61
pembelajaran menggunakan buku guru dan buku siswa yang membuat siswa mendapatkan nilai di atas KKM.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Situasi Pembelajaran Di Kelas
Peneliti memulai penelitian dengan mengumpulkan informasi dengan wawancara untuk mengetahui situasi pembelajaran di kelas. Wawancara
dilakukan untuk mengetahui masalah dan produk yang sesuai dengan masalah yang dihadapi. Peneliti melakukan wawancara kepada guru dan siswa dari empat
sekolah dasar yaitu SD Kanisius Demangan Baru 1, SDN Deresan, SD Kanisius Eksperimental Mangunan, dan SD Kanisius Sengkan. Hal yang ditanyakan
kepada guru adalah seputar materi yang sulit, buku yang digunakan, dan proses pembelajaran di kelas.
Berdasarkan hasil wawancara, masalah yang menjadi sorotan peneliti disini adalah siswa kelas II sekolah dasar sulit untuk membedakan nilai tempat dan nilai
angka. Hal tersebut dikarenakan, guru dalam mengajar tidak menggunakan media. Cara guru dalam mengajarkan materi tersebut yaitu dengan meminta siswa untuk
menghafalkan ciri-ciri dari nilai tempat dan nilai angka. Pembelajaran seperti itu tidak sesuai dengan yang seharusnya. Pembelajaran matematika sebaiknya
dimulai dengan menggunakan konteks sehingga siswa dapat dengan mudah memahami konsep yang diajarkan Depdiknas, 2016: 148.
Selain tentang situasi pembelajaran, peneliti juga mengamati buku teks pelajaran yang digunakan. Di SD Kanisius Buku yang digunakan yaitu buku teks
62
pelajaran yang diterbitkan kanisius dan buku yang diterbitkan oleh pemerintah. Sedangkan untuk sekolah dasar negeri menggunakan buku yang diterbitkan oleh
pemerintah sebagai acuan dalam pembelajaran. Buku teks yang digunakan di sekolah tidak memberikan batasan anatara nilai tempat dan nilai angka. Selain
tidak adanya batasan antara materi tersebut, buku menyajikan materi dengan menggunakan angka tanpa mengaitkannya dengan masalah atau benda yang
bersifat konteks. Hal tersebut bertolak belakang dengan karakteristik PMRI. Pada pendekatan tersebut pembelajaran harus menggunakan konteks Wijaya, 2012:
21. Setelah selesai melakukan wawancara dengan guru, peneliti melanjutkan
wawancara dengan siswa menganai tanggapan terhadap materi nilai tempat dan nilai angka. Siswa yang diminta untuk memberikan tanggapan adalah siswa kelas
III yang saat berada di kelas II pada tahun ajaran sebelumnya diajar oleh guru yang melakukan wawancara. Tanggapan yang diberikan yaitu siswa ketika
mempelajari materi tersebut merasa bingung untuk menjawab nilai tempat atau nilai angka apabila dihadapkan pada soal. Peneliti memutuskan untuk
mengembangkan buku guru dan buku siswa kelas II mengenai nilai tempat dan nilai angka.
4.2.2 Prosedur Pengembangan Produk