baik. Nilai skor rataan yang dihasilkan diantara 2,6 dan 3,4 maka proses rekrutmen seleksi yang dilaksanakan dan kinerja yang dihasilkan dikatakan cukup
baik. Nilai skor rataan yang dihasilkan berada didalam rentang 3,4 sampai 4,2 maka proses rekrutmen seleksi yang dilaksanakan dan kinerja yang dihasilkan
dikatakan baik, sementara jika nilai skor rataan yang dihasilkan berada didalam rentang 4,2 sampai 5,0 maka proses rekrutmen seleksi yang dilaksanakan dan
kinerja yang dihasilkan dikatakan sangat baik.
3.7.4 Uji Korelasi Rank Spearman
Menurut Nazir 1998, jika pengamatan dari 2 variabel, X dan Y adalah dalam bentuk skala ordinal maka derajat korelasi dicari dengan koefisien korelasi
Spearman. Prosedur untuk mencari koefisien korelasi Spearman adalah sebagai berikut a aturlah pengamatan dari kedua variabel dalam bentuk ranking, b cari
beda dari masing-masing pengamatan yang sudah berpasangan, c hitung koefisien korelasi Spearman dengan rumus.
Menurut Simamora 2004, uji ini digunakan untuk dapat menjawab pertanyaan ”apakah ada hubungan linier antara X dan Y?” namun untuk
menjawab seberapa erat atau seberapa kuat hubungan itu, kita memerlukan koefisien korelasi.
1 6
1
2 2
− −
=
∑
n n
d r
i s
............................................................................................6 Dimana :
s
r = Koefisien korelasi Rank-Spearman
2 i
d = Selisih ranking kedua variabel yang dicari korelasinya n = Jumlah responden
Jika banyak ranking yang sama, baik pada X dan Y, perlu dilakukan koreksi yaitu dengan menggunakan rumus dibawah ini:
∑ ∑
∑ ∑
∑
× −
+ =
2 2
2 2
2
2 6
y x
d y
x r
i s
...............................................................................7
∑ ∑
− −
=
X
T n
n x
12
3 2
........................................................................................8
∑
− −
=
Y
T n
n Y
12
3 2
∑
......................................................................................9
12
3
t t
T −
=
...........................................................................................................10 Dimana :
T = Faktor koreksi t = Banyaknya observasi yang skornya sama pada suatu ranking tertentu.
Menurut Nugroho 2007, koefisien korelasi memiliki nilai antara -1 hingga +1. Sifat kenaikan korelasi adalah plus + atau minus -. Hal ini
menunjukkan arah korelasi. Makna sifat korelasi: 1. Korelasi positif + berarti jika variabel x
1
mengalami kenaikan maka variabel x
2
juga akan mengalami kenaikan, atau jika variabel x
2
mengalami kenaikan maka variabel x
1
juga akan mengalami kenaikan. 2. Korelasi negatif - berarti jika variabel x
1
mengalami kenaikan maka variabel x
2
akan mengalami penurunan, atau jika variabel x
2
mengalami kenaikan maka variabel x
1
akan mengalami penurunan. Sifat korelasi akan menentukan arah dari korelasi. Keeratan korelasi dapat
dikelompokkan sebagai berikut: 1. 0,00 sampai dengan 0,20 berarti korelasi memiliki keeratan sangat lemah.
2. 0,21 sampai dengan 0,40 berarti korelasi memiliki keeratan lemah. 3. 0,41 sampai dengan 0,70 berarti korelasi memiliki keeratan kuat.
4. 0,71 sampai dengan 0,90 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat. 0,91 sampai dengan 0,99 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat sekali.
6. 1 berarti korelasi sempurna. Taraf nyata atau tingkat signifikansi yang dipilih adalah 0,05. Angka ini
dipilih karena dinilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antara dua peubah dan merupakan tingkat nyata yang sudah sering digunakan dalam penelitian ilmu
sosial. Hasil perbandingan nilai r-hitung tersebut dibandingkan dengan nilai r- tabel yang digunakan untuk memutuskan apakah pendapat diterima atau ditolak.
Hipotesi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Tolak H0 : Jika r-hitung r-tabel
Tolak H1 : Jika r-hitung r-tabel Dimana :
H0 = Hipotesis observasi H1 = Hipotesis alternatif
T-tabel dengan = 5 Pengujian hubungan hipotesis nol Ho kriterianya yaitu:
Tolak H0 : Jika nilai peluang tingkat signifikansi Tolak H1 : Jika nilai peluang tingkat signifikansi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN