Statistik Deskriptif Hasil Penelitian

47 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Data penelitian ini merupakan data sekunder yang diambil dari Badan Pusat statistik BPS provinsi Sumatera Utara. Data yang digunakan adalah data pertumbuhan ekonomi, realisasi APBD, perkembangan investasi dan pengeluaran konsumsi perkapita. Data pertumbuhan ekonomi berupa data PDRB dari tahun 2007 – 2011. Data realisasi APBD berupa realisasi PAD, dana perimbangan dan belanja derah dari tahun 2007 – 2011. Data perkembangan investasi berupa perkembangan investasi domestik PMDN dari tahun 2007 – 2011. Data pengeluaran konsumsi perkapita berupa pengeluaran konsumsi perkapita untuk konsumsi non makanan. Populasi penelitian ini adalah seluruh provinsi yang ada di Indonesia yakni 33 provinsi. Sampel penelitian sebanyak 19 provinsi yang menyajikan semua data penelitian ini. Hasil penelitian diuraikan sebagai berikut :

5.1.1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai karakteristik variabel penelitian yang diamati. Data yang diperoleh dari hasil analisis statistik deskriptif, menunjukkan nilai tertinggi maksimum, nilai terendah minimum, rata-rata mean dan standar deviasi dari setiap variabel yang diteliti, baik itu variabel independen, dependen maupun variabel moderating. Pada tabel 5.1. menunjukkan statistik deskriptif dari sampel sebanyak 95 5 tahun untuk 19 provinsi sebagai berikut Universitas Sumatera Utara 48 Tabel 5.1. Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Y 95 17895.00 884144.00 189546.3158 2.11336E5 X1 95 2.04E8 2.25E10 1.4394E9 2.51204E9 X2 95 4.06E8 2.78E10 6.7619E9 7.15299E9 X3 95 8.43E8 4.33E10 1.0106E10 1.03901E10 X4 95 .40 26362.30 3503.3537 5418.57673 Z 95 281365.00 904790.00 484300.7263 1.36102E5 Valid N listwise 95 1. Pertumbuhan ekonomi Y merupakan salah satu indikasi keberhasilan pembangunan di daerah tersebut. Kepulauan Bangka Belitung memiliki pertumbuhan ekonomi terendah sebesar 17.895. Hal ini berarti Kepulauan Bangka Belitung merupakan provinsi yang tertiggal dilihat dari sektor pertumbuhan ekonomi. Pembangunan yang terjadi di Indonesia belum merata dan masih terpusat di pulau Jawa. Jawa Timur memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi sebesar 884.144. Rata-rata tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 189.546,3158 menunjukkan tingkat keberhasilan pemerintah melakukan pembangunan di setiap daerah masih rendah dengan nilai standar deviasi sebesar 211.336 menunjukkan adanya kesenjangan pertumbuhan ekonomi setiap daerah dan hal tersebut dapat memberikan gambaran bagaimana pertumbuhan dan pembangunan yang telah dicapai oleh daerah tersebut. 2. Pendapatan asli daerah X 1 merupakan sumber pendapatan utama daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah. Pendapatan asli daerah menggambarkan kemampuan pemda menggali potensi yang ada berdasarkan Universitas Sumatera Utara potensi riil daerah. Rata-rata jumlah pendapatan asli daerah Provinsi di Indonesia Rp 1.439.400.000 dengan jumlah pendapatan asli daerah terendah sebesar Rp 204.000.000 dan jumlah pendapatan asli daerah tertinggi sebesar Rp 22.500.000.000 dengan standar deviasi Rp 2.512.040.000 menunjukkan adanya kesenjangan PAD setiap daerah hal ini disebabkan karena perbedaan pendapatan setiap daerah. Pendapatan asli daerah tertinggi berasal dari Jawa Barat sedangkan pendapatan asli daerah terendah berasal dari Sulawesi Utara. 3. Dana perimbangan X 2 merupakan dana yang berasal dari pemerintah pusat yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentalisasi. Rata-rata dana perimbangan provinsi di Indonesia sebanyak Rp 6.761.900.000 dengan jumlah dana perimbangan provinsi terendah sebesar Rp 406.000.000 dan jumlah dana perimbangan tertinggi sebesar Rp 27.800.000.000 dengan nilai standar deviasi sebesar Rp 7.152.990.000 menunjukkan kesenjangan antar daerah yang dipengaruhi oleh perbedaan kebutuhan daerah dan potensi ekonomi daerah. Dana perimbangan terendah berasal dari Kepulauan Bangka Belitung dan dana perimbangan tertinggi berasal dari Jawa Timur. 4. Belanja daerah X 3 merupakan belanja pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah yang terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung. Sesuai dengan amanat Peraturan Daerah No 58 Tahun 2005, keberadaan belanja tersebut digunakan untuk penyediaan tata kelola pemeritahan dan fasilitas infrastrukur yang di baik diharapkan dapat meningkatkan pembangunan daerah tersebut. Universitas Sumatera Utara Rata-rata belanja daerah sebesar Rp 10.106.000.000 dengan belanja daerah terendah sebesar Rp 843.000.000 dan belaja daerah tertinggi sebesar Rp 43.300.000.000 dengan standar deviasi sebesar 10.390.100.000 menunjukkan adanya kesenjangan antar daerah dan dipengaruhi banyak hal diantaranya perbedaan kebutuhan dan pembangunan disetiap daerah. Jawa Timur memiliki belanja daerah tertinggi dan Sulawesi Utara memiliki belanja daerah terendah. 5. Penanaman Modal Dalam Negeri X 4 merupakan salah satu bentuk investasi domestik yang berperan dalam menentukan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Pembentukan investasi mampu menciptakan lapangan kerja baru ataupun memperluas kesempatan kerja. Rata-rata PMDN provinsi sebesar Rp 3.503,3537 miliar dengan jumlah PMDN terendah sebesar Rp 0,40 milliar dan jumlah PMDN tertinggi sebesar Rp 26.362,30 milliar dengan nilai standar deviasi sebesar Rp 5.418,57673 milliar menunjukkan adanya kesenjangan antar daerah dan dipengaruhi banyak hal diantaranya perbedaan potensi daerah dan pembangunan disetiap daerah. Kepulauan Bangka Belitung memiliki PMDN terendah dan Kalimantan Barat memiliki PMDN tertinggi. 6. Konsumsi Z merupakan pengeluaran yang dilakukan mayarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Konsumsi terdiri dari konsumsi makanan dan konsumsi non makanan. Rata-rata masyarakat melakukan konsumsi non makanan sebesar Rp 484.300,7263 per bulan dengan konsumsi non makanan terendah sebesar Rp 281.365 per bulan dan konsumsi non makanan tertinggi sebesar Rp 904.790 per bulan dengan standar deviasi sebesar Rp 1.361.102 menunjukkan adanya kesenjangan antar daerah dan dipengaruhi banyak hal diantaranya perbedaan tingkat penghasilan masyarakat dan pembangunan Universitas Sumatera Utara disetiap daerah. Kepulauan Riau memiliki konsumsi non makanan tertinggi dan Jawa Tengah memiliki konsumsi non makanan terendah. Berdasarkan analisis data statistik deskriptif diatas, maka perlu dilakukan transformasi data dengan menggunakan logaritma data.

5.1.2. Uji Asumsi Klasik Setelah Transformasi Data

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Kemandirian Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Era Disentralisasi Fiskal Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Periode 2008-2012

6 112 101

Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Sumatera Utara

3 82 84

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

1 80 82

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dengan Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Di Kabupaten Dan Kota Provinsi Aceh

5 75 107

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan Belanja Modal sebagai Variabel Moderating pada Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara

7 83 104

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

2 38 82

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan Dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Terhadap Belanja Daerah Dengan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sebagai Variabel Moderating Pada Propinsi Sumatera Utara

4 79 97

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Provinsi se Indonesia

0 36 72

PENGARUH DANA PERIMBANGAN, PERTUMBUHAN EKONOMI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN BELANJA MODAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN JUMLAH PENDUDUK SEBAGAI VARIABEL MODERASI

0 3 75

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI.

0 3 47