BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesiapan Mental Kerja 1.
Pengertian Kesiapan Mental Kerja
Kesiapan Readiness menurut kamus psikologi adalah suatu titik kematangan untuk menerima dan mempraktikkan tingkah laku tertentu Daligulo dan
Kartini Kartono, 1983. Kesiapan mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan
akan memulai gerakan atau gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental Winkel 1987:153.
Kondisi mental kondisi ini merupakan akibat dari keadaan psikis siswa seperti ketegangan atau kegelisahan batin, stabilitas atau labilitas mental. Siswa yang
menikmati ketenangan batin, karena kehidupan keuangannya harmonis dan pergaulan sosialnya dengan teman-teman sebayanya lancar, akan jauh lebih mudah
dan berkonsentrasi dalam belajar. Sebaiknya, siswa yang pikirannya kalut dan mudah menjadi bingung, cendrung kerap mempertanyakan diri sendiri dengan; demikian,
daya psiskis kurang terpusat pada tugas-tugas belajar. Maka siswa yang diketahui berkondisi mental yang kurang menguntungkan bagi belajar perlu dibantu supaya
kondisinya menjadi lebih baik, misalnya melalui wawancara dengan konselor atau konsultasi dengan seorang ahli jiwa. Winkel 1987:107.
Mental adalah berkenaan dengan jiwa, batin, rohaniah: dalam pengertian aslinya menyinggung masalah pikiran, akal dan ingatan. Sekarang ini digunakan
untuk menunjukkan penyesuaian organisme terhadap lingkungan, dengan cara khusus menunjukkan penyesuaian yang mencakup fungsi- fungsi simbolis yang
disadari oleh individu. Kartini Kartono 1985. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mental adalah hal yang menyangkut batin dan watak manusia yang bukan bersifat badan atau tenaga, bukan hanya pembangunan fisik yang diperhatikan,
melainkan juga pembanguna n. Purwadarminto 1984. Mentalitas adalah keadaan dan aktifitas jiwa batin, cara berfikir dan berperasaan. Faktor-faktor ini penentu
dalam pembangunan. Kesiapan kerja adalah kemampuan yang dimiliki siswa yang mencakup
pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk memenuhi tuntutan kerja yang sesuai dengan profesinya, hal tersebut didukung dengan aspek-aspek biaya dan waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan SMK dan efektivitas SMK. Jadi siswa yang didukung biaya yang tercukupi dan mempunyai pengetahuan, keterampilan dan sikap
maka kesiapan mental dalam diri siswa akan tercapai
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan mental kerja
Siswa agar mempunyai kesiapan mental kerja dipengaruhi beberapa faktor yaitu Zahara Idris dan Lisma Jamal 1992:
a. Pembawaan yang merupakan potensi-potensi tertentu, seperti bakat, minat, kecerdasan, dan perasaan.
b. Linkungan, yaitu lingkungan fisik, seperti iklim, makanan, pakaian, rumah, lingkungan belajar, lingkungan sosial. Dalam
hal ini, pendidikan, situasi umum politik ekonomi, sosial, dan budaya, suasana kekeluargaan, masyarakat, adat istiadat
dimana pendidikan merupakan unsur yang paling penting diperoleh melalui rumah tangga, sekolah, dan masyarakat.
c. Kemauan dan partisipasi aktif peserta didik dalam proses interaksi yang berlangsung.
d. Kematangan atau kesiapan merupakan motivasi dalam diri peserta didik untuk berperan serta dalam suatu aktivitas.
Kekuatan dari dalam diri dalam ini akan menimbulkan reaksi yang reponsif, sekaligus akan menerima pendekatan yang
persuasif.
e. Belajar dan latihan akan membantu perkembangan peserta didik dalam menunjukan kesiapankematangannya.
f. Perananbelajarlatihan, kemudian akan diikuti oleh pengalaman, akhirnya mengembangkan kematangan dalam