4.3.2. Aspek Tenaga Kerja
Karyawan yang bekerja di OAM seluruhnya berasal dari daerah sekitar tempat usaha didirikan. Jumlah karyawan yang dimiliki saat ini
adalah sebanyak 74 orang. Dalam proses perekrutan karyawan pemilik OAM tidak memberikan persyaratan tertentu, karena visi dari OAM
adalah pemberdayaan masyarakat sehingga setiap orang yang membutuhkan pekerjaan dan mempunyai tanggung jawab juga
kemauan untuk menjalankan usaha di OAM maka diperbolehkan untuk menjadi karyawan. Secara teoritis Usaha OAM tidak
mempertimbangkan efisiensi tenaga kerja, namun pemilik usaha berpendapat bahwa dengan memberikan pendapatan pada
karyawannya yang lebih banyak maka pemilik akan mendapatkan yang lebih banyak lagi.
Latar belakang karyawan untuk bekerja di OAM adalah selain untuk memenuhi kebutuhan hidup, dari hasil FGD dipaparkan oleh
beberapa orang karyawan bahwa mereka bekerja di OAM memperoleh gaji yang cukup, dekat dengan rumah sehingga tidak perlu
mengeluarkan biaya untuk transportasi dan makan, selain itu adanya kebebasan yang diberikan oleh pemilik seperti dalam hal pakaian, dan
suasana bekerja nyaman. Bagi karyawan baru biasanya terdapat suatu pelatihan, namun di OAM karyawan baru berlatih dengan cara on the
job training belajar saat bekerja. Terutama untuk kelompok
subkontrak, mereka memiliki ketua yang bertanggung jawab terhadap produktivitas anggotanya sehigga pelatihan dilakukan di kelompoknya
masing-masing. Pada awal pendiriannya, pemilik OAM pernah memberikan pelatihan pembuatan miniatur pesawat kepada beberapa
orang pemuda daerah kampung Cangkrang. Namun, karena adanya pengambilan tenaga kerja oleh pesaing maka karyawan lama
berkurang. Setelah itu digantikan oleh generasi baru sehingga diberikan pelatihan ulang oleh pemilik UKM kepada generasi baru
tersebut.
Tenaga kerja di OAM mayoritas laki-laki yaitu sebanyak 67 orang 90,55 dan mereka rata-rata adalah pemuda. Tenaga kerja
perempuan hanya sebanyak 7 orang 9,45 dari seluruh karyawan OAM. Pekerja wanita biasanya ditempatkan dibagian yang
membutuhkan ketelitian dan kerapihan seperti bagian pemasangan stiker, bagian administrasi dan bagian keuangan.
Beberapa bagian produksi menggunakan tenaga kerja borongan atau biasa disebut dengan subkontrak. Kelompok borongan ini disebut
subkontrak karena setiap kelompok memiliki kebijakan masing-masing dalam mengatur kelompoknya misalnya seperti peraturan gaji, waktu
kerja, pembagian tugas kelompok dan hal lain yang diperlukan dalam kelompok.
Sistem subkontrak sebenarnya akan memberikan keuntungan bagi masyarakat maupun perusahaan. Menurut Hashida 1989 dan
Watanabe 1986 dalam Rustiani, pola-pola produksi subkontrak secara prinsip mempunyai tujuan-tujuan yang sangat ekonomis, yakni
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses produksi dan pola ini dapat menekan biaya produksi. Sedangkan dampak subkontrak
terhadap masyarakat adalah terciptanya keuntungan sosial karena masyarakat memperoleh peluang terhadap pelayanan-pelayanan yang
ada seperti kredit, pelatihan, dan pembinaan. Pada dasarnya subkontrak membantu masyarakat yang memiliki kesulitan modal, keterbatasan
keahlian, dan kesulitan dalam menembus pasar yang luas. Rincian jumlah tenaga kerja tersebut tertera dalam Tabel 10.
Tabel 10. Tenaga Kerja di UKM OAM
No Bagian Produksi
Jumlah tenaga kerja
1 Pembuatan Cetakan
1 orang
2 Cetak Mentah
9 orang 3
Finishing 18 kelompok borongan
4 Sablon 1
kelompok borongan
5 Stiker 2
kelompok borongan
6 Pernis 1
orang 7 Penyetelan
1 orang
8 Bagian Dalam
6 orang Sumber: Ozi Aircraft Models
Kelompok subkontrak di UKM OAM sebanyak 21 kelompok borongan yang terdiri dari bagian finishing, sablon dan pemasangan
stiker. Anggota kelompok dari masing-masing kelompok adalah sekitar 2 sampai dengan 4 orang. Adapun sistem yang dijalankan oleh
kelompok ini adalah mulai dari pemerolehan bahan baku sampai dengan pembagian kompensasi kelompok. Setiap kelompok borongan
memiliki ketua yang diberikan tanggungjawab untuk mengatur kelompok. Sebelum mereka memproduksi suatu barang, ketua
memperhitungkan jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksi barang yang ditetapkan oleh pimpinan OAM. Setelah
itu, mereka membeli bahan baku kepada OAM dengan sistem utang kasbon.
Sistem subkontrak yang dijalankan saat ini pada awalnya bertujuan agar adanya penghematan pemakaian bahan baku, tanggjung jawab
yang lebih tinggi terhadap pekerjaannya dan juga untuk lebih banyak menyerap tenaga kerja. Pada kenyataannya kelompok subkontrak ini
memang memberikan dampak dalam penghematan bahan baku dan penyerapan tenaga kerja namun untuk tanggungjawab pekerjaan
beberapa kelompok masih belum memiliki komitmen yang tinggi terhadap pekerjaannya. Masih terdapat anggota maupun ketua
kelompok yang menjadikan pekerjaannya di OAM sebagai usaha sampingan. Alasan mereka menjadikan usaha ini sampingan adalah
karena penghasilan dari OAM saja tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka. Sebenarnya sistem ini sangat baik untuk meningkatkan
komitmen karyawan apabila sistem yang diterapkan perusahaan jelas dan tegas seperti misalnya dengan membuat sistem reward and
punishment penghargaan dan hukuman kepada setiap kelompok
subkontrak. Sebagai salah satu contohnya adalah perusahaan Toyota yang juga menjalankan sistem subkontrak, induk perusahaan
memberikan penghargaan berupa penambahan jumlah produksi apabila kelompok tersebut memiliki prestasi yang baik. Penilaian prestasi
tersebut dapat dilihat dari ketepatan waktu, kualitas pekerjaan dan
komitmen. Sementara untuk hukuman yang diberikan misalnya seperti pengurangan jumlah produksi kepada kelompok yang memberikan
hasil sebaliknya. Sistem subkontrak yang dijalankan di OAM selama ini adalah
setiap kelompok diberikan kebebasan untuk menjalankan pekerjaannya. Untuk mengetahui informasi mengenai sistem
kelompok subkontrak di OAM telah dilakukan wawancara terstruktur kepada setiap ketua kelompok subkontrak. Adapun daftar wawancara
ini dapat dilihat pada Lampiran 2. Sistem subkontrak yang dijalankan
di OAM adalah sebagai berikut: a. Proses pembentukan kelompok
Kelompok dibentuk oleh masing-masing karyawan tidak ada campur tangan dari perusahaan dalam menentukan jumlah
kelompok, menentukan ketua dan anggota. Selain itu, proses pembelajaran dilakukan dengan cara on the job training yaitu
setiap karyawan baru dapat belajar dari kelompoknya pada saat bekerja.
b. Proses subkontrak Jumlah produksi kelompok ditentukan oleh pimpinan OAM.
Setelah pimpinan menentukan jumlah produksinya, kemudian ketua kelompok subkontrak mengambil bahan baku kepada bagian
administrasi dengan memperhitungkan jumlah produksi yang akan dikerjakan. Proses Perolehan bahan baku kelompok adalah sebagai
berikut : 1 Bahan baku diperoleh dari perusahaan.
2 Sistem pembeliannya dengan cara kasbon utang terlebih dahulu kepada perusahaan.
3 Sistem pembayarannya dilunasi setelah para karyawan memperoleh upah. Upah yang mereka terima telah dipotong
untuk melunasi pembayaran bahan baku yang digunakan oleh masing-masing kelompok.
Proses dalam kelompok subkontrak dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Mekanisme Sistem Subkontrak Gambar 8 berlaku juga untuk proses pembelian peralatan, mulai
dari proses pengajuan alat yang diminta sampai dengan pelunasan alat. Adapun beberapa bahan penolong yang diberikan oleh perusahaan
seperti lem, aibon, dan bahan penolong lainnya yang tidak memakan biaya terlalu banyak dalam proses produksi.
Dalam sistem subkontrak pada umumnya induk perusahaan memberikan bantuan baik secara teknis maupun non teknis kepada
kelompok. Bantuan OAM kepada kelompok subkontraknya adalah sebagai berikut:
a. Bantuan pemeriksaan dan pengawasan kualitas b. Pemeriksaan dan pengawasan proses produksi
c. Pelatihan pembuatan produk baru d. Evaluasi dan penilaian hasil kerja
Sedangkan Bantuan non teknis yang diberikan perusahaan kepada kelompok adalah adanya kasbon utang bahan baku sebagai
modal produksi kelompok. Metode bantuan teknis yang pernah diberikan diantaranya buku panduan, diskusi, pelatihan dari pimpinan,
bantuan pengiriman teknisi, pengawasan proses produksi. Masalah yang harus dihadapi kelompok subkontrak dalam
bekerja diantaranya: 1. Bahan baku dari induk perusahaan telat
2. Harga jual ke perusahaan kurang tinggi padahal harga bahan baku semakin tinggi.
Ketua kelompok Pencatatan
Bagian pembelian
Pemeriksaan Ketua kelompok
Proses produksi
Penyetoran barang jadi Penggajian
Pergudangan Pembelian bahan
Pelunasan bahan baku
3. Pembayaran barang telat. 4. Permasalahan antara barang dari cetak mentah dan bagian finishing
Terdapat beberapa harapan dari karyawan berdasarkan hasil wawancara terstruktur diantaranya, karyawan menginginkan harga jual
ke perusahaan semakin tinggi dan selalu menyesuaikan dengan harga bahan baku. Karyawan juga meminta pembayaran barang lebih lancar
dan terdapat bonus bagi karyawan yang berprestasi, diadakan pelatihan untuk produk baru, diberikan hiburan di dalam ruang kerja seperti
radio, perusahaan lebih memperhatikan kesehatan karyawan karena bahan baku sebagian besar adalah bahan kimia misalnya seperti
pemberian susu satu gelas setiap hari kepada karyawan, keluhan setiap karyawan agar lebih diperhatikan, perusahaan juga sebaiknya
memberikan target waktu kepada setiap karyawan agar pekerjaan lebih cepat, tercantum papan harga jual ke perusahaan agar memperjelas
harga barang. Kompensasi yang diberikan pada karyawan adalah berdasarkan
output yang dihasilkan dan hal ini berlaku juga bagi kelompok borongan yang mana gaji dihitung berdasarkan hasil yang diperoleh
dari kelompok borongan dikalikan dengan upah per unit barang dan berdasarkan jenis dan tingkat kerumitan pekerjaannya. Adapun upah
yang diberikan berdasarkan skala pesawat yang dihasilkan untuk setiap bagian produksinya adalah sebagai berikut:
Tabel 11. Biaya Tenaga Kerja
Bagian Produksi Kecil
Sedang Besar
Bagian Cetakan 10000
22500 30000
Cetak Mentah 850
1500 6500
Finishing 7200 13500
33000 Stiker 1250
2500 4000
Sablon 1200 4200
4050 Penyetelan 1000
2000 2500
Pernis 1200 2500
5000 Pustek Alumunium
1500 1500
3000
Sumber : Ozi Aircraft Models Struktur organisasi OAM masih struktur organisasi yang lama
dimana para pekerja yang diberi tanggungjawab pada bagian produksi tertentu sudah tidak bekerja lagi di OAM karena adanya pengambilan
tenaga kerja oleh pesaing, struktur organisasi tersebut tertera pada Gambar 9.
Gambar 9. Struktur Organisasi Ozi Aircraft Models Waktu bekerja normal karyawan adalah 9 jam dengan waktu
istirahat selama 1 jam. Pekerjaan dimulai dari pukul 08.00 dan berakhir pukul 17.00, istirahat pukul 12.00 sampai dengan 13.00 untuk
waktu sembahyang dan makan siang. Apabila pesanan banyak biasanya terdapat kerja lembur dengan tambahan uang lembur sebesar
Rp. 10.000orang. Namun, uang lembur yang diberikan perusahaan selama ini tidak efektif karena banyak karyawan yang berpura-pura
mengisi waktu lembur padahal hanya ingin mendapatkan uangnya saja dan jika sudah tidak diawasi karyawan kembali ke rumahnya.
PEMIMPIN PERUSAHAAN HARTO AL KARIM
PEMASARAN BENDAHARA
PENGAWAS PRODUKSI STAF ADMINISTRASI
KEPALA GUDANG
BAGIAN PRODUKSI
DESAIN GAMBAR PEMBUAT CETAKAN
CETAK GAMBAR PENGEPAKAN
PEMBORONG
Ketidakjujuran karyawan tersebut contohnya dilakukan dengan menyalakan lampu di ruang produksi agar pemilik beranggapan
mereka sedang melakukan kerja lembur, padahal setelah diperiksa tidak ada orang yang bekerja. Rendahnya mental yang dimiliki oleh
karyawan OAM ini, dapat menjadi salah satu penghambat perusahaan ini untuk lebih maju, diperlukan waktu yang lama dalam mengubah
sikap dan mental seseorang. Sehingga diperlukan pembinaan mental yang lebih intensif kepada karyawan. Kegiatan pembinaan mental yang
telah dijalankan perusahaan adalah dengan mengikutsertakan karyawan dalam pengajian di Kampung yang dilaksanakan setiap
malam senin. Selain itu, untuk menjalin kebersamaan saat ini pemilik OAM telah membentuk tim sepakbola yang anggotanya adalah
karyawan OAM.
4.3.3. Pemasaran