melalui penumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya guna mencapai
keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya.
Di dalam GBPP PAI dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami,
menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk
menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama di dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Muhaimin,
dkk dalam Sari, 2015.
2.2.3 Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islam
Menurut al-Shaibani dalam Nurhayati 2010 : 32, kurikulum pendidikan Islam memiliki bebagai karakteristik khas atau ciri-ciri
tersendiri; Pertama, kurikulum pendidikan Islam harus mewujudkan tujuan pendidikan dan materi pembelajarannya. Pelajaran agama dan akhlak harus
diambil dari Al- Qur’an dan Hadistt serta contoh-contoh suri teladan dan
tokoh-tokoh terdahulu yang baik.
Kedua, kurikulum pendidikan Islam sangat memperhatikan pengembangan menyeluruh tentang aspek pribadi siswa, yaitu dari segi
intelektual, psikologis, sosial, dan spiritual. Pengembangan menyeluruh ini perlu diselaraskan dengan kurikulum berupa mata pelajaran didalamnya
yang sesuai dengan tujuan pembinaan pada setiap aspek tersebut. Oleh karenanya, murid harus diajarkan dengan bermacam ilmu pengetahuan,
seperti Al-Quran, termasuk al-Tafsir, Ilmu Fiqh dan usulnya, ilmu tajwid,
ilmu aqidah, filsafat, al-akhlak, ilmu al-nahwu, al-saraf, al- ‘arud, ilmu
bahasa, ilmu bunyi dialek, al-balaghah, al-bayan, kritik sastra, sejarah ilmu alam, kimia, obat-obatan, pembedahan, perabotan, pertanian, faak,
matematika, kesusastraan, seni sastra, seni musik, seni gambar, dan lain- lain. Setiap peserta didik harus mempelajari semuanya atau sebagiannya jika
ia menginginkan dan mampu untuk mengkajinya.
Ketiga, kurikulum
pendidikan Islam
memperhatikan keseimbangan antara pribadi dan masyarakat, dunia dan akhirat, jasmani,
akal, dan rohani. Keseimbangan itu tentunya bersifat relatif tidak terukur
secara obyektif.
Keempat, kurikulum pendidikan Islam juga memperhatikan seni halus, yaitu seni ukir, pahat, tulis indah, gambar dan sejenisnya. Tak
tertinggal pendidikan jasmani, latihan militer, teknik keterampilan latihan kejuruan, dan pertukangan, dan bahasa asing. Sekalipun kesemua ini
diberikan kepada perseorangan secara efektif berdasar bakat, minat, dan
kebutuhan.
Terakhir, kurikulum pendidikan Islam juga memperhatikan perbedaan kebudayaan di tengah masyarakat, baik kaitannya dengan
kebutuhan dan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat, keluwesan, serta menerima perkembangan dan perubahan.
2.3 Menelisik Kurikulum Pendidikan Agama Islam di MTs