Prestasi belajar .693
P a = 0,05 Ho diterima
Sumber : Data Primer yang diolah, Tahun 2006 Lampiran hal 132 Berdasarkan tabel tersebut di atas terlihat bahwa Asymp Sig 2-tailed
dari masing- masing variabel bernilai lebih dari taraf signifikansi a = 0,05 atau berlaku Asymp Sig 2-tailed a. Berdasarkan kriteria yang ada maka keempat
variabel yaitu, variabel kesiapan mental kerja, variabel praktek industri, variabel bimbingan karir, dan variabel prestasi belajar berdistribusi normal.
2. Uji Linearitas
Uji linearitas dalam penelitian ini dilakukan terhadap menggunakan analisis varians terhadap garis regresi yang diperoleh dari uji F. Harga F
hitung
yang dihasilkan kemudian harga F
tabel
sebesar 3.95. Adapun perumusan hipotesis adalah sebagai berikut:
H
o
= Pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat linear H
1
= Pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat tidak linear Untuk mempermudah perhitungan data dan untuk mendapatkan hasil
perhitungan yang lebih akurat maka perhitungan dilakukan terhadap menggunakan program SPSS. Adapun nilai F
hitung
dari model pengaruh variabel Praktek Industri, Bimbingan Karir, dan Prestasi Kerja Terhadap Kesiapan Mental
Kerja adalah sebesar 5,181 Lampiran hal.130. Dari hasil perhitungan terlihat bahwa harga F
hitung
dari model regresi linear bernilai lebih dari F
tabel
. Berdasarkan kriteria yang ada maka ketiga variabel bebas yaitu, variabel praktek ind ustri, bimbingan karir, dan prestasi
belajar secara serentak memiliki pengaruh linear terhadap variabel terikat kesiapan mental kerja.
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari satu residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut Heteroskedastisitas. Uji Heteroskedatisitas pada penelitian ini dilakukan terhadap menggunakan rumus korelasi dari Spearman.
Untuk mengetahui apakah terjadi masalah heteroskedastisitas digunakan ketentuan sebagai berikut:
Jika Sig 2-tailed a = 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas Jika Sig 2-tailed a = 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas
Dari hasil perhitungan terhadap menggunakan program SPSS for windows, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 5.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Sig 2-tailed
Signifikansi Kesimpulan
Praktek Industri Bimbingan Karir
Prestasi Belajar 0,801
0,889 0,529
0,05 0,05
0,05 Homogen
Homogen Homogen
Sumber : Data Primer yang diolah, Tahun 2006 Lampiran hal 133 Berdasarkan hasil perhitungan terhadap menggunakan SPSS yang
tersaji pada Tabel 5.6 di atas, maka terlihat bahwa tidak terjadi Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas
atau tidak terjadi heteroskedastisitas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar va riabel independent dalam sebuah model regresi berganda.
Jika terjadi korelasi, maka terdapat problem multikolinieritas. Sebuah model regresi yang baik, seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel. Untuk
dapat mendeteksi ada tidaknya problem multikolinieritas pada sebuah model regresi, dapat dilakukan terhadap melihat nilai Variance Inflation Factor
VIF. Apabila VIF tidak melebihi 10 maka tidak terjadi gejala multikolinearitas, tetapi jika VIF melebihi 10 maka terjadi multikolinearitas.
Tabel 5.7 Hasil nilai VIF Variance Inflation Factor
Variabel Nilai VIF
Kesimpulan Variabel praktek industri
1,013 Tidak Multikolinearitas
Variabel bimbingan karir 1,036
Tidak Multikolinearitas Variabel prestasi belajar
1,031 Tidak Multikolinearitas
Sumber : Data Primer yang diolah, Tahun 2006 Lampiran hal 130 pada Tabel Coefficients pada kolom collinearity statistic
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap menggunakan SPSS, maka diperoleh besarnya nilai dari VIF dari semua variabel bebas tidak memiliki
nilai VIF lebih besar dari 10. Nilai VIF dari variabel praktek industri sebesar 1,013, variabel bimbingan karir sebesar 1,036, dan variabel prestasi belajar
sebesar 1,031. Ini menunjukkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas dalam model.
c. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dilakukan untuk mengetahui terdapat tidaknya korelasi berantai diantara faktor-faktor yang mengganggu secara berurutan.
Autokorelasi merupakan suatu kondisi dimana variabel gangguan pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
periode tertentu berkorelasi terhadap variabel gangguan pada periode yang lain. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu terhadap yang lain Ghozali, 2004. Untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu autokorelasi, maka dapat
dilakukan terhadap uji statistik Durbin-Watson. Hipotesis yang digunakan dalam uji statistik Durbin-Watson adalah:
H = tidak ada autokorelasi
H
1
= ada autokorelasi Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai
berikut: Tabel 5.8
Keputusan Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson Hipotesis nol
Keputusan Syarat
Tolak 0 d = dl
Tidak ada autokorelasi positif Tanpa keputusan
dl = d = du Tolak
4-dl d 4 Tidak ada autokorelasi negatif
Tanpa keputusan 4-du = d = 4-dl
Tidak ada autokorelasi positif atau negatif
Tidak ditolak du d 4-du
Sumber : Ghozali, 2004 Lampiran 130 Dari hasil perhitungan terhadap menggunakan SPSS diperoleh nilai
Durbin-Watson sebesar 1,997. Nilai Durbin-Watson tersebut selanjutnya akan dibandingkan terhadap nilai tabel terhadap menggunakan nilai signifikansi
5, terhadap jumlah sampel 88 n dan terhadap jumlah variabel independen 3 k=3. Maka di tabel Durbin-Watson akan didapatkan nilai du dan dl yang
mendekati dl = 1,589 dan du =1,726. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Terhadap demikian berlaku du d 4 – du, dimana du = 1,726, d = 1,997, dan 4 – du = 2,274. Maka dapat disimpulkan bahwa Ho yang
menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif tidak bisa ditolak. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.
C. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis penelitian, maka digunakan perhitungan secara statistik terhadap analisis regresi linear berganda. Analisis linear berganda yang
digunakan adalah untuk melihat pengaruh variabel praktek industri, bimbingan karir, dan prestasi kerja terhadap kesiapan mental kerja. Dari hasil perhitungan
terhadap SPSS diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 2,384 + 0,470 X
1
+ 0,247 X
2
+ 0,632 X
3
Dimana: Y
= Kesiapan mental X
1
= Praktek industri X
2
= Bimbingan karir X
3
= Prestasi belajar 1. Pengujian Hipotesis Pertama
Untuk menguji hipotesis pertama yang menyatakan “ada pengaruh yang positif terhadap implementasi praktek industri terhadap kesiapan mental kerja
siswa SMK”, digunakan uji t pada analisis regresi linear berganda. Adapun kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
- Jika nilai probabilitas p value lebih besar atau sama terhadap nilai
alpha 5 maka tidak terdapat pengaruh implementasi praktek industri terhadap variabel kesiapan mental.
- Jika nilai probabilitas p value lebih kecil dari alpha 5 maka terdapat
pengaruh implementasi praktek industri terhadap variabel kesiapan mental.
Dari hasil perhitungan terlihat bahwa nilai probabilitas p value adalah sebesar 0,004. Karena nilai p value lebih besar dari alpha 5 maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh implementasi praktek industri terhadap variabel kesiapan mental.
Hal ini berarti hipotesis pertama diterima. Terhadap kata lain “ada pengaruh yang positif antara implementasi praktek industri terhadap kesiapan
mental kerja siswa SMK”. 2. Hipotesis Kedua
Untuk menguji hipotesis kedua yang menyatakan “ada pengaruh yang positif antara implementasi bimbingan karir terhadap kesiapan mental kerja
siswa SMK”, digunakan uji t pada analisis regresi linear berganda. Adapun kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
- Jika nilai probabilitas p value lebih besar atau sama terhadap nilai
alpha 5 maka tidak terdapat pengaruh implementasi bimbingan karir terhadap variabel kesiapan mental.
- Jika nilai probabilitas p value lebih kecil dari alpha 5 maka terdapat
pengaruh implementasi bimbingan karir terhadap variabel kesiapan mental.
Dari hasil perhitungan terlihat bahwa nilai probabilitas p value adalah sebesar 0,089. Karena nilai p value lebih besar dari alpha 5 maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh implementasi bimbingan karir terhadap variabel kesiapan mental tetapi tidak signifikan pada taraf 5.
Hal ini berarti hipotesis kedua ditolak. Terhadap kata lain “ada pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan pada taraf 5 antara implementasi bimbingan
karir terhadap kesiapan mental kerja siswa SMK”. pengaruh antara implementasi bimbingan karir terhadap kesiapan mental kerja siswa SMK pada taraf 10.
3. Hipotesis Ketiga Untuk menguji hipotesis ketiga yang menyatakan “ada pengaruh yang
positif antara prestasi belajar terhadap kesiapan mental kerja siswa SMK”, digunakan uji t pada analisis regresi linear berganda. Adapun kriteria yang
digunakan adalah sebagai berikut: -
Jika nilai probabilitas p value lebih besar atau sama terhadap nilai alpha 5 maka tidak terdapat pengaruh prestasi belajar terhadap
variabel kesiapan mental. -
Jika nilai probabilitas p value lebih kecil dari alpha 5 maka terdapat hubumgan prestasi belajar terhadap variabel kesiapan mental.
Dari hasil perhitungan terlihat bahwa nilai probabilitas p value adalah sebesar 0,141. Karena nilai p value lebih besar dari alpha 5 maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh prestasi belajar terhadap variabel kesiapan mental tetapi tidak signifikan pada taraf 5.
Hal ini berarti hipotesis ketiga diterima. Terhadap kata lain “ada pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan pada taraf 5 antara implementasi
prestasi belajar terhadap kesiapan mental kerja siswa SMK”. 4. Hipotesis Keempat
Untuk menguji hipotesis keempat yang menyatakan “ada pengaruh yang positif antara praktek industri, bimbingan karir, dan prestasi belajar terhadap
kesiapan mental kerja siswa SMK”, digunakan uji F pada analisis regresi linear berganda. Adapun kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
- Jika nilai probabilitas p value lebih besar atau sama terhadap nilai
alpha 5 maka tidak terdapat pengaruh implementasi praktek industri, bimbingan karir, dan prestasi belajar terhadap variabel kesiapan mental.
- Jika nilai probabilitas p value lebih kecil dari alpha 5 maka terdapat
pengaruh implementasi praktek industri, bimbingan karir, dan prestasi belajar terhadap variabel kesiapan mental.
Dari hasil perhitungan terlihat bahwa nilai probabilitas p value adalah sebesar 0,002. Karena nilai p value lebih kecil dari alpha 5 maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif antara implementasi praktek industri, bimbingan karir, dan prestasi belajar terhadap variabel kesiapan mental.
Hal ini berarti hipotesis keempat diterima. Terhadap kata lain “terdapat pengaruh positif antara implementasi praktek industri, bimbingan karir, dan
prestasi belajar terhadap variabel kesiapan mental”. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Pembahasan
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada sub-bab terdahulu terlihat bahwa empat hipotesis penelitian, yaitu 1 ada pengaruh yang positif antara implementasi
praktek industri terhadap kesiapan mental kerja siswa SMK, 2 ada pengaruh yang positif antara implementasi bimbingan karir terhadap kesiapan mental kerja siswa
SMK, 3 ada pengaruh yang positif antara implementasi prestasi belajar terhadap kesiapan mental kerja siswa SMK, dan 4 ada pengaruh yang positif antara
implementasi praktek industri, kegiatan bimbingan karir dan prestasi belajar terhadap kesiapan mental kerja siswa SMK, kesemuanya terpenuhi.
1. Pengaruh yang positif antara implementasi praktek industri terhadap