Struktur Sintaksis Dra. Pujiati, M.Sos. Sc., Ph.D.

2.2 Struktur Sintaksis

Penguasaan suatu bahasa mencakup kemampuan untuk membangun frase atau kalimat yang berasal dari kata. Sintaksis merupakan bagian dari subsistem tata bahasa atau gramatika dan menelaah struktur satuan bahasa yang lebih besar dari kata, mulai frase hingga kalimat. Dengan kata lain, sintaksis merupakan studi gramatikal struktur antarkata, struktur yang dimaksud ialah urutan kata. Dalam bahasa Indonesia, sebagian besar makna suatu frase, misalnya, bergantung pada pembentuknya.Pada contoh berikut ini terlihat jelas bahwa makna frase 1 tidak sama dengan makna frase 2 Contoh: 1 adik guru 2 guru adik Tata bahasa atau gramatika setiap bahasa mencakup kaedah-kaedah sintaksis yang mencerminkan pengetahuan penutur bahasa atas fakta-fakta tersebut. Misalnya setiap kalimat merupakan rangaian kata, tetapi tidak semua rangkaian kata adalah kalimat. Penutur bahasa Indonesia, misalnya, akan mengetahui bahwa kalimat berikut, yang terdiri atas kata-kata yang memiliki makna, ternyata tidak bermakna. Contoh: 1 Kami kue besok membeli Penilaian atas kegramatikalan kalimat tidak bergantung pada apakah kalimat itu bermakna atau tidak. Seperti contoh berikut, kita dapat menangkap keanehan- keanehan dalam kalimat ini. Akan tetapi, keanehannya itu bukan pada soal kegramatikalannya melainkan karena kalimat-kalimat tersebut memang mematuhi kaedah sintaksis bahasa masing-masing. Contoh: 1 Colorless green ideas sleep furiously 2 Baju barunya itu sudah kumal sejak dimuliakannya besok. Berbeda halnya dengan keanehan rangkaian kata berikut: Contoh: 1 Furiously sleep ideas green colorless. 2 Besok dimuliakannya sejak kumal sudah itu barunya baju. Rangkaian kata yang mematuhi kaidah sintaksis disebut tidak camping well- formed atau gramatikal. Sebaliknya, yang tidak mematuhi kaedah sintaksis disebut tidak apik ill-formed atau tidak gramatikal. Sintaksis dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok sebagai berikut. a. Kelompok pertama yaitu subyek, predikat, obyek dan keterangan adalah kelompok fungsi sintaksis. b. Kelompok kedua yaitu nomina, verba, ajektiva dan numeralia adalah peristilahan dengan kategori sintaksis. c. Kelompok ketiga yaitu pelaku, penderita dan penerima adalah peristilahan yang berkenaan dengan peran sintaksis. Menurut Verhaar 2001 fungsi sintaksis terdiri dari S, P, O, K merupakan kotak-kotak kosong atau tempat kosong yang tidak mempunyai arti apa-apa karena kekosongannya. Contoh: Nenek melirik kakek tadi pagi s S P O K Nomina verba nomina nomina Kata nenek memiliki peran “pelaku” atau agentif, melirik mempunyai peran “aktif”, kakek memiliki peran “sasaran”, tadi pagi memiliki peran “waktu”.Fungsi sintaksis tidak harus selalu berurutan S, P, O, dan K. Urutannya harus selalu tidak adalah fungsi P dan O. Keempat fungsi itu tidak harus selalu ada pada setiap fungsi sintaksis. Fungsi-fungsi mana yang bisa tidak muncul dan fungsi-fungsi mana yang harus selalu muncul, sehingga konstruksi tersebut bisa disebut sebagai sebuah struktur sintaksis. a. Chafe 1970 menyatakan bahwa yang paling penting dalam struktur sintaksis adalah fungsi predikat. Bagi Chafe predikat harus berupa verba, atau kategori lain yang diverbakan. Verba yang transitif memunculkan fungsi obyek dan verba yang menyatakan lokasi dan akan pula memunculkan fungsi keterangan yang berperan lokatif. b. Akibat dari pandangan ini, kalimat tanpa predikat adalah salah. Kata adalah merupakan verba kopula yang sepadan dengan to be dalam bahasa Inggris. Secara deskriptif dalam bahasa Inggris kata kerja to be memang harus selalu digunakan tetapi dalam bahasa Indonesia kata adalah bisa dilepaskan dalam konstruksi kalimat. c. Akibat lain dari konsep bahwa subyek harus selalu diisi oleh nomina maka kata berenang pada kalimat adik berenang, dianggap sebagai kategori nomina atau verba yang berfungsi sebagai nomina. Dalam bahasa Indonesia urutan kata sangat penting tapi dalam bahasa Latin urutan kata tidak diperlukan karena yang memegang peranan penting dalam sintaksis bukan urutan tapi bentuk katanya. Kesalahanpahaman terhadap suatu konstruksi sebagai akibat dari kesalahan dalam pemberian tekanan. Konstruksi ambiguganda adalah konstruksi yang bisa bermakna ganda sebagai akibat dari tafsiran gramatikal yang berbeda. Morfem atau gabungan morfem yang secara kuantitas merupakan kelas yang tertutup.Menurut sifat hubungannya morfem dibedakan menjadi dua : konektor koordinatif dan konektor subkoordinatif. Konektor koordinatif yaitu konektor yang menghubungkan dua klausa yang sederajat. Konjungsi yang dipakai : dan, atau, tetapi. Konektor subkoordinatif yaitu konektor yang menggabungkan dua klausa yang tidak sederajat. Konjungsi yang dipakai: meskipun, karena, kalau.

2.3 Kata sebagai satuan Sintaksis