dan mutant 26,25 . Presentase responden non anemia yang memiliki genotyping wildtype
4,54 , heterozygote 81,81 , dan mutant 13,65 . Hasil data yang diperoleh dari 102 responden kemudian dicari hubungan
antara kategori kadar hemoglobin dengan genotyping wildtype, heterozygote, dan mutant
. Dari hasil crosstabulation didapatkan nilai observed 1, 18, 3, 3, 56, dan 21. Nilai expected yang didapatkan 0,9, 16, 5,2, 3,1, 58, dan 18,8. Tabel 2x3
lampiran 8 layak untuk diuji dengan Chi Square karena sel yang nilai expextednya kurang dari 5 sebesar 33,3 masih dibawah 50. Setelah
dilakukan uji Chi Square, didapatkan nilai signifikansi dari Pearson Chi-Square sebesar 0,466. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara kategori kadar hemoglobin anemia dan non anemia dengan genotyping
wildtype, heterozygote, dan mutant.
4.2. Pembahasan
Hasil uji bivariat antara jenis kelamin dengan kadar hemoglobin menggunakan uji independent t-test, didapatkan nilai p value
≤ 0,05 yang berarti menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara jenis kelamin dengan kadar
hemoglobin gdL. Hasil analisis ini diperkuat oleh penelitian Permaesih dan Herman bahwa ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dan kadar
hemoglobin dengan p value=0,000 dengan OR 0,6 dan 1.
27
Secara teori, kadar hemoglobin pada perempuan memang lebih rendah dibandingkan laki-laki.
Menurut parameter dari komponen sel darah merah juga menunjukkan perbedaan yang bermakna.
28
Kemudian setelah dilakukan uji Chi-Square, untuk melihat hubungan antara kategori kadar hemoglobin anemia dan non anemia didapatkan
nilai signifikansi dari Pearson Chi-Square sebesar 0,012. Sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dan kategori
kadar hemoglobin anemia dan non anemia. Secara teori, perempuan memiliki faktor resiko lebih dalam kejadian anemia dibandingkan laki-laki, terutama pada
perempuanusia reproduktif yang mengalami menstruasi. Hal ini telah diteliti oleh Sung-Nan Pei dkk 2014 dari sampel 67 perempuan dengan Iron Deficiency
Anemia IDA dan 107 kelompok perempuan tanpa IDA dilakukan pemeriksaan
Pictorial Blood Loss Assessment Chart PBAC.
29
Hasil dari penelitian tersebut
didapatkan perbedaan yang bermakna antara kelompok perempuan dengan IDA dan kelompok perempuan sehat dengan p value 0,001 p0,05. Hal ini sejalan
dengan angka kebutuhan zat besi perhari antara laki-laki dan perempuan yang berbeda. Menurut Food and Nutrition Board, Institute of Medicine, National
Academies 2000, laki-laki pada kelompok umur 19 hingga 70 tahun
membutuhkan zat besi sebanyak 8 mghari. Berbeda pada perempuan yang membutuhkan 18 mghari zat besi untuk usia 19-50 tahun.
16
Pada hasil penelitian ini secara statistik tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dengan genotyping wildtype, heterozygote,
dan mutant p=0,662, antara genotyping dengan kadar hemoglobin p=0,818
dan antara genotyping dengan kategori kadar hemoglobin p=0,466. Secara teori, IRIDA terjadi karena hilangnya fungsi matriptase-2 sebagai regulator negatif
transkripsi hepsidin akibat mutasi pada gen TMPRSS6. Akibat proses tersebut terjadi overproduksi dari hepsidin yang menyebabkan terhambatnya absorpsi zat
besi di usus. Hal ini akan berpengaruh terhadap kadar hemoglobin di dalam darah. Berdasarkan gambar 4.2 didapatkan rerata kadar hemoglobin wildtype 12,10 gdL
SD 2,16 lebih tinggi dibandingkan rerata kadar hemoglobin heterozygote 11,56 gdL SD 2,13 dan mutant 11,33 gdL SD 1,70. Berdasarkan tabel 4.8 diketahui
presentase kelompok anemia dengan heterozygote 70 dan pada kelompok mutant
didapatkan kejadian anemia 26,25 dan non anemia 13,65 . Perbedaan dari hasil penelitian ini bisa dikarenakan adanya IRIDA merupakan penyakit
autosomal resesif sehingga fenotip baru akan muncul untuk dalam dua alel baik dalam bentuk heterozigot maupun homozigot. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Goncalves dkk 2013 tidak terdapat perbedaan bermakna antara frekuensi alel C dan T dengan kelompok normal dan kelompok IDA
p=0,08 dibandingkan dengan frekuensi genotip CT dan TT pada kedua kelompok p=0,037.
31
Namun demikian, kejadian dari kadar hemoglobin yang rendah berdasarkan genotip CT telah diobservasi dalam penelitian ini.
Pada hasil analisis kurva HRM, didapatkan beberapa sampel memiliki bentuk kurva yang berbeda lampiran 7. Kurva analisis HRM-PCR adalah kurva
alel hetero maupun mutan yang hanya berdasarkan pada posisi perubahan basa dalam untai produk PCR. Perubahan ini dapat saja terjadi diposisi basa nukleotida
yang kita amati atau diluar area posisi basa nukleotida. Akibatnya adalah pola yang terbaca dan dianalisa oleh program HRM tetap menunjukan grafik posisi alel
hetero atau mutan. Oleh karena itu, perlu dilakukan sekuensing untai DNA sampel untuk memvalidasi kejadian tersebut. Dari hasil sekuensing didapatkan sampel
benar memiliki mutasi lain pada fragmennya, sehingga dapat menjadi salah satu faktor dalam perbedaan ini. Hal ini dibuktikan dari hasil pengamatan, contoh pada
sampel nomor 2 yang menunjukkan kurva HRM-PCR di area alel hetero, namun setelah diamati dengan lebih seksama, ternyata bukan hanya terdapat bentuk
hetero namun ada delesi dengan ganda hetero di posisi basa nukleotida lain lampiran 7. Kemudian pada sampel nomor 70-72, 85, dan 86 menunjukkan
bentuk ganda heterozygote lampiran 7. Sehingga dapat disimpulkan, penggunaan teknik HRM-PCR ini kurang spesifik namun sensitif untuk
membedakan individu yang memiliki bentuk wildtype, heterozygote, dan mutant. Pada individu yang memiliki bentuk heterozygote dan mutant dianjurkan untuk
melakukan sekuensing DNA dan pengamatan lain terkait penyakit tersebut.
4.3. Kelebihan Penelitian