1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menemukan deskripsi tentang legitimasi budaya dalam pengembangan kurikulum pendidikan
agama di MTs Ma’arif. Sedangkan tujuan khusus yang berdasar fokus masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1 Menemukan bentuk legitimasi budaya dalam pengembangan kurikulum
pendidikan agama di MTs. 2
Mengetahui implementasi pengembangan kurikulum pendidikan agama di MTs Ma’arif Nyatnyono Semarang.
3 Memahami legitimasi budaya dalam pengembangan kurikulum
pendidikan agama di lembagakan melalui praktik pembelajaran di MTs. 4
Menemukan keterkaitan legitimasi budaya lokal dalam pengembangan kurikulum pendidikan agama di MTs Ma’arif.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut :
1.5.1 Manfaat Teoritis
Memberikan gambaran mengenai legitimasi budaya dalam pengembangan kurikulum pendidikan agama dengan mengambil
kasus y
ang terjadi di MTs Ma’arif Nyatnyono. 1.5.2
Manfaat Praktis
1 Sebagai masukan bagi departemen pendidikan setempat, lembaga
pengembang kurikulum pendidikan, guru, serta tenaga kependidikan secara umum untuk pengembangan kurikulum
pendidikan agama di sekolah. 2
Dapat menjadi tolak ukur sebagai bahan pertimbangan bagi tenaga pendidik dan kependidikan untuk melakukan evaluasi
pengembangan kurikulum dan implementasinya terhadap relevansi budaya lokal budaya masyarakat setempat
3 Bagi masyarakat setempat, untuk menambah wawasan
kebudayaan dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
1.6 Batasan Istilah
1.6.1 Legitimasi Budaya
Legitimasi budaya merupakan suatu pengakuan oleh suatu kelompok atau masyarakat atas budaya tertentu, dimana hal tersebut
mencakup nilai, norma, aturan, dan adat istiadat suatu daerah. 1.6.2
Pengembangan Kurikulum Pengembangan kurikulum dikembangkan sedemikian rupa,
sehingga dapat mewujudkan perkembangan tertentu, seperti kemajuan ilmu pengetahuan, tuntutan sejarah masa lampau, nilai-
nilai filsafat suatu masyarakat, dan tuntutan-tuntutan kebudayaan tertentu. Dalam penelitian ini proses pengembangan kurikulum
terdiri atas tiga unsur, yakni dimensi perencanaan, dimensi proses atau pelaksanaan, dan dimensi evaluasi hasil pembelajaran.
1.6.3 Pendidikan Agama Islam
Di dalam GBPP PAI dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini,
memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan dengan
memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama di dalam masyarakat
untuk mewujudkan persatuan nasional. Pendidikan Agama Islam PAI sangat memperhatikan
pengembangan menyeluruh tentang aspek pribadi siswa, yaitu dari segi intelektual, psikologis, sosial, dan spiritual. Pengembangan
menyeluruh ini diselaraskan dengan kurikulum berupa mata pelajaran didalamnya
antara lain: Alqur’an dan Hadist, Akidah Akhlaq, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam, dan ke-NU-an Aswaja.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hakekat Kurikulum
2.1.1 Definisi Kurikulum
Meminjam kalimat Sudirman dalam Pengembangan Kurikulum’ teori dan praktek karya Abdullah Idi 2011 : 206, istilah kurikulum semula
berasal dari istilah yang dipergunakan dalam dunia pada zaman Yunani Kuno. Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu dari
kata “curir” artinya berlari, dan “curere” yang artinya tempat berpacu. Sedangkan dalam bahasa Prancis, kurikulum dikaitkan dengan kata
courier yang artinya to run, berlari. Kemudian istilah tersebut digunakan untuk sejumlah courses atau mata pelajaran yang harus di tempuh guna
mencapai suatu gelar atau ijazah. Nasution, 2003 : 2. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada
dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah
cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.