Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi paparan secara berurutan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini banyak kasus-kasus kekerasan yang sering dijumpai di sekolah. Sekolah harusnya menjadi tempat yang nyaman bagi siswa untuk belajar dan berkembang, tetapi saat ini sekolah justru menjadi tempat timbulnya kekerasan. Hasil survei yang dilakukan oleh Erick Van Diesel dari National Child Protection Adviser Save the Children United Kingdom bahwa dari 800 anak, 70 persen di antaranya mengalami kekerasan fisik itu. Bahkan sebagian anak-anak tersebut dihukum hampir setiap hari dengan luka yang cukup parah. Pemukulan merupakan bentuk kekerasan fisik yang paling sering terjadi. Ironisnya, kekerasan ini justru kerap terjadi di lingkungan sekolah. Hal senada disampaikan Ketua Yayasan Semai Jiwa Amini Sejiwa, Diena Trigg bahwa sekolah-sekolah yang menjadi tempat penelitian Sejiwa terbukti terjadi bullying kekerasan pada anak. Ada 199 macam jenis kasus bullying di sekolah. Di antaranya junior disundut rokok oleh senior, pemukulan pada masa ospek sekarang MOS dan pemalakan uang. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sadtya Edy Nugraha mahasiswa BK Universitas Sanata Dharma Program Studi Bimbingan dan Konseling ketika mengikuti Program Pengalaman Lapangan PPLBK di SMP Kanisius Pakem, bahwa banyak siswa yang melakukan perilaku bullying kepada teman sekelas maupun berbeda kelas. Selain itu, banyak siswa yang mengeluh bahwa mereka sering kali diejek, dipermalukan di depan kelas, dihina, dicemooh, diolok-olok, dijuluki, dan dikucilkan oleh teman-temannya. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sadtya Edy Nugraha bahwa tingkat perilaku bullying yang terjadi pada SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2012-2013 tergolong rendah, yaitu sebesar 71,60. Bullying dapat diartikan sebagai sebuah situasi di mana terjadi penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang. Perilaku bullying merupakan perilaku negatif yang seharusnya dihindari oleh anak, namun tidak dapat dipungkiri bahwa perilaku kekerasan ada di dalam lingkungan sekolah. Seseorang bisa dikatakan menjadi korban bullying apabila dia diperlakukan negatif dengan jangka waktu sekali atau berkali-kali bahkan sering atau menjadi sebuah pola. Bahaya-bahaya perilaku bullying dapat diidentifikasi antara lain menurunnya nilai akademik, menurunkan tingkat kecerdasan anak, berpotensi tumbuh sebagai pelaku kriminal. keadaan ini tentu tidak dapat dibiarkan, oleh sebab itu perlu diupayakan pendampingan, bantuan bagi orang-orang yang mengalami korban bullying tersebut. Salah satu alternatif bantuan adalah melalui bimbingan kelompok. Prayitno, 1995: 178 menyatakan bimbingan kelompok merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, dan memberi saran. Bimbingan kelompok dapat dilakukan dengan menggunakan media sosiodrama. Sosiodrama adalah sebuah teknik pemecahan masalah yang terjadi dalam konteks hubungan sosial dengan cara mengemas masalah-masalah tersebut melalui sebuah drama. Melalui metode sosiodrama para siswa diajak untuk belajar memecahkan dilema-dilema pribadi yang mendukungnya dengan bantuan kelompok sosial yang anggota-anggotanya adalah teman-teman sendiri. Dengan kata lain, dilihat dari sudut pandang pribadi, model ini berupaya membantu individu dengan proses kelompok sosial. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul “Upaya Mengurangi Kecenderungan Perilaku Bullying Melalui Bimbingan Kelompok Dengan Metode Sosiodrama pada Siswa Kelas VIIIA SMP Kanisius Pakem ”.

B. Identifikasi Masalah