Deskripsi Temuan Kebutuhan Bahan Ajar
Pernyataan tersebut didukung oleh kondisi di lapangan, tentang kemampuan finansial guru yang rendah dan kemampuan profesional guru yang masih memerlukan
pembinaan. Hal ini terjadi karena realita yang ada, guru yang mengajar bahasa dan sastra Indonesia adalah bukan guru yang berlatar belakang pendidikan bahasa
Indonesia, tetapi guru yang memiliki latar belakang pendidikan Agama Islam dan Biologi. Apalagi kedua guru tersebut merupakan guru baru ± 2 tahun mengajar.
Selanjutnya, hal itu diperparah lagi dengan kurang tersedianya sumber pembelajaran di perpustakaan sekolah.
Berdasarkan wawancara dengan informan guru S dan EZ dan observasi di kelas, masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
di SMA Negeri 2 Sambas yang ditemukan adalah: 1 penyusunan silabus, 2 penyusunan rencana pembelajaran, dan 3 minimnya bahan ajar yang sesuai dengan
kurikulum yang berlaku KTSP. Masalah ini dikemukakan informan guru S dan EZ pada saat diwawancara.
Informan belum paham dengan KTSP karena kurikulum tersebut baru diterapkan di SMA Negeri 2 Sambas pada tahun pelajaran 20082009 tahun pertama.
Ketidakpahaman informan dalam menyusun perangkat pelajaran bahasa dan satra Indonesia dilatarbelakangi oleh ketidaksesuaian disiplin ilmu yang dimiliki informan
keduanya belum pernah mendapat pelatihan tentang cara menyusun prangkat mengajar bahasa dan sastra Indonesia yang mengacu pada KTSP. Selanjutnya,
minimnya buku bahasa Indonesia sebagai materi pengayaan untuk guru di SMA Negeri 2 Sambas yang mengacu pada KTSP juga menambah problema pembelajaran
bahasa Indonesia. Apalagi di Sambas sangat sulit mencari buku bahasa Indonesia yang mengacu pada KTSP karena sebagian besar SMA di Kabupaten Sambas masih
menggunakan KBK dan di Sambas belum ada toko buku yang khusus menjual buku- buku pelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Guru bahasa Indonesia yang berlatar belakang pendidikan Bahasa Indonesia di SMA Negeri 2 Sambas hanya 1 orang dengan 9 rombongan belajar 9 kelas. Guru
bahasa Indonesia yang hanya 1 orang itu, saat ini mengajar di kelas XII dan merangkap sebagai Plt. Kepala Sekolah. Sedangkan di kelas X dan XI diampu oleh
guru bidang studi yang lain informan S dan EZ. Informan guru S adalah guru Agama Islam dan guru EZ guru biologi. Kedua informan tersebut baru pertama kali
ini mendapat pengalaman mengajar bahasa Indonesia karena guru bahasa Indonesia di SMA Negeri 2 Sambas khususnya, dan Kabupaten Sambas pada umumnya sangat
kurang. Untuk mengatasi hasil temuan di atas rancangan bahan ajar diupayanakan
agar: 1 dapat menyusun bahan ajar guru dan siswa yang relevan; 2 dapat menekankan aspek keterampilan berbahasa dan bersastra yang sesuai dengan KTSP;
3 dapat menggunakan tema yang mencuat terjadi di sekitar siswa sebagai sumber belajar. Tema-tema yang mencuat tersebut seperti: kemanusiaan trafficking,
lingkungan pencemaran sungai, dan kesehatan gizi buruk yang diberitakan diberbagai media di Sambas dan Kalbar. Berdasarkan 3 tema tersebut, tema yang
paling kuat adalah tema kemanusiaan trafficking karena dialami korban secara langsung, apalagi korban berasal dari masyarakat miskin, sehingga menimbulkan
trauma yang mendalam atas kejadian yang telah dialaminya; 4 diupayakan dapat menyajikan materi yang mudah dipahami, berkesinambungan, dan menarik minat
siswa dengan tampilan ilustrasigambar yang relevan dengan materi pelajaran; 5 diupayakan dapat mengaktifkan siswa dalam belajar; dan 6 dapat dipakai pada
kondisi fasilitas sekolah yang minim. Untuk itu, ketika melakukan analisis pembelajaran peneliti membaca
keseluruhan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam kurikulum kelas X semerter 1. Selanjutnya, untuk dirancang dalam penyusunan
silabus, rencana pembelajaran, dan bahan ajar. Mengingat keterbatasan waktu, dari 18 kompetensi dasar yang terdapat dalam
kurikulum kelas X semester 1, dipilih 8 kompetensi dasar untuk dikembangkan dalam penelitian ini. Kompetensi tersebut dikelompokkan dalam 4 kompentensi kemampuan
berbahasa dan 4 kompentisi kemampuan bersastra yang meliputi 4 aspek keterampilan mendengarkan, berbicara, mambaca, dan menulis.
Berdasarkan identifikasi kebutuhan, analisis bahan ajar, dan deskripsi temuan kebutuhan bahan ajar. Pengembangan bahan ajar bahasa dan sastra Indonesia dengan
pendekatan tematis diupayakan memiliki kateristik, sebagai berikut: a. Bahan ajar disusun berdasarkan KTSP
b. Kompetensi yang dikembangkan adalah kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang dijabarkan dalam 4 aspek keterampilan berbahasa
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut menggunakan ragam teks sehari-hari, media massa, dan sastra secara tematis.
c. Menggunakan pendekatan tematis dan pembelajaran yang bermakna diimplimentasikan ke dalam tugas-tugas bahan ajar yang bersifat otentik dan
dilaksanakan secara mandiri dan kelompok. d. Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP dikembangkan melalui
analisis kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra dengan mengelompokkan kompetensi dasar yang memiliki keterkaitan erat dalam satu
tema pembelajaran yang disajikan secara berkesinambungan, seperti dalam kemampuan bersastra, khususnya puisi mendengarkan puisi, menulis puisi,
dan membaca puisi. Sedangkan keterampilan berbicara dalam kemampuan bersastra menggunakan tema yang berbeda karena kompetensi yang dibahas
tidak memiliki keterkaitan membahas cerpen bukan puisi. Selanjutnya, kemampuan berbahasa setiap kompetensi dasar memiliki satu tema.
Pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP memperhatikan situasional dan tematis dalam penyajian materi ajar dan
tugaslatihan. e. Pemilihan teks dalam bahan ajar ditampilkan dengan kateristik tematis.
f. Pembelajaran bahan ajar dikembangkan dengan pemberian informasi materi
ajar yang memadai, penyajian teks secara tematis, dan tugas latihan. g. Bahan ajar buku teks diupayakan lengkap, terdiri dari buku pegangan guru
dan buku siswa atau LKS yang relevan karena akan dijadikan sumber belajar utama bagi guru dan siswa
h. Isi materi dan tugaslatihan dalam bahan ajar untuk mengembangkan wawasan intelektual dan apektif.
i. Penilaian yang dilaksanakan dengan menggunakan penilaian kelas selama
proses belajar di kelas dan sesudah. Penilaian kelas tersebut mencakup penilaian unjuk kerja performance, penilaian sikap, penilaian tertulis paper
and pencil test, penilaian produk, penilaian portofolio, dan penilaian diri. Bentuk dan skor penilaian tercantum dalam setiap rencana palaksanaan
pemelajaran.