86
BAB V HASIL
5.1. Karakteristik Lingkungan Kerja
Penulis melakukan penelitian di beberapa lokasi usaha laundry sektor usaha informal di Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan. Tempat
usaha laundry yang diobservasi berjumlah 5 tempat dan total pekerja tersebut 12 orang. Pada setiap lokasi usaha terdapat paling sedikit 2 orang pekerja dan paling
banyak 3 orang pekerja. Ukuran luas ruangan yang digunakan dalam usaha laundry tersebut berbeda-beda. Hal ini disesuaikan dengan jumlah pekerja dan
kapasitas barang-barang yang berada di ruangan tersebut. Karakteristik kompetensi pekerja laundry disesuaikan dengan kebutuhan
dimana pekerja tersebut diharuskan dapat melaksanakan seluruh proses di usaha laundry mulai dari penimbangan hingga pengemasan. Tidak ada pembagian
kerja yang khusus diantara sesama pekerja. Jenis peralatan yang digunakan pada setiap tempat memiliki persamaan dan perbedaan. Peralatan yang sebagian besar
digunakan meliputi mesin cuci, mesin pengering, setrika, meja setrika dan plastik pembungkus pakaian. Perbedaan peralatan yang ada hanya perbedaan jenis
timbangan yang digunakan.
5.2. Gambaran Proses Kerja
Proses kerja pada laundry sektor usaha informal terdiri dari 5 tahapan kegiatan yaitu :
5.2.1. Penimbangan
Pakaian yang diterima oleh pekerja laundry dari pelanggan dilakukan penimbangan terlebih dahulu. Setiap jenis pakaian yang dibawa oleh
pelanggan ditimbang kemudian hasilnya dicatat dalam pembukuan harian laundry tersebut. Selama melakukan proses penimbangan, pakaian yang
diterima pekerja laundry dilakukan pada posisi berdiri yang disesuaikan dengan jenis timbangan yang digunakan di masing-masing tempat laundry.
5.2.2. Pencucian dan Pemerasan
Setelah dilakukan
penimbangan, pakaian
tersebut dicuci
menggunakan mesin cuci. Dalam proses pencucian, setiap pakaian diklasifikasikan menurut jenis dan karakteristik bahan pakaian. Proses
selanjutnya, pekerja memasukkan air dan cairan pembersih serta pewangi kedalam mesin cuci hingga pakaian tersebut terlihat bersih dan wangi.
Pakaian yang telah dicuci kemudian dimasukkan ke dalam mesin pemeras otomatis. Selain itu, beberapa laundry membilas kembali pakaian tersebut
dengan cara manual. Dalam proses ini, pekerja melakukan pekerjaannya dengan postur berdiri dan melakukan aktifitasnya dengan kedua tangan.
Waktu yang dibutuhkan dalam proses ini berlangsung sekitar 45 menit
yang dilanjutkan dengan memindahkan pakaian yang telah diperas ke dalam wadah pakaian.
5.2.3. Pengeringan
Pada proses ini dilakukan menggunakan mesin pengering yang terpisah dengan mesin cuci. Pakaian yang telah diperas kemudian
dimasukkan kedalam mesin pengering dengan durasi waktu selama 1 jam. Postur kerja selama melakukan proses ini dilakukan dengan berdiri,
berjalan serta menggunakan kedua tangan. Setelah kering, pakaian tersebut dimasukkan ke dalam wadah untuk selanjutnya dilakuan proses setrika dan
pelipatan. Pada beberapa lokasi laundry yang diteliti, terdapat beberapa perbedaan proses pengeringan. Selain menggunakan mesin pengering, ada
juga yang menggunakan tenaga panas matahari untuk proses pengeringan pakaian.
5.2.4. Setrika dan Pelipatan
Pakaian yang sudah kering kemudian disetrikan menggunakan alat setrika listrik. Pada saat proses tersebut, pakaian diberikan pewangi dan
pelembut dengan cara menyemprotkan kearah pakaian. Pakaian tersebut lalu di lipat agar mudah dikemas. Untuk proses setrika dan pelipatan,
terdapat perbedaan antara posisi kerja dan alat bantu kerja. a. Posisi berdiri menggunakan meja setrika tanpa kursi
b. Posisi duduk menggunakan meja setrika dan kursi dengan sandaran punggung
c. Posisi duduk menggunakan meja setrika dan kursi tanpa sandaran punggung
5.2.5. Pengemasan
Pakaian yang telah disetrika dan dilipat, kemudian diatur kembali agar mudah dikemas dalam wadah plastik bening dan diberi label. Untuk
proses pengemasan, terdapat perbedaan posisi kerja. a. Pengemasan dilakukan dengan posisi berdiri, pakaian yang akan
dikemas diletakkan diatas meja setrika b. Pengemasan dilakukan dengan posisi duduk, barang yang akan
dikemas diletakkan dilantai
5.3. Gambaran Postur Tubuh Pekerja Laundry
Dalam melakukan setiap tahapan proses laundry, postur tubuh yang dilakukan pekerja laundry sektor informal berbeda-beda. Postur kerja yang
dinilai ini merupakan posisi postur aktifitas utama yang dilakukan pekerja. Setiap postur kerja ini disesuaikan juga dengan perbedaan peralatan kerja yang
digunakan di masing-masing lokasi.
5.3.1. Penimbangan
Proses penimbangan yang dilakukan oleh pekerja laundry sektor usaha informal meliputi 2 dua cara yaitu penimbangan dengan
timbangan pegas serta penimbangan dengan timbangan biasa.
1. Penimbangan Dengan Timbangan Pegas
Postur tubuh yang dilakukan oleh pekerja laundry sektor usaha informal saat proses penimbangan menggunakan timbangan pegas
adalah seperti terlihat pada gambar dan tabel dibawah ini :
Gambar 5.1 Postur Tubuh Pekerja Pada Proses Penimbangan Menggunakan
Timbangan Pegas di Laundry Sektor Usaha Informal
Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan
Tahapan pertama proses laundry ini meliputi proses penimbangan. Pada proses ini, pekerja melakukan penimbangan
dengan menggunakan timbangan pegas. Posisi yang dilakukan pada proses ini adalah posisi leher membentuk sudut 20
o
. postur punggung pekerja lurus dengan posisi berdiri dengan bertumpu pada kedua kaki.
Posisi lengan kanan atas membentuk sudut fleksi 50
o
serta terdapat abduksi dimana lengan atas tersebut dijauhkan dari pusat tubuh.
Sedangkan lengan kanan bawah membentuk fleksi 50
o
dan pergelangan tangan kanan membentuk fleksi sebesar 10
o
.
2. Penimbangan Dengan Timbangan Biasa
Postur tubuh yang dilakukan oleh pekerja laundry sektor usaha informal saat proses penimbangan menggunakan timbangan biasa
adalah seperti terlihat pada gambar dan tabel dibawah ini :
Gambar 5.2 Postur Tubuh Pekerja Pada Proses Penimbangan Menggunakan
Timbangan Biasa di Laundry Sektor Usaha Informal
Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan
Selain menggunakan
timbangan pegas,
pekerja juga
menggunakan timbangan biasa. Posisi yang dilakukan pada proses ini adalah posisi leher membentuk sudut fleksi 25
o
. Postur punggung pekerja lurus disertai dengan posisi punggung yang berputar. Posisi
tubuh berdiri dengan bertumpu pada kedua kaki. Posisi lengan kiri atas membentuk sudut fleksi 70
o
. Sedangkan lengan kiri bawah membentuk
fleksi 30
o
dan pergelangan tangan kiri membentuk fleksi sebesar 10
o
. untuk postur tubuh lengan kanan atas terbentuk sudut fleksi sebesar
75
o
sedangkan posisi lengan bawah kanan membentuk sudut fleksi 35
o
dan pergelangan tangan kanan membentuk sudut 20
o
yang disertai dengan posisi pergelangan tangan miring ke samping.
5.3.2. Pencucian dan Pemerasan 1. Memasukkan Pakaian ke Dalam Mesin Cuci
Postur tubuh yang dilakukan oleh pekerja laundry sektor usaha informal saat proses memasukkan pakaian ke dalam mesin cuci adalah
seperti terlihat pada gambar dan tabel dibawah ini :
Gambar 5.3 Postur Tubuh Pekerja Pada Proses Memasukkan Pakaian ke
Dalam Mesin Cuci di Laundry Sektor Usaha Informal
Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan
Setelah pakaian tersebut ditimbang, langkah selanjutnya adalah memasukkan pakaian tersebut kedalam mesin cuci. Pada proses ini,
posisi leher membentuk fleksi 35
o
dan posisi punggung lurus namun
punggung dalam keadaan miring ke samping. Tahapan ini dilakukan dalam posisi berdiri dengan bertumpu pada kedua kaki. Posisi lengan
kiri atas membentuk sudut fleksi 10
o
serta terdapat abduksi dimana lengan atas tersebut dijauhkan dari pusat tubuh. Sedangkan lengan kiri
bawah membentuk sudut fleksi 135
o
dan pergelangan tangan kiri membentuk fleksi sebesar 10
o
.
2. Mengeluarkan Pakaian Dari Mesin Cuci
Postur tubuh yang dilakukan oleh pekerja laundry sektor usaha informal saat proses mengeluarkan pakaian dari mesin cuci adalah
seperti terlihat pada gambar dan tabel dibawah ini :
Gambar 5.4 Postur Tubuh Pekerja Pada Proses Mengeluarkan Pakaian Dari
Mesin Cuci di Laundry Sektor Usaha Informal Kecamatan
Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan
Pada tahapan mengeluarkan pakaian dari mesin cuci, posisi leher pekerja membentuk fleksi sebesar 18
o
yang disertai dengan posisi leher miring dan berputar. Posisi punggung lurus namun punggung dalam
keadaan miring ke samping. Tahapan ini dilakukan dalam posisi
berdiri dengan bertumpu pada kedua kaki. Posisi lengan kiri atas membentuk sudut fleksi 25
o
. Sedangkan lengan kiri bawah membentuk sudut fleksi sebesar 110
o
dan pergelangan tangan kiri membentuk fleksi sebesar 30
o
yang disertai dengan deviasi ulnar .
3. Pembilasan
Postur tubuh yang dilakukan oleh pekerja laundry sektor usaha informal saat proses pembilasan adalah seperti terlihat pada gambar
dan tabel dibawah ini :
Gambar 5.5 Postur Tubuh Pekerja Pada Proses Pembilasan di
Laundry Sektor Usaha Informal Kecamatan Ciputat Timur
Kota Tangerang Selatan
Pada proses pembilasan, posisi leher pekerja membentuk fleksi sebesar 15
o
yang disertai dengan posisi leher miring. Posisi punggung membentuk fleksi 10
o
yang disertai posisi punggung yang miring dan berputar. Tahapan ini dilakukan dalam posisi berdiri dengan bertumpu
pada kedua kaki. Posisi lengan kiri atas membentuk sudut fleksi 30
o
yang disertai abduksi yaitu posisi lengan atas menjauhi pusat tubuh. Sedangkan lengan kiri bawah membentuk sudut fleksi sebesar 75
o
dan pergelangan tangan kiri membentuk fleksi sebesar 10
o
yang disertai gerakan berputar.
4. Memasukkan Pakaian ke Dalam Wadah
Setelah pakaian tersebut dicuci, proses selanjutnya adalah memasukkan ke dalam wadah. Postur tubuh yang dilakukan oleh
pekerja laundry sektor usaha informal saat proses memasukkan pakaian ke dalam wadah adalah seperti terlihat pada gambar dan tabel
dibawah ini :
Gambar 5.6 Postur Tubuh Pekerja Pada Proses Memasukkan Pakaian ke
Dalam Wadah di Laundry Sektor Usaha Informal
Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan
Pada proses memasukkan pakaian kedalam wadah, posisi leher membentuk sudut fleksi 20
o
yang disertai leher berputar. Postur punggung pekerja membentuk fleksi 40
o
dan disertai dengan posisi
punggung yang berputar. Posisi tubuh berdiri dengan bertumpu pada kedua kaki. Posisi lengan kiri atas membentuk sudut fleksi 20
o
. Sedangkan lengan kiri bawah membentuk fleksi 20
o
dan pergelangan tangan kiri membentuk fleksi sebesar 10
o
. Postur tubuh lengan kanan atas membentuk sudut fleksi sebesar 20
o
sedangkan posisi lengan bawah kanan membentuk sudut fleksi 20
o
dan pergelangan tangan kanan membentuk sudut fleksi10
o
.
5.3.3. Pengeringan 1. Mengangkat Wadah Pakaian
Postur tubuh yang dilakukan oleh pekerja laundry sektor usaha informal saat proses mengangkat wadah pakaian untuk dibawa ke
mesin pengering adalah seperti terlihat pada gambar dan tabel dibawah ini :
Gambar 5.7 Postur Tubuh Pekerja Pada Proses Mengangkat Wadah Pakaian
Untuk Dibawa ke Mesin Pengering di Laundry Sektor Usaha
Informal Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan
Pada proses mengangkat wadah pakaian, posisi leher membentuk ektensi 10
o
. Postur punggung pekerja membentuk fleksi 25
o
. Posisi tubuh berdiri dengan bertumpu pada kedua kaki. Posisi lengan kiri atas
membentuk sudut fleksi 70
o
. Sedangkan lengan kiri bawah membentuk fleksi 5
o
dan pergelangan tangan kiri membentuk fleksi sebesar 5
o
. Postur tubuh lengan kanan atas membentuk sudut fleksi sebesar 70
o
sedangkan posisi lengan bawah kanan membentuk sudut fleksi 5
o
dan pergelangan tangan kanan membentuk sudut fleksi 5
o
.
2. Memasukkan Pakaian ke Dalam Mesin Pengering
Postur tubuh yang dilakukan oleh pekerja laundry sektor usaha informal saat proses memasukkan pakaian ke dalam mesin pengering
adalah seperti terlihat pada gambar dan tabel dibawah ini :
Gambar 5.8 Postur Tubuh Pekerja Pada Proses Memasukkan Pakaian ke
Dalam Mesin Pengering di Laundry Sektor Usaha Informal
Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan
Dalam proses ini, posisi tubuh pekerja menyesuaikan dengan jenis dan desain alat bantu pekerjaan yang menyebabkan postur leher
pekerja membentuk sudut ekstensi sebesar 10
o
yang disertai dengan leher miring kesamping. Posisi punggung membungkuk membentuk
fleksi 45
o
dan disertai punggung yang miring. Posisi tubuh bertumpu pada kedua kaki. Posisi lengan kanan atas membentuk sudut fleksi
sebesar 110
o
dan lengan kanan bawah fleksi 75
o
. Pergelangan tangan kanan membentuk fleksi sebesar 5
o
.
3. Mengeluarkan Pakaian Dari Mesin Pengering
Postur tubuh yang dilakukan oleh pekerja laundry sektor usaha informal saat proses mengeluarkan pakaian dari mesin pengering
adalah seperti terlihat pada gambar dan tabel dibawah ini :
Gambar 5.9 Postur Tubuh Pekerja Pada Proses Mengeluarkan Pakaian Dari
Mesin Pengering di Laundry Sektor Usaha Informal
Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan
Pada proses mengeluarkan pakaian dari mesin pengering, posisi leher membentuk ektensi 15
o
yang disertai dengan postur leher yang miring. Postur punggung pekerja membentuk fleksi 50
o
serta dalam kondisi miring. Posisi tubuh berdiri dengan bertumpu pada kedua
kaki.. Postur tubuh lengan kanan atas membentuk sudut fleksi sebesar 120
o
sedangkan posisi lengan bawah kanan membentuk sudut fleksi 85
o
dan pergelangan tangan kanan membentuk sudut fleksi 10
o
.
4. Penjemuran Pakaian
Postur tubuh yang dilakukan oleh pekerja laundry sektor usaha informal saat proses penjemuran pakaian adalah seperti terlihat pada
gambar dan tabel dibawah ini :
Gambar 5.10 Postur Tubuh Pekerja Pada Proses Penjemuran Pakaian di
Laundry Sektor Usaha Informal Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan
Pada tahapan ini, postur leher pekerja membentuk ekstensi sebesar 10
o
yang disertai leher berputar. Posisi punggung lurus namun
dalam kondisi berputar. Postur tubuh pekerja berdiri dalam keadaan tidak stabil. Posisi lengan kiri atas membentuk fleksi sebesar 45
o
yang disertai dengan abduksi. Lengan bawah kiri fleksi 110
o
serta pergelangan tangan kiri 0
o
. Untuk postur lengan atas kanan, pekerja membentuk fleksi 150
o
dan lengan bawah kanan membentuk sudut fleksi 10
o
. Pergelangan tangan kanan 0
o
.
5.3.4. Setrika dan Pelipatan 1. Posisi Berdiri Menggunakan Meja Setrika Tanpa Kursi
Postur tubuh yang dilakukan oleh pekerja laundry sektor usaha informal saat proses setrika dan pelipatan dengan posisi berdiri
menggunakan meja setrika tanpa kursi adalah seperti terlihat pada gambar dan tabel dibawah ini :
Gambar 5.11 Postur Tubuh Pekerja Pada Proses Setrika dan Pelipatan Dengan
Posisi Berdiri Menggunakan Meja Setrika Tanpa Kursi di Laundry Sektor Usaha Informal Kecamatan Ciputat Timur
Kota Tangerang Selatan
Dalam proses setrika dan pelipatan, pekerja melakukan tahapan ini dengan beberapa cara. Pada proses ini, pekerja melakukannya
dengan cara berdiri menggunakan alat bantu meja setrika yang menghasilkan posisi leher fleksi sebesar 40
o
yang disertai dengan leher yang berputar. Posisi punggung membentuk sudut fleksi 10
o
disertai dengan gerakan punggung miring dan berputar. Pekerja dalam posisi
berdiri pada kedua kaki. Postur lengan kiri atas membentuk fleksi 10
o
yang disertai abduksi dan lengan kiri bawah pun juga membentuk sudut fleksi sebesar 60
o
. Pergelangan tangan membentuk fleksi 5
o
. pada postur lengan kanan atas membentuk sudut fleksi 35
o
dan abduksi. Lengan bawah kanan dan pergelangan tangan masing-masing
membentuk fleksi sebesar 15
o
dan 5
o
.
2. Posisi Duduk Menggunakan Meja Setrika dan Kursi Dengan Sandaran Punggung
Postur tubuh yang dilakukan oleh pekerja laundry sektor usaha informal saat proses setrika dan pelipatan dengan posisi duduk
menggunakan meja setrika dan kursi dengan sandaran punggung adalah seperti terlihat pada gambar dan tabel dibawah ini :
Gambar 5.12 Postur Tubuh Pekerja Pada Proses Setrika dan Pelipatan Dengan
Posisi Duduk Menggunakan Meja Setrika dan Kursi Dengan Sandaran Punggung di
Laundry Sektor Usaha Informal Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan
Pada tahapan ini, posisi leher pekerja membentuk fleksi sebesar 5
o
ditambah dengan posisi leher yang berputar. Postur punggung fleksi 5
o
yang disertai dengan posisi punggung yang berputar. Pekerja melakukan tahapan ini dengan duduk yang menghasilkan posisi lengan
atas kanan fleksi 80
o
dan gerakan abduksi. Sedangkan pada lengan bawah kanan terbentuk sudut fleksi sebesar 30
o
dan pada pergelangan tangan membentuk fleksi 5
o
.
3. Posisi Duduk Menggunakan Meja Setrika dan Kursi Tanpa Sandaran Punggung
Postur tubuh yang dilakukan oleh pekerja laundry sektor usaha informal saat proses setrika dan pelipatan dengan posisi duduk
menggunakan meja setrika dan kursi tanpa sandaran punggung adalah seperti terlihat pada gambar dan tabel dibawah ini :
Gambar 5.13 Postur Tubuh Pekerja Pada Proses Setrika dan Pelipatan Dengan
Posisi Duduk Menggunakan Meja Setrika dan Kursi Tanpa Sandaran Punggung di
Laundry Sektor Usaha Informal Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan
Posisi leher pekerja menunduk membentuk fleksi 10
o
yang disertai leher yang berputar. Posisi punggung fleksi sebesar 15
o
dan ditambah dengan postur punggung yang berputar. Pekerja melakukan
tahapan ini dengan cara duduk. Pada bagian lengan atas kiri terbentuk fleksi sebesar 60
o
dan terjadi abduksi. Lengan bawah kiri menekuk membentuk sudut fleksi 40
o
dan pergelangan tangan kiri terbentuk fleksi 10
o
. Posisi lengan atas kanan terbentuk sudut 68
o
yang disertai abduksi. Posisi lengan bawah dan pergelangan tangan kanan masing-
masing membentuk fleksi sebesar 30
o
dan 10
o
.
5.3.5. Pengemasan 1. Pengemasan Dilakukan Dengan Posisi Berdiri
Pada tahap ini, pakaian yang akan dikemas diletakkan diatas meja setrika. Postur tubuh yang dilakukan oleh pekerja laundry sektor
usaha informal saat proses pengemasan dengan posisi berdiri adalah seperti terlihat pada gambar dan tabel dibawah ini :
Gambar 5.14 Postur Tubuh Pekerja Pada Proses Pengemasan Dengan Posisi
Berdiri di Laundry Sektor Usaha Informal Kecamatan
Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan
Proses pengemasan yang dilakukan dengan posisi berdiri menghasilkan postur leher yang menunduk menghasilkan sudut fleksi
10
o
dan disertai gerakan berputar. Posisi punggung membentuk fleksi sebesar 10
o
ditambah dengan punggung yang berputar. Tahapan ini dilakukan dengan cara berdiri dengan kedua kaki. Pada lengan kiri atas
terbentuk fleksi sebesar 40
o
dan disertai dengan abduksi. Posisi lengan bawah kiri membentuk sudut fleksi 30
o
dan pergelangan tangan kiri
menghasilkan sudut fleksi 5
o
. Posisi lengan kanan atas terbentuk fleksi 40
o
, sedangkan lengan bawah kanan dan pergelangan tangan kanan masing-masing membentuk sudut fleksi 45
o
dan 5
o
.
2. Pengemasan Dilakukan Dengan Posisi Duduk
Postur tubuh yang dilakukan oleh pekerja laundry sektor usaha informal saat proses pengemasan dengan posisi duduk dilantai adalah
seperti terlihat pada gambar dan tabel dibawah ini :
Gambar 5.15 Postur Tubuh Pekerja Pada Proses Pengemasan Dengan Posisi
Duduk di Laundry Sektor Usaha Informal Kecamatan
Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan
Selain pengemasan yang dilakukan dengan posisi berdiri, pengemasan juga dilakukan dengan posisi duduk di lantai. Pada posisi
ini, leher menekuk membentuk sudut fleksi 5
o
. Posisi punggung membungkuk sebesar 30
o
yang disertai dengan punggung miring. Pekerjaan ini dilakukan dengan cara kerja duduk. Posisi lengan atas
kiri menekuk membentuk fleksi 50
o
dan lengan kiri bawah membentuk
sudut fleksi 65
o
. Pada pergelangan tangan kiri, sudut yang terbentuk adalah fleksi 5
o
.
5.4. Gambaran Beban Kerja, Coupling dan Nilai Aktifitas Pekerja Laundry
Gambaran beban kerja, coupling dan nilai aktifitas pada kegiatan di laundry sektor usaha informal Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang
Selatan adalah sebagai berikut :
Tabel 5.1 Gambaran Beban Kerja,
Coupling dan Nilai Aktifitas Pekerja Laundry Sektor Usaha Informal Kecamatan Ciputat Timur
Kota Tangerang Selatan Proses Kerja
Berat Beban
Coupling Nilai Aktifitas
Kanan Kiri
1. Penimbangan a. Penimbangan dengan
timbangan pegas 5 kg
Fair -
- b. Penimbangan dengan
timbangan biasa 5-10 kg Poor
Poor -
2. Pencucian dan pemerasan
a.Memasukkan pakaian ke dalam mesin cuci
5 kg -
Fair Gerakan berulang
4x permenit b.Mengeluarkan pakaian
dari mesin cuci 5 kg
- Fair
Gerakan berulang 4x permenit
c. Pembilasan 5 kg
Good Gerakan berulang
4x permenit d. Memasukkan pakaian
ke dalam wadah 5 kg
Fair Fair
Gerakan berulang 4x permenit
Perubahan postur secara cepat dan
tidak stabil
3. Pengeringan a. Mengangkat wadah
pakaian 10 kg
Poor Poor
-
b. Memasukkan pakaian ke dalam mesin
pengering 5 kg
Fair -
Gerakan berulang 4x permenit
c. Mengeluarkan pakaian dari mesin
pengering 5 kg
Fair -
Gerakan berulang 4x permenit
d. Penjemuran pakaian 5-10 kg Fair
Fair -
4. Setrika dan pelipatan a. Posisi berdiri
menggunakan meja setrika tanpa kursi
5 kg Good
Good Salah satulebih
bagian tubuh statis 1 menit
Gerakan berulang 4x permenit
b. Posisi duduk menggunakan meja
setrika dan kursi dengan sandaran
punggung 5 kg
Fair -
Salah satulebih bagian tubuh statis
1 menit Gerakan berulang
4x permenit
c. Posisi duduk menggunakan meja
setrika dan kursi tanpa sandaran
punggung 5 kg
Good Good
Salah satulebih bagian tubuh statis
1 menit Gerakan berulang
4x permenit
5. Pengemasan a. Pengemasan
dilakukan dengan posisi berdiri
5 kg Good
Good -
b. Pengemasan dilakukan dengan
posisi duduk 5 kg
- Good
-
Proses kerja pertama yang dilakukan dalam proses laundry adalah proses penimbangan beban. Proses penimbangan ini terdiri dari proses penimbangan
dengan timbangan pegas dan timbangan biasa. Pada proses penimbangan dengan timbangan pegas, beban yang diterima pekerja masih dibawah 5 kg.
Coupling yang dilakukan saat penimbangan cucian tergolong cukup baik untuk tangan kanan. Pada tangan kiri tidak terdapat genggaman karena beban hanya
diangkat menggunakan tangan kanan. Pada proses penimbangan menggunakan timbangan biasa, beban yang diangkat oleh pekerja berada pada ukuran 5-10
kg. sedangkan coupling yang dilakukan pada proses ini tergolong kurang baik. Tahapan selanjutnya adalah proses pencucian dan pemerasan. Pada
proses ini, memiliki empat tahapan proses. Proses pertama adalah memasukkan pakaian kedalam mesin cuci. Pada proses ini, beban yang diangkat oleh pekerja
masih dibawah 5kg. sedangkan penilaian coupling pada proses ini dapat dikategorikan cukup baik walaupun tidak ideal serta terdapat pula gerakan
berulang lebih dari 4 kali permenit. Setelah dilakukan proses pencucian, pakaian tersebut dikeluarkan dari
mesin cuci. Beban yang diangkat masih dibawah 5 kg walaupun beban berat bertambah karena pakaian dalam keadaan basah. Coupling yang dilakukan
pekerja cukup baik serta dilakukan secara berulang lebih dari 4 kali permenit. Pakaian yang telah dikeluarkan dari mesin cuci selanjutnya dibilas.
Beban yang diangkat masih dibawah 5 kg dan dilakukan dengan genggaman coupling yang baik. Proses ini dilakukan secara berulang lebih dari 4 kali
permenit. Kegiatan selanjutnya adalah memasukkan pakaian yang telah dibilas
kedalam wadah. Kegiatan ini dilakukan dengan coupling yang cukup baik dan beban nya masih dibawah 5 kg. Namun, aktifitas ini dilakukan secara berulang
serta terjadi perubahan postur secara cepat dan tidak stabil.
Setelah pakaian dimasukkan ke dalam wadah, maka langkah selanjutnya adalah proses pengeringan. Proses ini dimulai dengan mengangkat pakaian
untuk dibawa ke mesin pengering. Beban yang diangkat pekerja mencapai 13 kg sehingga masuk dalam kriteria 10 kg. Hal ini disesuaikan dengan kapasitas
keranjang yang digunakan. Berat beban tersebut disebabkan karena pakaian yang diangkat dalam keadaan basah. Coupling yang dilakukan pekerja kurang
baik. Hal ini dikarenakan tidak adanya bagian pegangan yang terdapat di keranjang.
Langkah selanjutnya adalah memasukkan pakaian ke dalam mesin pengering. Berat beban yang diangkat pekerja kurang dari 5 kg dan genggaman
tangan coupling yang dilakukan tergolong cukup baik. Kegiatan ini dilakukan dengan cepat dan terjadi gerakan berulang yang dilakukan lebih dari 4 kali
permenit. Kegiatan mengeluarkan pakaian dari mesin pengering dilakukan dengan
coupling yang cukup baik dan gerakan ini dilakukan berulang lebih dari 4 kali permenit. Beban yang diangkat pekerja pada proses ini menyusut menjadi
kurang dari 5 kg karena pakaian yang sebelumnya basah menjadi kering akibat proses pengeringan.
Dalam proses pengeringan pakaian, terdapat pula proses penjemuran pakaian dengan cahaya alami menggunakan bantuan cahaya matahari. Proses
ini dilakukan dengan dengan coupling yang cukup baik dan beban yang diangkat berada pada nilai 5-10 kg pada kedua tangan pekerja.
Setelah pakaian tersebut kering, maka langkah selanjutnya adalah proses penyetrikaan. Pada proses ini terdapat perbedaan dalam cara kerja diantaranya
dengan posisi berdiri, posisi duduk menggunakan kursi dengan sandaran punggung maupun posisi duduk menggunakan kursi tanpa sandaran punggung.
Seluruh pekerja laundry menggunakan beban berupa alat setrika yang memiliki berat kurang dari 5 kg dan coupling yang dilakukan pada proses penyetrikaan
dengan posisi berdiri dan posisi duduk tanpa sandaran punggung tergolong baik. Sedangkan coupling yang dilakukan pada proses penyetrikaan dengan
posisi duduk dengan kursi sandaran punggung tergolong cukup baik. Hal ini dikarenakan desain setrika yang digunakan memiliki desain pegangan yang
lebih lebar. Dalam semua proses penyetrikaan, aktifitas dilakukan secara berulang lebih dari 4 kali permenit dan terdapat posisi statis pada bagian kaki,
baik yang dilakukan dengan posisi berdiri maupun dengan posisi duduk. Proses selanjutnya adalah pengemasan yaitu memasukkan pakaian yang
telah disetrika dimasukkan kedalam wadah bungkus plastik transparan. Pada proses ini pula terdapat perbedaan dalam posisi pengemasan baik dengan posisi
berdiri dengan alat bantu meja maupun dengan posisi duduk di lantai. Coupling yang dilakukan pekerja tergolong baik dan beban pada proses ini kurang dari 5
kg.
5.5. Analisis REBA Terhadap Keseluruhan Tubuh Yang Digunakan Pekerja 5.5.1. Penimbangan