commit to user
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teoritis 1. Masalah
Masalah sebenarnya sudah menjadi hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Masalah tidak dapat dipandang sebagai suatu hal yang
membebani manusia saja, akan tetapi justru harus dipandang sebagai sarana- sarana untuk memunculkan penemuan-penemuan baru. Menurut Gagne dalam E.
Mulyasa, 2008: 111, kalau seorang peserta didik dihadapkan pada suatu masalah, maka pada akhirnya mereka bukan hanya sekedar memecahkan masalah, tetapi
juga belajar sesuatu yang baru. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan masalah sebagai sesuatu yang
harus dilakukan dipecahkan; soal; penyelesaian. Sedangkan Herman Hudojo 1979: 157 menyatakan bahwa sesuatu disebut masalah bagi peserta didik jika:
1 pertanyaan yang diberikan kepada peserta didik harus dapat dimengerti oleh peserta didik tersebut, namun pertanyaan itu harus merupakan tantangan baginya
untuk menjawab, dan 2 pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin yang telah diketahui peserta didik.
Dari penjabaran diatas, dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa masalah memang sangat bergantung pada individu tertentu dan waktu tertentu.
Artinya, suatu kesenjangan merupakan suatu masalah bagi seseorang tetapi belum tentu merupakan masalah bagi orang lain. Bagi orang tertentu, kesenjangan pada
saat itu merupakan masalah tetapi bisa saja di saat yang lain sudah bukan menjadi masalah, karena orang tersebut sudah segera dapat mengatasinya dengan belajar
dari pengalaman yang lalu.
2. Masalah Matematika
Masalah matematika pada umumnya berbentuk soal matematika, namun tidak semua soal matematika merupakan masalah. Dalam penelitiannya, Aries
Yuwono 2010:18 menyatakan dalam menghadapi suatu soal matematika, maka 6
commit to user
ada beberapa hal yang mungkin terjadi pada siswa, yaitu siswa: a langsung mengetahui atau mempunyai gambaran tentang penyelesiannya tetapi tidak
berkeinginan berminat untuk menyelesaikan soal itu, b mempunyai gambaran tentang penyelesaiannya dan berkeinginan untuk menyelesaikannya, c tidak
mempunyai gambaran tentang penyelesaiannya akan tetapi berkeinginan untuk menyelesaikan soal itu, dan d tidak mempunyai gambaran tentang
penyelesaiannya dan tidak berkeinginan untuk menyelesaikan soal itu. Apabila siswa berada pada kemungkinan c, maka dikatakan soal itu merupakan masalah
bagi siswa. Jadi, terdapat dua syarat agar suatu soal merupakan masalah bagi siswa, yaitu: 1 siswa tidak mengetahui gambaran tentang jawaban soal itu, dan
2 siswa berkeinginan atau berkemauan untuk menyelesaikan soal tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu soal termasuk masalah atau tidak bagi
siswa bersifat relatif terhadap siswa itu. Sedangkan dalam jurnal matematika yang ditulisnya, Yeo 2009
menyebutkan pengertian mengenai masalah matematika yaitu “It had to be reasonably complex but approachable and requiring no specific high level
mathematics”. Dengan kata lain, masalah matematika harus kompleks secara nalar namun dapat diselesaikan dan untuk menyelesaikannya sama sekali tidak
membutuhkan tingkat kemampuan matematika yang tinggi. Soal matematika yang bukan merupakan masalah biasanya disebut soal
rutin atau soal latihan karena biasanya digunakan untuk latihan. Sedangkan, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan masalah matematika adalah soal matematika
tidak rutin yang mencakup aplikasi prosedur matematika yang sama atau mirip dengan yang sudah dipelajari dimana soal tersebut cukup kompleks sehingga
siswa tidak mengetahui gambaran tentang jawaban soal itu namun berkeinginan untuk menyelesaikannya.
3. Pemecahan Masalah Matematika