuri (Tarwaka, 2011).

2)Pengukuran

Metode OWAS dalam melakukan penilaian terhadap postur melakukan identifikasi pada bagian – bagian tubuh, seperti :

a) Tulang belakang (4 Postur) (1) Punggung lurus

(2) Punggung membungkuk (3) Punggung memuntir

(4) Punggung ditekuk memutar b) Lengan (3 Postur), dan

(1) Kedua lengan di bawah bahu

(2) Satu lengah di bawah dan satu lengan diatas bahu

(3) Kedua lengan diatas bahu c) Kaki (7 Postur)

(1) Posisi duduk

(2) Berdiri dengan kedua kaki lurus dengan berat badan seimbang antara dua kaki


(48)

(3) Berdiri dengan satu kaki lurus dan kaki lainnya menekuk dengan berat badan seimbang antara kedua kaki

(4) Berdiri atau jongkok dengan kedua kaki agak ditekuk dan berat seimbang antara kedua kaki (5) Berdiri atau jongkok dengan kedua kaki

ditekuk dan berat seimbang antara kedua kaki (6) Kaki dengan posisi berlutut

(7) Berjalan

Metode OWAS pun memperhitungkan juga berat beban yang ditangani oleh pekerja yang dibagi menjadi 3 kategori, yaitu kurang dari 10 Kg, antara 10-20 Kg dan lebih dari 20 Kg. Hasil pengamatan melalui metode OWAS dikategorikan kedalam empat kategori, yaitu :

Tabel 2.4 Grand Score OWAS

Kategori Action Level

1 Tidak perlu perbaikan

2 Tindakan koreksi dalam waktu dekat

3 Tindakan koreksi sesegera mungkin

4 Segera lakukan tindakan perbaikan


(49)

e. Baseline Risk Identification of Ergonomics Factors (BRIEF)

1)Definisi

BRIEF adalah alat penyaring awal menggunakan struktur dan bentuk sistem tingkatan untuk mengidentifikasi penerimaan tiap tugas dalam suatu pekerjaan (Humantech, 1989).

2)Pengukuran

Metode BRIEF dalam melakukan penilaian terhadap postur melakukan identifikasi pada bagian – bagian tubuh, seperti :

a) Tangan dan pergelangan tangan kiri b) Siku kiri

c) Bahu kiri d) Leher e) Punggung

f) Tangan dan pergelangan tangan kanan g) Siku kanan

h) Bahu kanan i) Kaki

Metode BRIEF pun melakukan penilaian pekerjaan menggambarkan tinjauan ulang ergonomi secara


(50)

mendalam dari ketiga penetapan data (sederhana, mudah dipahami, dan dapat dipercaya) dan juga yang paling penting yang paling memberikan beban paling berat (Humantech, 1995).


(51)

30 Tabel 2.5 Kelebihan dan Kelemahan Metode Analisis Tingkat Risiko Ergonomi

No. Metode Penilaian Kelebihan Kekurangan

1. Rapid Entire Body Assesment (REBA)

a. Merupakan metode yang cepat untuk menganalisa postur kerja yang menyebabkan risiko ergonomi

b. Dapat mengidentifikasi faktor – faktor risiko dalam pekerjaan

c. Dapat digunakan untuk postur tubuh yang stabil maupun tidak stabil

d. Skor akhir dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah, menentukan priotitas dan perubahan yang dilakukan

a. Hanya menilai aspek postur dari pekerja

b. Tidak mempertimbangkan kondisi yang dialami oleh pekerja terutama yang berkaitan dengan faktor psikososial

c. Tidak menilai kondisi lingkungan kerja terutama yang berkaitan dengan vibrasi, temperatur dan jarak pandang 2. Rapid Upper Limb

Assesment (RULA)

a. Menilai sebuah angka perbedaan postur selama putaran dalam bekerja untuk menyiapkan sebuah profil dari beban otot.

a. Hanya untuk pekerjaan dengan postur statis atau duduk atau berdiri terus menerus, kurang cocok untuk pekerjaan dengan gerakan dinamis


(52)

31 Tabel 2.4 (Lanjutan)

No. Metode Penilaian Kelebihan Kekurangan

b. Dapat dijadikan tindakan lebih kanjut dari investigasi dan tindakan perbaikan.

c. Pemberian skor pada RULA lebih rinci

d. Mudah digunakan, cepat dam praktis

b. Tidak ada tinjauan rekam medis c. Metode ini tidak bisa mengukur

gerakan tangan menggenggam, meluruskan, memutar dan memerlukan tekanan pada telapak tangan, dan

d. Metode ini tidak bisa mengukur antropometri tempat kerja yang dapat menyebabkan terjadinya postur janggal

3. Quick Exposure Checklist (QEC)

a. Mencakup beberapa faktor risiko terbesar terkait MSDs

b. Mempertimbangkan kebutuhan pengguna dan dapat digunakan oleh peneliti yang belum berpengalaman

a. Metode hanya berfokus pada faktor fisik di tempat kerja b. Hipotesis skor pajanan yang

disarankan pada action level membutuhkan validasi.


(53)

32 Tabel 2.5 (Lanjutan)

No. Metode Penilaian Kelebihan Kekurangan

c. Mempertimbangkan kombinasi dan interaksi berbagai macam faktor risiko di tempat kerja

d. Menyediakan tingkat sensitivitas dan kegunaan yang baik

e. Mudah dipelajari dan cepat digunakan

c. Pelatihan dan praktek tambahan diperlukan oleh pengguna yang belum berpengalaman untuk pengembangan reabilitas pengukuran.

4. Ovako Working Posture Analysis System (OWAS)

a. Mudah digunakan

b. Hasil observasi bisa dibandingkan dengan benchmarks untuk menentukan prioritas intervensi

c. Angka pada tiap bagian tubuh bisa digunakan untuk perbandingan sebelum dan sesudah intervensi untuk mengevaluasi keefektifitasnya

d. Angka pada tiap bagian tubuh bisa digunakan untuk studi epidemiologi

a. Tidak adanya informasi mengenai durasi waktu kerja dari postur kombinasi

b. Tidak ada perbedaan klasifikasi antara lengan kiri dan kanan c. Tidak memperhitungkan

mengenai posisi siku, pergelangan tangan atau tangan


(54)

33 Tabel 2.5 (Lanjutan)

No. Metode penilaian Kelebihan Kekurangan

5. Baseline Risk Identifiation of Ergonomics

Factors

a. Dapat mengkaji hampir seluruh bagian tubuh (sembilan bagian) b. Dapat menentukan bagian mana yang

memiliki beban paling berat c. Dapat mengidentifikasi penyebab

awal MSDs

d. Tidak membutuhkan seorang ahli ergonomi untuk melakukan penilaian pekerjaan menggunakan BRIEF

a. Tidak dapat mengetahui total skor secara menyeluruh dari suatu pekerjaan

b. Banyak faktor yang harus diuji

c. Membutuhkan waktu

pengamatan yang lebih lama d. Tidak dapat digunakan untuk

manual handling 6. Nordic Body Map a. Mengkaji seluruh tubuh yang dibagi

kedalam sembilan bagian tubuh. b. Dapat digunakan untuk mengevaluasi

keluhan MSDs

c. Menggunakan 28 titik atau pertanyaan bagian tubuh

a. Hanya melihat keluhan secara subyektif

b. Tidak dapat mengetahui total skor secara menyeluruh dari suatu pekerjaan

c. Tidak terlalu milhat faktor fisik di tempat kerja


(55)

C. Kerangka Teori

Manajemen risiko adalah suatu istilah yang digunakan dalam melakukan penilaian risiko yang dilakukan secara logis dan sistematis. Proses penilaian ini meliputi metode tahap penentuan konteks/kriteria risiko, identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko, pengendalian risiko serta komunikasi dan pemantauan risiko yang terkait dengan kegiatan – kegiatan, fungsi atau proses dengan cara yang memungkinkan organisasi untuk meminimalkan kerugian dan memaksimalkan peluang. Manajemen risiko mengidentifikasi kesempatan sebagai mitigasi atau menghindari kerugian (AS/NZS 4360:1999). Maka didapatkan skema kerangka teori sebagai berikut:


(56)

Gambar 2.2 Kerangka Teori Sumber : AZ/NZS 4360:1999 Penilaian Risiko

Menentukan Konteks/KriteriaRisiko

Komunikasi dan Konsultasi

Identifikasi Risiko

Pemantauan dan Tinjau

Ulang Analisis Risiko

Evaluasi Risiko


(57)

36 BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep yang dibuat penulis mengacu kepada kerangka teori pada bab sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode penilaian risiko ergonomi yaitu REBA, OWAS dan QEC pada pekerja konstruksi proyek ruko graha depok. Alasan penulis mengunakan metode REBA, OWAS dan QEC di dalam penelitian ini dikarenakan metode ini dapat menilai risiko pada beberapa bagian tubuh yang penting dan juga menilai postur kerja secara dinamis dan juga statis. Validitas dan realibilitas metode REBA, OWAS dan QEC juga telah diuji, sehingga penelitian dapat diterima secara ilmiah. Selain itu, metode ini juga tidak membutuhkan waktu yang lama dalam melakukan pengukurannya dan mudah digunakan. Metode ini tentu saja bukanlah metode yang paling baik digunakan, namun mungkin lebih sesuai dengan penelitian ini.

Penilaian ini diawali dengan menentukan Kriteria Risiko, melakukan identifikasi risiko, melakukan analisis risiko berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC, lalu didapatkan skor akhir dari masing – masing metode penilaian risiko ergonomi tersebut yang merupakan indikator tingkat risiko ergonomi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi risiko serta melakukan pengendalian risiko pada pekerja. Hal ini dapat digambarkan dalam kerangka konsep sebagai berikut:


(58)

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Menentukan Kriteria Risiko

Menentukan Risiko (Ergonomi) Berdasarkan Proses Pekerjaan Proyek Ruko Graha Depok

Identifikasi Risiko

Identifikasi Risiko Postur Kerja Yang Dilakukan Berdasarkan Proses Pekerjaan Proyek Ruko Graha Depok

Analisis Risiko

Melakukan Penilaian risiko postur kerja berdasarkan metode penilaian ergonomi, yaitu metode REBA, OWAS dan QEC

Evaluasi Risiko

Mengevaluasi risiko ergonomi pekerjaan tersebut berdasarkan metode penilaian ergonomic yang dipakai yaitu, metode REBA, OWAS dan QEC.

Pengendalian Risiko

Mengendalian risiko ergonomi pekerjaan tersebut dengan memberikan saran.


(59)

38 B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang menjelaskan variabel – variabel yang menjadi unsur – unsur dalam melakukan penelitian. Definisi ini menjelaskan secara jelas mengenai pengertian dari setiap variabel yang akan diteliti. Hal ini dilakukan agar pembaca dapat mengerti dan lebih mengetahui maksud dari peneliti (Nurliah, 2012). Di bawah ini akan dijelaskan beberapa variabel tersebut dalam tabel 3.1, seperti :

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1. Identifikasi Proses Pekerjaan

Melakukan pengambilan gambar berbentuk video postur kerja masing – masing tahap kerja per satu siklus kerja.

Kamera digital

Observasi dan

wawancara

Langkah kerja masing – masing jenis pekerjaan per satu siklus kerja

Ratio

2. Penilaian Postur kerja

Pemberian angka untuk postur tubuh pekerja berdasarkan kriteria metode penilaian ergonomi. Kamera digital, , stopwatch dan form penilaian

Observasi REBA :

a. skor 1 (Risiko dapat ditiadakan)

b. skor 2-3 (Rendah, perubahan mungkin dibutuhkan)


(60)

39 Tabel 3.1 (lanjutan)

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

c. skor 4-7 (Menengah, investigasi lebih lanjut, perubahan segera) d. skor 7-10 (Tinggi, dan

lakukan perubahan) e. skor 11+ (Sangat Tinggi,

dan lakukan perubahan) (Hignett dkk, 2000) OWAS :

a. Skor 1 ( Normal Postur) = posisi normal tanpa efek yang dapat mengganggu sistem musculoskeletal, tidak diperlukan tindakan perbaikan.

b. Skor 2 (Slightly Harmful) = posisi yang berpotensi menyebabkan kerusakan

pada sistem

musculoskeletal, tindakan perbaikan mungkin diperlukan.


(61)

40 Tabel 3.1 (lanjutan)

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

c. Skor 3 (Distincly Harmful) = posisi dengan efek berbahaya pada sistem musculoskeletal (risiko tinggi), tindakan korektif segera diperlukan. d. Skor 4 (Extremely

Harmful) = posisi dengan efek sangat berbahaya

pada sistem

musculoskeletal (risiko sangat tinggi), dan tindakan korektif diperlukan sesegera mungkin.

QEC :

a. ≤ 40% )Risiko dapat diterima)


(62)

41 Tabel 3.1 (lanjutan)

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

b. 41%-50% (Rendah, perubahan mungkin dibutuhkan)

c. 51%-70% (Menengah, investigasi lebih lanjut, perubahan segera) d. >70% (Tinggi, dan

lakukan perubahan) (Li dan Bukle, 1999)

a. Postur Leher

Gerakan menunduk, menengadah, miring dan rotasi leher yang terjadi pada saat pekerja bekerja.

Kamera digital, stopwatch dan form penilaian

observasi REBA :

1) Skor 1 : 0o - 20o flexion sampai extension

2) Skor 2 : >20o flexion atau extension

3) Skor +1 jika leher memutar ke kanan atau ke kiri QEC :

a. ≤ 40% )Risiko dapat diterima)


(63)

42 Tabel 3.1 (lanjutan)

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

b. 41%-50% (Rendah, perubahan mungkin dibutuhkan)

c. 51%-70% (Menengah, investigasi lebih lanjut, perubahan segera)

d. >70% (Tinggi, dan lakukan perubahan)

(Li dan Bukle, 1999) b. Postur

Punggung

Gerakan fleksi atau rotasi punggung yang terjadi pada saat pekerja bekerja.

Kamera digital, stopwatch dan form penilaian

observasi REBA :

1) Skor 1 : Lurus / tegak alamiah Skor 2 : 0o - 20o flexion sampai extension 2) Skor 3 : 20o - 60o flexion 3) Skor 4 : > 60o flexion 4) Skor +1 : jika

memutar/miring kesamping

Ordinal

OWAS :

1) Skor 1 = posisi punggung lurus tegak (<20o)


(64)

43 Tabel 3.1 (lanjutan)

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

2) Skor 2 = posisi punggung bungkuk ke dapan (>20o)

3) Skor 3 = posisi punggung miring ke samping (>20o) 4) Skor 4 = posisi

punggung bungkuk ke depan sekaligus miring kesamping (>20o) QEC :

1) ≤ 40% )Risiko dapat diterima)

2) 41%-50% (Rendah, perubahan mungkin dibutuhkan)

3) 51%-70% (Menengah, investigasi lebih lanjut, perubahan segera)


(65)

44 Tabel 3.1 (lanjutan)

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

4) >70% (Tinggi, dan lakukan perubahan)

(Li dan Bukle, 1999) c. Postur

Lengan

Gerakan aduksi,

abduksi, fleksi, ekstensi pada lengan pekerja yang terjadi pada pekerja saat bekerja.

Kamera digital, stopwatch dan form penilaian

Observasi OWAS :

1) Skor 1 = posisi kedua lengan berada di bawah bahu

2) Skor 2 = posisi pada salah satu lengan berada diatas bahu

3) Skor 3 = posisi kedua lengan berada diatas bahu

Ordinal

d. Postur Lengan atas

Gerakan aduksi,

abduksi, fleksi, ekstensi pada lengan atas pekerja yang terjadi pada

pekerja saat bekerja.

Kamera digital, stopwatch

dan form penilaian

Observasi REBA :

1) Skor 1 : 0o - 20o flexion sampai extension

2) Skor 2 : > 20o extension 20o - 45o flexion 3) Skor 3 : 45o - 90o

flexion


(66)

45 Tabel 3.1 (lanjutan)

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

5) Skor +1 : jika posisi lengan adducted atau rotated

6) Skor +1 : jika bahu ditinggikan

7) Skor -1 : jika bersandar, bobot lengan ditopang atau sesuai gravitasi e. Postur

Lengan bawah

Gerakan aduksi,

abduksi, fleksi, ekstensi pada lengan bawah pekerja yang terjadi pada pekerja saat bekerja.

Kamera digital, stopwatch

Observasi REBA :

1) Skor 1 : 60o - 100o flexion sampai extension 2) Skor 2 : <20o flexion

atau >100o flexion f. Postur

Pergelangan tangan

Gerakan fleksi atau ekstensi pada pergelangan lengan pekerja yang terjadi pada pekerja saat bekerja. Kamera digital, stopwatch dan form penilaian

Observasi REBA :

1) Skor 1 : 0o - 15o flexion sampai extension 2) Skor 2 : >15o flexion

atau extension 3) Skor +1 jika tangan

memutar ke kanan atau kiri


(67)

46 Tabel 3.1 (lanjutan)

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

QEC :

a. ≤ 40% (Risiko dapat diterima)

b. 41%-50% (Rendah, perubahan mungkin dibutuhkan)

c. 51%-70% (Menengah, investigasi lebih lanjut, perubahan segera) >70% (Tinggi, dan lakukan perubahan) (Li dan Bukle, 1999) g. Postur Kaki Gerakan postur kaki

pekerja yang stabil, tidak stabil dan fleksi yang terjadi pada saat bekerja.

Kamera digital, stopwatch dan form penilaian

Observasi REBA :

1) Skor 1 : kaki tertopang, bobot tersebar merata jalan atau duduk 2) Skor 2 : kaki tidak

tertopang, bobot tersebar merata/postur tidak stabil 3) Skor +1 : jika lutut antara

30o - 60o flexion


(68)

47 Tabel 3.1 (lanjutan)

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

4) Skor +2 : Jika lutut >60o flexion tidak ketika duduk

OWAS :

a. Skor 1 = posisi duduk b. Skor 2 = posisi berdiri

dengan kedua kaki lurus c. Skor 3 = posisi berdiri

dengan bertumpu pada satu kaki lurus dan satu kaki lainnya berbentuk sudut >150o

d. Skor 4 =

berdiri/jongkok dengan kedua lutut dengan sudut ≤150o

e. Skor 5 = berdiri atau jongkok satu lutut dengan sudut ≤150o


(69)

48 Tabel 3.1 (lanjutan)

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

f. Skor 6 = berlutut satu atau dua lutut yang berada ditanah/lantai skor 7 = berjalan atau bergerak

3. Tingkat Risiko Level atau tingkatan risiko MSDs yang diterima oleh pekerja berdasarkan metode penilaian risiko ergonomi Lembar kerja form metode penilaian risiko ergonomi Kalkulasi dan Skoring REBA :

a. skor 1 (Risiko dapat ditiadakan)

b. skor 2-3 (Rendah, perubahan mungkin dibutuhkan)

c. skor 4-7 (Menengah, investigasi lebih lanjut, perubahan segera)

Ordinal

d. skor 7-10 (Tinggi, dan lakukan perubahan)

e. skor 11+ (Sangat Tinggi, dan lakukan perubahan) (Hignett dkk, 2000)


(70)

49 Tabel 3.1 (lanjutan)

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

OWAS :

a. Skor 1 ( Normal Postur) = posisi normal tanpa efek yang dapat mengganggu sistem musculoskeletal, tidak diperlukan tindakan perbaikan.

b. Skor 2 (Slightly Harmful) = posisi yang berpotensi menyebabkan kerusakan

pada sistem

musculoskeletal (risiko sedang), tindakan perbaikan mungkin diperlukan.

c. Skor 3 (Distincly Harmful) = posisi dengan efek berbahaya pada sistem musculoskeletal (risiko tinggi), tindakan korektif segera diperlukan.


(1)

202

Lengan bawah

Lengan atas 1 2

Pergelangan 1 2 3 1 2 3

1 1 2 3 1 2 3

2 1 2 3 2 3 4

3 3 4 5 4 5 5

4 4 5 5 5 6 7

5 6 7 8 7 8 8

6 7 8 8 8 9 9

Pegangan

0 – Good 1 – Fair 2 – Poor 3 - Unacceptable

pegangan pas dan tepat ditengah, genggaman kuat

pegangan tangan bisa diterima tapi

tidak ideal

pegangan tangan tidak bias diterima

walau memungkinkan

dipaksakan pegangan yang

tidak aman

Skor A

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Skor B

1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12

2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12

5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12

6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12

7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12

8 5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12

9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12

10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

Activity score

+1 = jika 1 atau lebih bagian tubuh statis, ditahan lebih dari 1 menit

+1 = jika ada pengulangan gerakan dalam rentang waktu

singkat, diulang lebih dari 4 kali per menit (tidak termasuk

berjalan)

+1 = jika gerakan menyebabkan perubahan

atau pergeseran postur yang cepat dari posisi awal


(2)

203

LEMBAR PENGUKURAN OWAS Postur Kerja :

1. Punggung

a. Posisi 1 : Lurus / tegak (<20o)

b. Posisi 2 : Bungkuk ke depan (>20o)

c. Posisi 3 : Miring ke samping (miring >20o)

d. Posisi 4 : Bungkuk ke depan & miring ke samping miring & bungkuk >20o

2. Lengan

a. Posisi 1 : Kedua tangan di bawah bahu b. Posisi 2 : Satu tangan pada atau diatas bahu c. Posisi 3 : Kedua tangan pada atau diatas bahu

3. Kaki

a. Posisi 1 : Duduk

b. Posisi 2 : Berdiri dengan kedua kaki lurus dengan sudut lutut >150o

c. Posisi 3 : Berdiri dengan bertumpu pada satu kaki lurus dan sudut satu kaki lainnya >150o

d. Posisi 4 : Berdiri atau jongkok dengan kedua lutut dengan sudut ≤150o

e. Posisi 5 : Berdiri atau jongkok satu lutut dengan sudut ≤150o f. Posisi 6 : Berlutut pada satu atau dua lutut yang berada di tanah /

lantai

g. Posisi 7 : Berjalan atau bergerak

4. Beban

a. Skor 1 = apabila berat beban <10 kg (0 kg - 9,9kg) b. Skor 2 = apabila berat beban <20kg (10kg -19,9kg) c. Skor 3 = apabila berat beban >20 kg

Posisi

Posisi

Posisi


(3)

204 Punggung Punggung

lurus/tegak

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Punggung membungkuk

2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3

Punggung memuntir

3 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3

Punggung membungkuk & memuntir

4 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4

Lengan Kedua lengan

di bawah bahu

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Satu lengan diatas bahu

2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3

Kedua lengan diatas bahu

3 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3

Kaki

Duduk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

Berdiri kedua kaki lurus

2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

Berdiri dengan satu kaki ditekuk

3 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3

Berdiri atau jongkok dengan kedua lutut

4 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4

Berdiri atau jongkok dengan satu lutut

5 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4

Berlutut dengan satu atau dua lutut menyentuh lantai

6 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3

Berjalan/berger ak

7 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

Frekuensi Relatif ≤ 10 % ≤ 20 % ≤ 30 % ≤ 40 % ≤ 50 % ≤ 60 % ≤ 70 % ≤ 80 % ≤ 90 % ≤ 100 %


(4)

205

Back Arm 1 2 3 4 5 6 7 Legs

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Load 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 2 2 3 1 1 1 1 1 2 2

1 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 2 3 4 3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 3

1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 4 4 4 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 1 1 1 1 1 2 4 4 4 4 4 4 3 3 3 1 1 1 3 2 2 3 1 1 1 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 4

1 2 3 3 2 2 3 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 2 3 3 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 3 4 4 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4

Kategori Risiko

Efek Pada Sistem Muskuloskeletal Tindakan Perbaikan Skor 1

(Normal Posture)

Posisi normal tanpa efek yang dapat mengganggu sistem musculoskeletal (risiko rendah)

Tidak diperlukan perbaikan

Skor 2 (Slightly Harmful)

Posisi yang berpotensi menyebabkan

kerusakan pada sistem

musculoskeletal (risiko sedang)

Tindakan perbaikan mungkin diperlukan Skor 3

(Distincly Harmful)

Posisi dengan efek berbahaya pada sistem musculoskeletal (risiko tinggi)

Tindakan korektif diperlukan segera Skor 4

(Extremely Harmful)

Posisi dengan efek sangat

berbahaya pada sistem

musculoskeletal (risiko sangat tinggi)

Tindakan korektif diperlukan sesegera mungkin


(5)

206

Nama pekerja : Tanggal pengamatan :

Kuesioner Operator

A. Apakah berat maksimal yang diangkat secara manual oleh anda pada pekerjaan ini

H1. Ringan (sekitar 5Kg atau kurang) H2. Cukup (6Kg – 10Kg)

H3. Berat (11Kg – 20Kg)

H4. Sangat berat (Lebih dari 20 Kg)

B. Berapa lama rata – rata anda untuk menyelesaikan pekerjaan dalam sehari

I1. Kurang dari 2 jam I2. 2 sampai 4 jam I3. Lebih dari 4 jam

C. Ketika melakukan pekerjaan ini berapa tingkat kekuatan yang digunakan oleh satu tangan

J1. Rendah (kurang dari 1 kg) J2. Sedang (1 sampai 4 Kg) J3. Tinggi (lebih dari 4 Kg)

D. Apakah pekerjaan ini memerlukan penglihatan yang

K1. Rendah (hamper tidak memerlukan penglihatan secara detail) K2. Tinggi (memerlukan untuk melihat secara detail)

E. Ketika bekerja apakah anda menggunakan kendaraan yang L1. Kurang dari 1 jam sehari atau tidak pernah

L2. Antara 1 hingga 4 jam sehari L3. Lebih dari 4 jam sehari

F. Ketika bekerja apakah anda menggunakan alat yang menghasilkan getaran selama

M1. Kurang dari 1 jam sehari atau tidak pernah M2. Antara 1 hingga 4 jam sehari

M3. Lebih dari 4 jam sehari

G. Apakah anda mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan ini G1. Tidak pernah

G2. Ya, terkadang G3. Ya sering

H. Pada umumnya bagaimana anda mengalami pekerjaan ini O1. Sama sekali tidak stress

O2. Cukup stress O3. Stress O4. Sangat stress


(6)

207

Nama pekerja : Tanggal pengamatan :

Kuesioner Pengamat

Punggung

I. Ketika melakukan pekerjaan, apakah punggung (pilih situasi terburuk) A1. Hampie neutral

A2. Agak memutar atau membungkuk A3. Terlalu memutar atau membungkuk J. Pilih satu dari dua pilihan pekerjaan

Apakah

Untuk pekerjaan duduk atau berdiri secara statis. Apakah punggung berada dalam posisi statis dalam waktu yang lama

B1. Tidak B2. Ya Atau

Untuk pekerjaan mengangkat, mendorong/menarik. Apakah ada pergerakan pada punggung

B3. Jarang (sekitar 3 kali per menit/ kurang) B4. Sering (sekitar 8 kali per menit)

B5. Sangat Sering (sekitar 12 kali per menit atau lebih) Bahu/ Lengan

K. Ketika pekerjaan dilakukan apakah tangan (pilih situasi terburuk) C1. Berada disekitar pinggang atau lebih rendah

C2. Berada di sekitar dada

C3. Berada di sekitar bahu atau lebih tinggi L. Apakah pergerakan bahu/lengan

D1. Jarang (sebentar – sebentar)

D2. Sering (pergerakan biasa dengan berhenti sesaat/ istirahat) D3. Sangat sering (pergerakan yang hamper kontinyu) Pergerakan tangan / tangan

M. Apakah pekerjaan dilakukan dengan (pilih situasi terburuk) E1. Pergelangan tangan yang hamper lurus

E2. Pergelangan tangan yang tertekuk N. Apakah gerakan pekerjaan diulang

F1. 10 kali per menit atau kurang F2. 11 hingga 20 kali per menit F3. Lebih dari 20 kali permenit Leher

O. Ketika melakukan pekerjaan apakah leher kepala tertekuk/berputar G1. Tidak

G2. Ya, terkadang