Analisis Process Capability Index

0,6198 dan karakteristik tensile strength Cp usulan = 0,863 Cp awal = 0,6292. Selain itu, loss of quality perusaahaan menurun dari awalnya Rp.3.892.240bulan menjadi Rp.2.769.208bulan, disertai dengan meningkatnya harga pokok produksi perusahaan sebesar Rp.592.360bulan, dengan kata lain akan terjadi penghematan kerugian sosial sebesar Rp.530.672bulan.

6.5. Analisis Failure Mode and Effect Analysis

FMEA digunakan untuk mengidentifikasi dan menilai resiko-resiko yang berhubungan dengan potensi kegagalan serta prioritas langkah perbaikan. Berdasarkan hasil pemetaan dan prinsip Pareto 80-20 dengan input risk priority number yang didapatkan dari FMEA, maka didapatkan prioritas kegagalan yang akan diperbaiki adalah: a. Persilangan kegagalan 5, yaitu kegagalan kecacatan mechanical properties HITS, yang disebabkan oleh suhu ruangan pembekuan logam yang berubah-ubah tiap waktu namun tidak disertai dengan alat kontrol yang mumpuni. Untuk kegagalan jenis ini, maka disarankan untuk membuat ruangan proses pembekuan logam dengan alat kontrol suhu, sehingga pada akhirnya akan dicapai nilai mechanical properties track link yang sama untuk setiap batch produksi. b. Persilangan kegagalan 6, yaitu kegagalan kecacatan mechanical properties HITS, yang disebabkan oleh nilai hardness index dan tensile strength yang berbeda-beda untuk setiap produk namun tidak disertai dengan alat kontrol yang mumpuni. Untuk kegagalan jenis ini, maka disarankan untuk melakukan kontrol deteksi dengan alat ukur mechanical properties sederhana, seperti portable hardness tester Gambar 6.1. Dengan adanya alat ini, diharapkan perusahaan dapat mengukur nilai hardness index dan tensile strength produk sebelum proses heat treatment. Hal ini dapat menjadi acuan dasar bagi perusahaan untuk mengestimasi lama dan suhu tungku pembakaran yang lebih akurat untuk setiap batch produksi. Gambar 6.1. Portable Hardness Tester c. Persilangan kegagalan 3, kegagalan kecacatan dimensi panjang AB, yang disebabkan oleh proses pengelasan dan penggerindaan yang berlebih ataupun tidak cukup namun tidak disertai dengan alat kontrol yang mumpuni. Untuk kegagalan jenis ini, maka disarankan agar operator stasiun pengelasan dan penggerindaan melakukan proses inspeksi ukuran dengan alat vernier caliper, Gambar 6.2 secara bersamaan dengan proses operasi pengelasan dan penggerindaan, sehingga operator dapat melakukan proses pengelasan dan penggerindaan untuk mencapai ukuran dimensi panjang yang tepat.

Dokumen yang terkait

Perancangan Perbaikan Kualitas Produk dengan Menggunakan Taguchi’s Quality Loss Function dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) pada PT. XYZ

5 63 76

Perancangan Perbaikan Kualitas Produk dengan Menggunakan Taguchi’s Quality Loss Function dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) pada PT. XYZ

3 12 76

Rancangan Perbaikan Proses untuk Menurunkan Losses Perusahaan dengan Menggunakan Taguchi’s Quality Loss Function dan Failure Mode and Effect Analysis

0 0 21

Rancangan Perbaikan Proses untuk Menurunkan Losses Perusahaan dengan Menggunakan Taguchi’s Quality Loss Function dan Failure Mode and Effect Analysis

0 0 1

Rancangan Perbaikan Proses untuk Menurunkan Losses Perusahaan dengan Menggunakan Taguchi’s Quality Loss Function dan Failure Mode and Effect Analysis

0 0 8

Rancangan Perbaikan Proses untuk Menurunkan Losses Perusahaan dengan Menggunakan Taguchi’s Quality Loss Function dan Failure Mode and Effect Analysis

0 0 29

Rancangan Perbaikan Proses untuk Menurunkan Losses Perusahaan dengan Menggunakan Taguchi’s Quality Loss Function dan Failure Mode and Effect Analysis

0 0 1

Perancangan Perbaikan Kualitas Produk dengan Menggunakan Taguchi’s Quality Loss Function dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) pada PT. XYZ

0 0 18

Perancangan Perbaikan Kualitas Produk dengan Menggunakan Taguchi’s Quality Loss Function dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) pada PT. XYZ

0 0 2

Perancangan Perbaikan Kualitas Produk dengan Menggunakan Taguchi’s Quality Loss Function dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) pada PT. XYZ

0 0 7