Uji t Uji Hipotesis

4.1.7.1 Uji Hipotesis

4.1.7.1.1 Uji t

Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan rata- rata hasil pre-test dan pots- test. Setelah dianalisis data hasil pre test dan post test berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, kemudian dilakukan uji signifikasi menggunakan uji t untuk mengetahui ada atau tidaknya keefektifan. Kriteria yang digunakan adalah Ho ditolak jika � . Perhitungan hasil analisis uji t yang diperoleh � = 3,37 , sedangkan dengan α = 5 dan dk = 17 – 1 = 16, diperoleh = 2,12. Melihat hasil perhitungan tersebut, � , maka Ho ditolak. Kesimpulan yang diperoleh yaitu ada perbedaan antara hasil pre-test dan post-test dan perbedaan tersebut adalah ada keefektifan.. 4.1.7.1.2 Uji Gain Ternormalisasi Uji rata-rata gain ternormalisasi digunakan untuk mencari seberapa besar peningkatan dari data hasil pre test dan post test. Rumus gain ternormalisasi atau disebut faktor g atau Hake menurut Savinainen dan Scott sebagaimana dikutip Wiyanto 2008: 27-28 yaitu: Perhitungan uji gain, diperoleh hasil g sebesar 0,40. Kriteria besarnya faktor g apabila 0,3 g 0,7 maka masuk dalam kategori sedang. Nilai g yang diperoleh kurang dari 0,7 yaitu 0,56, maka peningkatan hasil belajar termasuk dalam kriteria sedang perhitungan uji rata-rata gain pada lampiran 37. Gambar 4.5 Grafik Uji Gain Ternormalisasi 4.1.7.2 Uji Hipotesis Motivasi belajar diukur melalui angket motivasi yang diisi oleh siswa. Hasil analisis deskriptif angket motivasi siswa aspek attention perhatian, convidence percaya diri, relevance relevansi, satisfaction kepuasan bisa dilihat pada gambar 4.6. Gambar 4.6 Hasil Persentase Penerapan Model Pembelajaran Project based Learning berorientasi Soft Skills terhadap Motivasi Belajar Siswa Gambar 4.6 menunjukan bahwa hasil dari analisis deskriptif persentase kelas eksperimen pada tiga aspek yaitu attention perhatian, relevance relevansi dan 20 40 60 80 100 Pre Test Post Test Gain 71.88 83.11 0.37 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 Attention perhatian Convidence percaya diri Relevance relevansi Satisfaction kepuasan 81.41 86.82 81.47 82.59 Pers e n ta se Indikator motivasi belajar siswa satisfaction kepuasan memiliki nilai baik dengan jumlah persentase lebih dari sama dengan 60,29 sedangkan aspek yang memiliki nilai sangat baik adalah aspek convidence percaya diri. Perhatian siswa pada pembelajaran project based learning berorientasi soft skills mencapai angka 81,41 yang berarti siswa memiliki perhatian yang baik terhadap penerapan model pembelajaran ini di dalam kelas. Selain itu, data menunjukan tingkat percaya diri yang tinggi pada siswa dalam keaktifannya memperoleh pembelajaran di dalam kelas dengan model pembelajaran project based learning berorientasi soft skills dengan persentase tingkat percaya diri siswa sebanyak 86,82. Proses pembelajaran yang menunjukan tingkat percaya diri tinggi juga didukung dengan partisispasi aktif siswa dalam mengutarakan nilai-nilai relevan pembelajaran yang diterapkan dengan kebutuhan siswa sehingga aspek relevansi didapat dengan persentase sebesar 81,47 yang berarti memiliki kriteria baik. Aspek terakhir adalah kepuasan siswa dalam memperoleh pembelajaran project based learning berorientasi soft skills yang juga memperoleh persentase baik yaitu sebesar 82,59. Keempat aspek pengukur motivasi belajar siswa menunjukan angka lebih dari sama dengan 68,24 yang merupakan patokan penilaian motivasi belajar yang berarti siswa memiliki motivasi belajar yang baik setelah mendapatkan model pembelajaran project based learning berorientasi soft skills dengan rata-rata persentase motivasi belajar sebesar 83,07 dari keempat aspek.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Deskripsi

motivasi belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran project based learning berorientasi soft skills pada mata pelajaran animasi 2 dimensi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan motivasi belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran project based learning berorientasi soft skills pada mata pelajaran animasi 2 dimensi. Motivasi erat kaitannya dengan dorongan, Hill F Winfred 2011: 257 menjelaskan, kecenderungan- kecenderungan motivasional dewasa ini dipandang oleh para teoretisi koneksionis sebagai hasil dari proses-proses pembelajaran yang kompleks, termasuk perolehan dorongan yang dipelajari. Siswa dalam memperoleh pembelajaran project based learning berorientasi soft skills terdorong memiliki motivasi belajar yang lebih baik. Hasil analisis deskriptif observasi penerapan soft skills aspek kemampuan motivasi rata-rata pertemuan pertama dan kedua adalah 83,09 yang berarti siswa memiliki kemampuan memotivasi antar teman yang sangat baik. Berdasarkan analisis deskriptif lembar observasi penerapan soft skills yang telah dilakukan, didapatkan bahwa penerapan model pembelajaran project based learning berorientasi soft skills mampu meningkatkan motivasi belajar siswa pada aspek kerjasama tim, kekompakan, stabilitas tim, kepemimpinan serta kemampuan memotivasi antar teman. Hasil tersebut diperkuat dengan pendapat Thomas L. Good dan Jere B. Braphy 2010 bahwa motivasi merupakan suatu energi penggerak dan pengarah, yang dapat memperkuat dan mendorong seseorang untuk bertingkah laku. Berdasarkan definisi tersebut, dapat diketahui