D. Sekolah Inklusi
Menurut Parwoto 2007 hak setiap anak atas pendidikan dinyatakan dalam deklarasi universal tentang hak asasi manusia dan secara kuat
dipertegas oleh deklarasi dunia tentang pendidikan untuk semua Education for all, setiap penyandang cacat berhak menyatakan
keinginananya sehubungan dengan pendidikannya sejauh hal tersebut dapay dipahami.
David Smith 2006 juga mengtakan dengan adanya program inklusi kiranya dapat meminimalkan jumlah mereka yang tidak sekolah. Program
ini bertujuan memberi kesempatan bagi seluruh siswa untuk mengoptimalkan potensinya dan memenuhi kebutuhan belajar. Inklusi
ialah program pendidikan yang mengakomodasi seluruh siswa dalam kelas yang sama sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Ideologi
pendidikan inklusi diperkenalkan secara internasional dalam konfrensi dunia tahun 1994 oleh UNESCO do Salamanca Spanyol, dalam
pernyataannya ditegaskan komitmen terhadap pendidikan untuk semua yaitu pentingnya memberikan pendidikan bagi anak, remaja dan orang
dewasa yang memerlukan pendidikan di dalam Sistem pendidikan regular dan menyetujui suatu kerangka aksi mengenai pendidikan kebutuhan
khusus. Pada tahun 1975 ketertarikan dan komitmen kogres bagi pendidikan khusus menampakkan titik terang, sehingga mengeluarkan
UU yang memberikan fondasi dasar bagi pendidikan ABK. UU tersebut
adala h „Education of all handicapped children act‟ , bahwa layanan
pendidikan yang layak diberikan bagi seluruh anak berkelainan dan akan disediakan dana khusus bagi penerapan layanan tersebut.
Menurut Hapsari 2011 mengemukakan bahwa sekolah inklusif adalah sekolah yang menggabungkan layanan pendidikan khusus dan
regular dalam satu sistem persekolahan, dimana siswa berkebutuhan khusus mendapatkan layanan khusus untuk mengembangkan potensi
mereka sehingga baik siswa yang berkebutuhan khusus ataupun siswa regular dapat bersama
– sama mengembangkan potensi masing - masing dan mampu hidup eksis dan harmonis dalam masyarakat.
Setiap anak hakekatnya berbeda satu dengan yang lain, baik kemampuan di bidang akademik maupun di bidang non-akademik.
Kenyataan ini mengharuskan pendidik perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan peserta didik ketika mengembangkan kurikulum
dan merancang pembelajaran. Menurut Hapsari 2011 kurikulum regular hanya cocok untuk anak
normal dan memiliki kemampuan homogen. Bagi ABK di sekolah inklusi seharusnya menggunakan kurikulum khusus yang disesuaikan dengan
kebutuhan individual peserta didik ABK.Di sekolah inklusi terdapat kurikulum regular atau KTSP dan IEP Individualized Educational
Program atau PPI Program Pembelajaran Individual yang dikembang- kan berdasarkan ”Kurikulum Khusus” atau ”Kurikulum Modifikasi”.
Program Pembelajaran Individual PPI adalah suatu program pembelajaran yang disusun untuk membantu peserta didik yang
berkebutuhan khusus sesuai dengan kemampuannya. Program ini terbagi atas dua hal yaitu Program jangka panjang dan program jangka pendek
Sunardi, 2003. Dalam program pembelajaran individual, mencakup kurikulum dan penempatan untuk peserta didik yang berkebutuhan
khusus, serta berbagai aspek yang terkait orang tua dan lembaga yang terkait Amin,1995.
PPI dikembangkan khusus untuk peserta didik yang berkebutuhan khusus, yang penyusunannya melibatkan guru, orang tua dan para ahli
yang terkait. Di dalam PPI menyatakan di mana anak berada, ke mana tujuannya, bagaimana mencapai tujuan itu, dan bagaimana menyatakan
pencapaian tujuan tersebut. Dengan demikian PPI dikembangkan dengan mencocokkan antara kemampuan dengan kebutuhan anak Sunardi,
2003.Biasanya dalam satu tahun pelajaran pelaksanaan program pembelajaran individual dibagi dalam beberapa periode. Periode ini bisa
dibuat sesuai dengan kebutuhan, misalnya tiga bulan sekali. Periode ini sifatnya fleksibel sehingga apabila memungkinkan adanya perubahan
terhadap pelaksanaan program pembelajaran individual, maka guru dapat melakukan perubahan sehingga dapat membantu peserta didik
berkebutuhan khusus walaupun periode tersebut belum berakhir. Untuk