1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan sebuah negera kepulauan terdiri dari berbagai pulau, provinsi dan daerah. Wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa
Indonesia mengenal diri dan bentuk geografinya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Wawasan Nusantara mengutamakan kesatuan wilayah, ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Pada bagian ini penulis lebih menitikberatkan pembahasan kehidupan ekonomi.
Pembangunan sektor perekonomian pada satu daerah merupakan salah satu hal penting yang perlu mendapat perhatian kita bersama dalam berbagai hal
terutama yang dapat menghasilkan peningkatan pendapatan daerah. Pendapatan asli daerah PAD menjadi barometer tingkat keberhasilan daerah, mengelola
berbagai sumber potensi yang ada dengan prinsip adil, proporsional, demokratis, transparan dan bertanggung jawab dengan mempertimbangkan potensi, kondisi
dan kebutuhan daerah. PAD seperti pajak, retribusi, hasil sumber daya alam, secara keseluruhan dapat membuka suatu harapan baru bagi kehidupan
masyarakat berdaya saing sehat untuk meningkatkan taraf hidup sebagaimana yang diinginkan.
Untuk meningkatkan penerimaan PAD, pemerintah daerah perlu melakukan perencanaan, analisis potensi-potensi daerah secara efektif dan efisien,
khususnya memberdayakan segenap tenaga kerja secara professional sebagai bentuk investasi.
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan PAD tidak sama antara satu daerah dengan daerah lainnya, pemerintah daerah diberi kewenangan mengelola sumber daya alam daerahnya
sendiri, walau demikian pemerintah pusat tidak lepas tangan mengatur kesejahteraan masyarakat dalam berbagai bentuk pembangunan. Pertumbuhan
ekonomi di setiap daerah atau provinsi mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Pemerintah pusat mengharapkan pertumbuhan ekonomi di setiap
provinsi terus meningkat dengan ditandai oleh pembangunan yang ada di daerah tersebut terus berkembang.
Pada kenyataannya perkembangan pembangunan di setiap provinsi tidak merata. Hal ini terlihat dari Produk Domestik Regional Bruto PDRB provinsi
tidak sama. Semakin tinggi PDRB suatu provinsi maka tingkat kesejahteraan masyarakat di provinsi tersebut akan semakin meningkat, demikian sebalikya
semakin rendah PDRB provinsi satu daerah tersebut maka tingkat kesejahteraan masyarakat juga rendah. PDRB perlu ditingkatkan, terutama pada arah
peningkatan kepercayaan terhadap investor untuk menanamkan modal di berbagai kegiatan perekonomian seperti di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan,
pertambangan, perumahan, pariwisata, industri sebagai salah satu bentuk respon positif guna mempercepat laju pertumbuhan ekonomi Hidayat, 2011.
Laju pertumbuhan ekonomi menunjukkan kenaikan atau penurunan pertumbuhan ekonomi provinsi. Di bawah ini ditampilkan laju pertumbuhan
ekonomi setiap provinsi dalam bentuk persen berdasarkan harga konstan 2000.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 No
Provinsi 2007
2008 2009
2010 2011
1 Aceh
2,36 5,24
5,21 2,79
5,02 2
Sumatera Utara 6,90
6,39 5,07
6,35 6,58
3 Sumatera Barat
6,34 6,88
4,28 5,93
6,22 4
Riau 3,41
5,65 2,97
4,18 5,01
5 Kepulauan Riau
7,01 6,63
3,52 7,19
6,67 6
Jambi 6,82
7,16 6,39
7,35 8,54
7 Sumatera Selatan
5,84 5,07
4,11 5,63
6,50 8
Kep. Bangka Belitung 4,54
4,60 3,74
5,93 6,40
9 Bengkulu
6,46 5,75
5,62 6,06
6,40 10 Lampung
5,94 5,35
5,26 5,85
6,39 11 Dki Jakarta
6,44 6,23
5,02 6,50
6,71 12 Jawa Barat
6,48 6,21
4,19 6,20
6.48 13 Banten
6,04 5,77
4,71 6,08
6,43 14 Jawa Tengah
5,59 5,61
5,14 5,84
6,01 15 Di Yogyakarta
4,31 5,03
4,43 4,88
5,16 16 Jawa Timur
6,11 5,94
5,01 6,68
7,22 17 Bali
5,92 5,97
5,33 5,83
6,49 18 Kalimantan Barat
6,02 5,45
4,80 5,37
5,94 19 Kalimantan Tengah
6,06 6,17
5,57 6,49
6,74 20 Kalimantan Selatan
6,01 6,45
5,29 5,58
6,12 21 Kalimantan Timur
1,84 4,90
2,28 5,04
3,39 22 Sulawesi Utara
6,47 10,86
7,85 7,16
7,39 23 Gorontalo
7,51 7,76
7,54 7,63
7,68 24 Sulawesi Tengah
7,99 7,78
7,71 8,75
9,16 25 Sulawesi Selatan
6,34 7,78
6,23 8,19
7,65 26 Sulawesi Barat
7,43 12,07
6,03 11,91
10,41 27 Sulawesi Tenggara
7,96 7,27
7,57 8,19
8,68 28 Nusa Tenggara Barat
4,91 2,82
12,14 6,33
3,18 29 Nusa Tenggara Timur
5,15 4,84
4,29 5,23
5,63 30 Maluku
5,62 4,23
5,44 6,47
6,02 31 Maluku Utara
6,01 5,99
6,07 7,95
6,41 32 Papua
4,34 1,40
22,22 3,16
5,67 33 Papua Barat
6,95 7,84
13,87 28,54
27,22 Sumber : BPS data sudah diolah
Universitas Sumatera Utara
Dari data BPS diatas, lihat tabel 1.1, dapat diketahui bahwa setiap provinsi memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang naik turun. Pada tahun 2008 Sulawesi
Barat mengalami kenaikan tingkat pertumbuhan ekonomi hampir 50 yakni dari 7,43 menjadi 12,07 dan pada tahun 2009 Sulawesi Barat mengalami penurunan
tingkat pertumbuhan ekonomi hampir 50 yakni dari 12,07 menjadi 6,03. Hal tersebut juga terjadi di Nusa Tenggara Barat. Pada tahun 2009 Nusa Tenggara
Barat mengalami kenaikan tingkat pertumbuhan ekonomi lebih dari 100 yakni dari 2,82 menjadi 12,14 dan pada tahun 2010 Nusa Tenggara Barat mengalami
penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi hampir 50 yakni dari 12,14 menjadi 6,33. Pada tahun 2009 dan 2010 Papua Barat mengalami kenaikan tingkat
pertumbuhan ekonomi lebih dari 100 yakni di tahun 2009 dari 7,84 menjadi 13,87 dan di tahun 2010 dari 13,87 menjadi 28,54. Pada tahun 2009 Papua
mengalami kenaikan tingkat pertumbuhan ekonomi lebih dari 100 yakni dari 1,4 menjadi 22,22 dan di tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Papua mengalami
penurunan lebih dari 100 yakni dari 22,22 menjadi 3,16. Sulawesi Barat memiliki laju pertumbuhan ekonomi tertinggi di tahun
2008. Papua memiliki laju pertumbuhan ekonomi tertinggi di tahun 2009, dan Papua Barat memiliki laju pertumbuhan ekonomi tertinggi di tahun 2010 dan
2011. Kenaikan dan penurunan laju pertumbuhan ekonomi mencerminkan kenaikan dan penurunan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan terbesar terdapat di DKI Jakarta karena DKI Jakarta merupakan ibu kota Negara Republik Indonesia. Setelah otonomi daerah berlaku,
pembangunan di setiap daerah mulai diperhatikan. Hal ini terbukti dari adanya dana perimbangan yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
Universitas Sumatera Utara
Setiap daerah memiliki kemampuan untuk menghasilkan pendapatan dalam bentuk PAD. PAD di setiap daerah berbeda beda, ada yang kecil dan ada pula
yang besar. Pemerintah pusat memberikan dana perimbangan berdasarkan besaran PAD yang dimiliki pemerintah daerah. Jika PAD suatu daerah kecil maka dana
perimbangan yang diterima daerah tersebut besar. Dan sebaliknya, jika PAD besar maka dana perimbangan kecil.
Pada penelitian Ernita 2013, pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni konsumsi, investasi dan
pengeluaran pemerintah. Hal ini sejalan dengan teori Keynes yang menyatakan pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh konsumsi masyarakat,
investasi, pengeluaran pemerintah dan net ekspor. Teori Keynes telah berhasil dibuktikan oleh Ningsih 2013 yang menyatakan investasi, pengeluaran
pemerintah, net eksport dan konsumsi berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pada penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang berasal dari dalam negeri. Faktor-
faktor yang diteliti adalah PAD, dana perimbangan, belanja daerah, Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN dan konsumsi masyarakat Indonesia.
Pada penelitian Sitaniapessy 2013 pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pemerintah mempunyai peran yang cukup
penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah seperti pembangunan infrastruktur, subsidi bbm dan lain sebagainya dapat
memacu permintaan barang dan jasa semakin lebih tinggi sehingga pertumbuhan ekonomi juga akan tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Pengeluaran pemerintah dalam hal ini adalah belanja daerah. Pengeluaran pemerintah atau belanja daerah dapat dilakukan jika terdapat sumber pendapatan.
Sumber pendapatan yang terdapat di daerah berupa PAD, dan dana perimbangan yang berupa Dana Alokasi Umum DAU, Dana Alokasi Khusus DAK dan
Dana Bagi Hasil DBH. Pada penelitian Maryati 2010, PAD, DAU, DAK mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Penelitian tersebut sejalan dengan
penelitian Setiyawati 2007 yang menyatakan PAD, DAU, DAK dan belanja pembangunan secara langsung berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Belanja pembangunan merupakan bagian dari belanja daerah. Belanja pembangunan ditujukan untuk membiayai pembangunan yang ada di daerah
tersebut. Sumber pendapatan yang dapat diterima oleh pemerintah daerah sangat mempengaruhi pengeluaran pemerintah.
Konsumsi mengidentifikasikan bahwa tingginya tingkat konsumsi seseorang mencerminkan tingginya tingkat kemakmuran seseorang. Tingginya
tingkat konsumsi selalu dibarengi dengan peningkatan tingkat pendapatan masyarakat. Pendapatan yang tidak habis dikonsumsi maka secara tidak langsung
akan ditabung atau diinvestasikan di pasar modal. Investasi terbagi dua yaitu Penanaman Modal Asing PMA dan PMDN.
Pada penelitian Utami 2013 hubungan antara investasi dengan pertumbuhan ekonomi tidak kuat. Tetapi menurut Sodik 2005 investasi baik PMA dan PMDN
berpengaruh terhadap positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan Hidayat 2011 menyatakan PMDN tidak berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh PAD, dana perimbangan, belanja daerah dan PMDN
terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi di Indonesia dengan konsumsi sebagai variabel moderating.
1.2. Rumusan Masalah