Latar Belakang Masalah Pengaruh komunikasi efektif orang Tua - anak dan orientasi tujuan terhadap motivasi belajar siswa UIN Jakarta

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia merupakan salah satu dari negara yang memiliki jumlah populasi manusia terbesar di dunia, artinya kita memiliki kuantitas SDM sumber daya manusia yang begitu banyak. Dalam catatan populasi manusia di dunia, Indonesia memiliki jumlah populasi manusia tersebesar ke lima dari seluruh dunia, dengan jumlah 241.973.879 jiwa. Namun banyaknya SDM tidak menjamin bahwa negara tersebut menjadi negara yang maju. Hal ini dapat kita saksikan di negara Indonesia, jumlah SDM yang begitu banyak, namun tetap berada di peringkat negara berkembang. Maju atau tidaknya suatu negara sangat ditentukan dari kualitas SDM nya. Satu-satunya cara yang paling memungkinkan untuk meningkatkan kualitas SDM adalah melalui pendidikan. Karena pendidikan akan mengubah masyarakat yang bodoh menjadi masyarakat yang cerdas dan bermoral. Pentingnya pendidikan juga ditekankan dalam kitab suci Al Quran, yakni ayat pertama yang diwahyukan kepada Rosulullah SAW, yang artinya adalah bacalah. Kata ini menekankan pentingnya membaca yang merupakan bagian dari pendidikan. 2 Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Perubahan ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia. Pentingnya pendidikan ini juga tercatat dalam undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003, yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Usaha dalam bidang pendidikan dilakukan untuk mencapai tujuan yang luhur dari bangsa ini. Pendidikan, di samping untuk mencerdaskan bangsa juga untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia. Melalui peran pendidikan diharapkan dapat tercapai peningkatan kehidupan manusia yang lebih dewasa dan matang. Namun hal ini tidak semudah yang diharapkan karena adanya hambatan- hambatan dalam proses pembelajaran. Rosulullah SAW memberikan ilustrasi pada umatnya tentang adanya hambatan dalam proses pembelajaran manusia. Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata: Rosulullah SAW membuat gambar segi empat, dan di tengah-tengah ada garis lurus memanjang hingga keluar garis kotak, dan di samping garis tengah itu ada garis- 3 garis kecil. Lalu Nabi SAW menerangkan: Ini manusia, dan garis persegi itu kurungan ajalnya, sedang garis panjang yang keluar dari batas itu adalah angan- angan dan cita-cita manusia, dan garis-garis kecil itu adalah gangguan-gangguan yang selalu menghinggapi manusia, maka bila ia selamat dari yang pertama, mungkin terkena yang kedua, jika ia terhindar dari yang satu terkena yang lain. Buchary dalam An-Nawawy, 1986 Inilah gambarnya: Saat ini, adanya hambatan-hambatan dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari beberapa kasus yang ada di berbagai sekolah. Banyak siswa yang membolos atau tidak masuk tanpa surat izin, dan banyak siswa juga yang asik sendiri di dalam kelas saat guru menerangkan. Hal ini disebabkan karena kurangnya motivasi belajar dan tidak menyadari pentingnya belajar. Fenomena ini juga penulis dapatkan pada saat sedang praktek kuliah di salah satu MTsN di Jakarta. Yang terlihat di MTsN ini, khususnya pelajar laki-laki yang sering membolos, tawuran, menghabiskan waktu untuk bermain setelah pulang sekolah, dan masih banyak lagi aktivitas tidak bermanfaat yang dilakukan oleh siswa. Menurut Sabri 2007 terdapat dua faktor utama yang menyebabkan timbulnya hambatan-hambatan dalam proses pembelajaran, yakni faktor yang 4 terdapat dalam diri siswa dan faktor yang terdapat dari luar diri siswa. Faktor yang terdapat dalam diri siswa berupa: rendahnya kemampuan intelektual atau kecerdasan siswa, kurangnya motivasi dalam belajar, kurangnya kematangan untuk belajar, kebiasaan belajar yang kurang baik, kemampuan mengingat yang lemah, dan terganggunya alat indra. Sedangkan faktor yang terdapat dari luar diri siswa berupa: gangguan-gangguan emosi, latar belakang sosial yang kurang menunjang, peran orang tua yang kurang, proses belajar mengajar yang tidak sesuai, tidak adanya dukungan dari lingkungan belajar. Setiap pendidik harus mengakui bahwa motivasi belajar siswa sangat berperan penting pada proses pembelajaran. Motivasi belajar sebagai daya penggerak dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar sehingga menambah pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman Iskandar, 2009. Motivasi ini tumbuh karena ada keinginan untuk bisa mengetahui dan memahami sesuatu serta mendorong minat belajar siswa sehingga sunguh-sungguh untuk belajar dan termotivasi untuk mencapai prestasi. Motivasi belajar memiliki pengaruh terhadap perilaku belajar siswa, yaitu mendorong meningkatnya semangat dan ketekunan dalam belajar. Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberi gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar. Sehingga siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, memiliki energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar yang pada akhirnya akan mampu memperoleh prestasi yang lebih baik. 5 Menurut Iskandar 2009 motivasi dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik adalah dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan. Faktor instrinsik meliputi minat, bakat, intelegensi dan sebagainya. Faktor ekstrinsik adalah dorongan dari luar diri yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu. Faktor ekstrinsik meliputi keluarga, lingkungan sekolah, teman dan masyarakat. Keluarga merupakan tempat yang utama untuk belajar, karena mendapatkan pembelajaran yang pertama kali dari keluarga khususnya orang tua. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak, sehingga di dalam memberikan pendidikan pada anak-anak, orang tua harus memberikan perhatian yang besar dalam mengarahkan putra-putri mereka. Perhatian orang tua terhadap anak merupakan suatu fitrah setiap manusia. Karena hal ini juga tertuang dalam firman Allah SWT, “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia…” QS. Al Kahfi: 46. Selain itu dalam firman Allah SWT yang lain dikatakan bahwa “...Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak- anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar” QS. Al Isra: 6. Hal ini menunjukan bahwa perasaan cinta dan kedekatan antara orang tua dan anaknya merupakan fitrah dari setiap manusia. Jadi, ketika ada orang tua yang tidak mencintai dan dekat dengan anaknya, bisa dikatakan bahwa ia sudah menyalahi fitrah manusia. 6 Semua perhatian, rasa cinta, kelekatan orang tua terhadap anak yang ditunjukan dalam bentuk perilaku, akan terinternalisasi pada anak. Komunikasi orang tua terhadap anak, dilihat dari cara orang tua merespon dan memenuhi kebutuhan anak, yang akan dapat membentuk suatu ikatan emosional antara anak dengan orang tua sebagai figur pengasuh. Orang tua diharapkan memiliki kesadaran penuh dalam membimbing anaknya, agar anak memperoleh nilai-nilai sebagai pegangan hidup. Hal ini juga dicontohkan oleh Rosulullah SAW dalam sebuah hadist. Abu Hafesh Umar bin Abi Salamah, anak tiri Rosulullah SAW berkata: Ketika saya masih kecil di bawah asuhan Nabi SAW, ketika makan tangan saya berputar pada piring-piring, mangkok- mangkok, maka Rosulullah SAW memperingatkan pada saya: Hai anak, bacalah Bismillah, dan makan dengan tangan kananmu, dan makanlah dari apa yang dekat denganmu. Maka demikianlah seterusnya makan saya setelah itu. Buchory, Muslim dalam An-Nawawy, 1986 Kesadaran orang tua terhadap perkembangan anak bisa dicapai dengan pemeliharaan komunikasi antara orang tua dan anak. Anak yang menghadapi masalah, baik kecil maupun besar mengharapkan orang tua sebagai tempat bernaung yang dapat diperoleh melalui komunikasi. Komunikasi akan terbentuk bila hubungan timbal balik selalu terjalin antara ayah, ibu, dan anak. 7 Komunikasi antara orang tua dan anak, melalui tatapan mata, ucapan-ucapan mesra, sentuhan-sentuhan halus, perintah-perintah positif dan larangan-larang, semua itu merupakan sumber-sumber rangsangan untuk mengembangkan kepribadian anak. Hal ini menunjukan bahwa lingkungan keluarga acapkali disebut sebagai pendidikan informal yang mempengaruhi berbagai aspek perkembangan anak. Pengertian-pengertian di atas juga menunjukan pentingnya berkomunikasi pada anak. Seperti telah dipaparkan di awal penulisan ini, salah satu aspek manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, manusia secara alami selalu membutuhkan hubungan atau komunikasi dengan manusia yang lain. Di samping itu manusia juga mempunyai motivasi-motivasi lain seperti motivasi ingin tahu, motivasi untuk mengaktualisasikan diri dan lain sebagainya. Motivasi-motivasi tersebut akan dapat dipenuhi dengan mengadakan komunikasi dengan sesamanya. Dengan komunikasi seseorang dapat menyampaikan informasi, ide ataupun pemikiran, pengetahuan, konsep, dan lain-lain kepada orang lain secara timbal balik, baik sebagai penyampai ataupun penerima komunikasi. Dengan komunikasi manusia dapat berkembang dan dapat melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Fransiska 2008 mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara komunikasi efektif orangtua anak dengan kepercayaan diri. Sedangkan Retnonongsih 2010 dalam penelitiannya juga 8 mengungkapkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara komunikasi efektif orang tua-anak dengan perilaku juvenile delinquency. Kedua hasil penelitian di atas tidak sesuai dengan asumsi peneliti, maka peneliti mencoba untuk mencari hasil penelitian lain mengenai hubungan orang tua terhadap anaknya secara umum. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayah 2009 mengungkapkan bahwa ada hubungan kelekatan yang signifikan antara orang tua-anak dengan agresivitas remaja putri. Dengan adanya hubungan kelekatan yang erat atau tinggi maka agresivitas akan mereda atau taraf biasa saja, sedangkan jika tingkat kelekatan rendah maka akan memacu tingkat agresivitas yang tinggi. Maulidya 2008 juga mengungkapkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara gaya kelekatan dengan kecerdasan emosi. Kedua penelitian ini menunjukan bahwa peran orang tua dalam membentuk kelekatan dengan anaknya akan menentukan pribadi si anak. Freeman dan Munandar 2000 mengungkapkan bahwa anak-anak akan menunjukkan prestasi terbaiknya di sekolah jika orang tua dan guru bekerjasama secara harmonis. Orang tua yang kehilangan keterlibatan dalam keberhasilan dan kesuksesan sekolah anak dapat menyebabkan anak merasakan bahwa orang tua tidak menghargai keberhasilannya sehingga berakibat anak tidak termotivasi untuk mencapainya. 9 Selain mencari pengaruh komunikasi efektif orang tua-anak terhadap motivasi belajar, peneliti juga mencoba mencari pengaruh orientasi tujuan terhadap motivasi belajar. Penelitian mengenai orientasi tujuan dilakukan oleh Zahariadis dan Biddle 2000 yang mengungkapkan adanya hubungan yang positif antara task orientation dengan motivasi intrisik, dan adanya hubungan yang positif antara ego orientation dengan motivasi ekstrinsik. Selain itu penelitian ini juga menunjukan bahwa meningkatnya motivasi dapat dipengaruhi oleh task orientation. Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh komunikasi efektif orang tua-anak dan orientasi tujuan terhadap motivasi belajar siswa Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.

1.2 Pembatasan Masalah