digunakan dalam penelitian ini untuk hemoglobin pada laki-laki 13,5-16,5 gdL dan perempuan 12,1-15,1 gdL. Anemia dapat terjadi oleh berbagai macam
penyebab. Tabel 2.2 menjelaskan beberapa penyebab anemia. Secara genetik, anemia dapat terjadi pada penyakit talasemia. Pada
talasemia terjadi mutasi pada gen yang membentuk rantai globin.
10
Gangguan pada pembentukan enzim delta aminolevulenat dehidratase
ᵹ-ALAD oleh timbal juga dapat menyebabkan anemia.
2.1.2.1 Kajian Islam Tentang Makanan yang Halal Lagi Baik
Penyakit anemia merupakan kondisi yang dapat disebabkan oleh berbagai hal. Salah satu penyebab yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah
karena defisiensi zat besi. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan zat besi setiap hari. Bila kita lihat, masyarakat
Indonesia sering mengonsumsi teh setelah makan. Hal ini dapat mengganggu penyerapan zat besi dari makanan yang telah dimakan. Allah SWT berfirman
dalam QS. Al-Baqarah ayat 168 sebagai berikut.
Artinya : “Wahai manusia Makanlah dari makanan yang halal dan baik yang
terdapat di bumi.” QS. Al-Baqarah: 168 Agama Islam mengajarkan untuk tidak hanya mengonsumsi makanan yang halal,
namun juga mengonsumsi makanan yang baik.
11
Walaupun teh halal, namun bila dikonsumsi secara berlebihan juga tidak baik. Bangun, dkk 2012 melakukan
penelitian mengenai perilaku minum teh dan kadar Hb pada siswa sekolah. Hasil penelitian tersebut, dari 59 siswa yang mengonsumsi teh tingkat sedang 83,05
nya memiliki kategori kadar hemoglobin yang tidak normal.
12
Tabel 2.1. Kadar hemoglobin berdasarkan usia menurut WHO, Hb dalam gL Populasi
Non-Anemia Anemia
Ringan Sedang
Berat Bayi dan balita umur 6-59
Bulan Anak 5-11 tahun
Anak 12-14 tahun Perempuan
yang sedang
tidak hamil usia 15 tahun keatas
Perempuan yang
sedang hamil
Laki-laki usia 15 tahun keatas
110 atau lebih 115 atau lebih
120 atau lebih 120 atau lebih
110 atau lebih 130 atau lebih
100-109 110-114
110-119 110-119
100-109 110-129
70-99 80-109
80-109 80-109
70-99 80-109
70 80
80 80
70 80
Sumber : WHO
Tabel 2.2. Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dan etiologi I.
Anemia hipokromik mikrositer a.
Anemia defisiensi besi b.
Talasemia major c.
Anemia akibat penyakit kronik d.
Anemia sideroblastik II.
Anemia normokromik normositer a.
Anemia pasca berdarahan akut b.
Anemia aplastik c.
Anemia hemolitik didapat d.
Anemia akibat penyakit kronik e.
Anemia pada gagal ginjal kronik f.
Anemia pada sindrom mielodisplastik
g. Anemia pada keganasan
hematologi III.
Anemia makrositer Bentuk megaloblastik
a. Anemia defisiensi asam folat
b. Anemia defisiensi B12
Bentuk non megaloblastik a.
Anemia pada penyakit hati kronik
b. Anemia pada hipotiroidisme
Anemia pada sindrom mielodiplastik
Sumber : Sudoyo dkk, 2006
2.1.3. Siklus Hidup Eritrosit