Penelitian yang Relevan LANDASAN TEORI,

bahwa di antara individu siswa di dalam kelas terdapat perbedaan-perbedaan dalam hal kemampuan awal, kebutuhan, minat, dan pengalaman. Hal senada dikemukakan Neil 1998:3 bahwa pendekatan konvensional lebih menekankan pada hubungan stimulus – respon yang teramati. Seharusnya pendekatan yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Hal itu, sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Eggen 1989:3 bahwa dalam proses belajar-mengajar tidak ada strategi belajar-mengajar yang unggul untuk semua situasi. Selanjutnya Fogarti 1991:9 mengemukakan kelamahan konvensional, yakni: 1 siswa kehilangan potensi diri dalam merancang keterpaduan konsep; 2 terjadi tumpang tindih konsep, keterampilan, dan sikap sehingga tidak jelas antara satu dengan yang lainnya; dan 3 jarang terjadi inovasi dalam proses belajar.

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan Nurdin Somantri 2003 berjudul “Simulasi Tematis dalam Pembelajaran Bahasa Inggris”. Penelitian ini membahas tentang penggunaan metode simulasi tematis selain metode yang ada untuk meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris siswa, melihat kemampuan siswa yang signifikan setelah dilakukan metode simulasi tematis baik itu dalam pemahaman, speaking maupun writing, dan sebagai alat bantu untuk memperlancar proses tanya jawab tentang tema tertentu dengan pendekatan teman sebagai tutor sebaya dengan demikian diharapkan terjadi pemahaman yang lebih baik terhadap tema yang dibawakan di kelas. 2. Riris K Toha Br. Sarumpaet 2003 telah mengkaji buku pelajaran bahasa Indonesia dan menemukan bahwa buku pelajaran bahasa Indonesia 1 lebih menekankan pengetahuan bahasa dari pada keterampilan bahasa; 2 umumnya menggunakan teks kosong yang steril dan membosankan; 3 pertanyaan yang diajukan tidak merangsang pikiran dan perasaan; 4 pertanyaan dan perintah tidak beralasan logis; 5 teks bacaan tidak memperhatikan kebutuhan siswa; dan 6 ilustrasi buku terkesan asal saja. Ia juga mengatakan bahwa buku pelajaran semacam itu gagal meletakkan bahasa sebagai alat berpikir dan alat pengenalan diri dan kehidupan. 3. Agus Listiyono 2004 menyoroti tentang faktor guru yang kurang kompeten dalam melakukan pembelajaran dan keterbatasan sumber belajar. Sebagai alasan utama untuk menjadikan buku ajar sebagai sumber belajar satu-satunya. Buku ajar yang sesuai dengan kurikulum diharapkan tersedia, sehingga para guru memiliki panduan pembelajaran yang dapat mengembangkan sumber belajar lebih lanjut yang variatif. Namun banyak buku kurang memperhatikan gradasi dan urutan penyajian materi secara bertahap dan berkelanjutan. Ini berarti bahwa materi yang dikembangkan dalam banyak buku ajar kurang memperhatikan jenjang kelas yang memungkinkan banyak pengulangan dan terkesan berlebihan. 4. Penelitian yang dilakukan Agus Trianto 2005 berjudul “Pengembangan Model Bahan Ajar: Penelitian dan Pengembangan Model Bahan Ajar Bahasa Indonesia untuk SLTP Kelas 7 sebagai Implimentasi Kurikulum Berbasis Kompetensi”. Penelitian membahas tentang hasil yang dapat dikemukakan dalam penelitian : 1 identifikasi tentang bahan ajar yang lama membosankan karena sering terjadi pengulangan materi; 2 model bahan yang pernah digunakan tidak dilengkapi dengan buku guru dan disisipkan dalam buku siswa; 3 prinsip pengembangan bahan ajar, berdasarkan kajian teoritik dan identifikasi kebutuhan yang diberi judul BISA; 4 rancangan silabus, disesuaikan dengan kurikulum berbasis kompetensi yang ditunjukkan 73 bahan ajar memiliki keterkaitan yang tinggi; 5 Rancangan model bahan ajar yang diproduksi terdiri atas 2 bagian yaitu buku guru dan buku siswa, pada tampilan fisik, rancangan isi, dan efektifitas dinilai sangat baik oleh 73 responden; 6 hasil uji lapangan bahan ajar model, memiliki keterkaiatan yang tinggi dengan KBK yang ditunjukkan oleh 78,57 responden, aspek publukasi dinilai sangat baik oleh 73,08, rancangan isi sangat baik oleh 78,95 responden; dan 7 uji keterbacaan bahan ajar model, secara keseluruhan responden siswa yang menyatakan kalimat dalam teks mudah 69,75, sedang 24, 35, dan kalimat dalam teks sukar adalah 5,9. 5. Penelitian yang dilakukan Andayani 2007 berjudul ”Pengembangan Model Pembelajaran Quantum Learning di Sekolah Dasar.” Penelitian ini membahas tentang: 1 kebutuhan guru dan siswa akan prangkat pembelajaran apresiasi sastra yang mudah dipahami dan menyenangkan, 2 pengembangan prototype model menjadi pembelajaran apresiasi sastra berbasis quantum learning dengan mengikuti prosedur TANDUR, 3 uji kefektivan model, dan 4 keberterimaan model dari tanggapan stakeholder hingga menjadi Buku Pedoman Pembelajaran Apresiasi Sastra Berbasis Quantum Learning. 6. Penelitian yang dilakukan Herman J. Waluyo dan Nugraheni Ekowardani 2008 berjudul ”Pengembangan Buku Materi Ajar Pengkajian Prosa Fiksi dengan Pendekatan Sosiologi Sastra”. Pembahasan hasil penelitian sebagai berikut. Pengkajian karya sastra secara meluas dan mendalam tergendala oleh buku-buku teks sastra yang tersedia. Padahal wawasan mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia harus cukup memadai untuk keseluruhan karya sastra dari priode ke priode. Dengan tersedianya buku materi ajar yang memuat ringkasan novel-novel dari zaman ke zaman kiranya kebutuhan akan keluasan materi ajar itu dapat diatasi. Namun demikian, buku materi ajar yang disusun itu hanya menjadi stimulant bagi mahasiswa untuk membaca buku asli secara lengkap. Selanjutnya tugas terstruktur perlu diberikan oleh dosen kepada mahasiswa.

C. Kerangka Berpikir