melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah UU No 322004 pasal 167.
Belanja daerah diklasifikasikan menurut jenis belanja yaitu belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan
sosial, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan serta belanja tidak terduga PP No 582005 pasal 27 : 3. Belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD
diprioritaskan untuk Sumarsono, 2010 yaitu : a. Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan pemda, terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
b. Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya
memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasiitas umum
yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.
2.1.4. Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN
Teori pertumbuhan endogen endogeneous growth theory menjelaskan bahwa investasi pada modal fisik dan modal manusia berperan dalam menentukan
pertumbuhan ekonomi jangka panjang Ma’ruf, 2008. Investasi memainkan peran penting dalam menggerakkan kehidupan ekonomi bangsa, karena pembentukan
modal memperbesar kapasitas produksi, menaikkan pendapatan nasional maupun menciptakan lapangan kerja baru, dalam hal ini akan semakin memperluas
kesempatan kerja Torado dalam Sodik, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Teori pertumbuhan endogen sesuai dengan teori keseimbangan pada pasar barang yang dikemukakan oleh Keynes. Teori ini menyatakan bahwa
peningkatan invesasi akan mendorong peningkatan pendapatan nasional karena investasi merupakan komponen pembentuk pendapatan nasional Ernita, 2013.
Teori Neoklasik menjelaskan tentang hubungan antara investasi domestik dengan perkembangan ekonomi, dimana investasi memiliki hubungan positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Investasi domestik penting untuk peningkatan kemakmuran ekonomi bagi beberapa negara Alfa, 2012. Menurut metode
pengeluaran dalam penghitungan pendapatan nasional, salah satu jenis agregatnya adalah pengeluaran investasi Utami, 2013.
Pembangunan yang terjadi di Indonesia tidak merata. Beberapa daerah mencapai pertumbuhan cepat, sementara beberapa daerah lagi mengalami
pertumbuhan yang lambat. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sumber-sumber yang dimiliki, adanya kecenderungan peranan modal investor memilih daerah
perkotaan atau daerah yang telah memiliki berbagai fasilitas Sutarno, 2003. Investasi bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat Hidayat, 2011.
Pemerintah daerah Pemda memiliki peranan yang besar dalam menunjang upaya memperbaiki iklim investasi. Pemda harus menindaklanjuti
dengan menerbitkan Perda yang sejalan dengan UU Penanaman modal dan tidak boleh lepas dari tujuan negara secara nasional Utami, 2013.
Pemda melakukan investasi dalam bentuk penyertaan modal pada BUMD. Dalam penganggarannya, investasi ini tidak diakui sebagai belanja, namun
Universitas Sumatera Utara
dimasukkan sebagai pengeluaran pembiayaan. Di sisi lain, hasil yang diterima dari investasi ini dikategorikan sebagai PAD. Pada kenyataannya, investasi yang
dilakukan pemda tidak memberikan kontribusi terhadap peningkatan pelayanan kepada masyarakat Utami, 2013.
Modal dalam negeri adalah bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia, baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang
berdomisili di Indonesia, yang disediakan guna menjalankan suatu usaha di Indonesia dan harus sesuai dengan UU Penanaman Modal Widjaya, 2005.
Modal dalam negeri dikenal dengan istilah PMDN. Tingkat tabungan yang tinggi akan meningkatkan investasi domestik dan
akhirnya akan meningkatkan tingkat pertumbuhan ekonomi Barro, 1996. Pertumbuhan ekonomi yang cepat melalui investasi domestik akan diharapkan
dapat meningkatkan harapan untuk kesempatan berinvestasi Duncan, 1999.
2.1.5. Konsumsi