Cara Memberi Muatan Kearifan Lokal

5. Bermakna sosial misalnya upacara integrasi komunalkerabat. 6. Bermakna sosial, misalnya pada upacara daur pertanian. 7. Bermakna etika dan moral. 8. Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron client

2.2.4.3 Cara Memberi Muatan Kearifan Lokal

Berdasarkan hal tersebut, kearifan lokal dirasa sudah selayaknya menjadi bagian dari pendidikan karena dapat membantu dalam membentuk karakter dan identitas siswa. Pendapat ini didukung oleh Koesoema 2007:212-217 yang mengemukakan bahwa untuk mengaplikasikan pendidikan karakter ada lima unsur metode, yaitu: 1. Mengajarkan nilai-nilai yang diintegrasikan ke dalam materi pembelajaran sehingga peseta didik memiliki gagasan konseptual tentang nilai-nilai pemandu perilaku yang bisa dikembangkan dalam mengembangkan karakter pribadinya. 2. Keteladanan yang diperlihatkan oleh guru yang dalam bahasa Jawa berarti digugu lan ditiru , maupun dari model yang dipersiapkan guru. 3. Menentukan prioritas yang akan menjadi target penilaian afektif selama terjadi pembelajaran. 4. Praksis prioritas yaitu bidang kehidupan atau nilai yang menjadi prioritas dalam pendidikan karakter. 5. Refleksi dilakukan untuk mengetahui kegagalan dan keberhasilan pendidikan karakter yang telah diintegrasikan ke dalam pembelajaran keterampilan menyimak. Terkait dengan pembelajaran nilai-nilai kearifan lokal, menurut Sutarno 2008: 7-6 ada empat macam pembelajaran bermuatan budaya lokal, yaitu: 1. Belajar tentang budaya, yaitu menempatkan budaya sebagai bidang ilmu. Budaya dipelajari dalam program studi khusus, tentang budaya dan untuk budaya. Dalam hal ini, budaya tidak terintegrasi dengan bidang ilmu. 2. Belajar dengan budaya, terjadi pada saat budaya diperkenalkan kepada siswa sebagai cara atau metode untuk mempelajari pokok bahasan tertentu. Belajar dengan budaya meliputi pemanfaatan beragam untuk perwujudan budaya. Dalam belajar dengan budaya, budaya dan perwujudannya menjadi media pembelajaran dalam proses belajar, menjadi konteks dari contoh-contoh tentang konsep atau prinsip dalam suatu mata pelajaran, serta menjadi konteks penerapan prinsip atau prosedur dalam suatu mata pelajaran. 3. Belajar melalui budaya, merupakan strategi yang memberikan kesempatan siswa untuk menunjukkan pencapaian pemahaman atau makna yang diciptakannya dalam suatu mata pelajaran melalui ragam perwujudan budaya. 4. Belajar berbudaya, merupakan bentuk mengejawantahkan budaya itu dalam perilaku nyata sehari-hari siswa. Misalnya, anak dibudayakan untuk selalu menggunakan bahasa krama inggil pada hari sabtu melalui Program Sabtu Budaya. Sementara itu Sutarno 2008: 7-10 menuliskan ada tiga macam model pembelajaran berbasis budaya lokal, yaitu: 1. Model pembelajaran berbasis budaya melalui permainan tradisional dan lagu-lagu daerah. 2. Model pembelajaran berbasis budaya melaui cerita rakyat. 3. Model pembelajaran berbasis budaya melalui penggunaan alat-alat taradisional.

2.2.4.4 Contoh Materi Bermuatan Kearifan Lokal Wisata Religi Syawalan di Krapyak