Kerangka Berpikir LANDASAN TEORI,

model dari tanggapan stakeholder hingga menjadi Buku Pedoman Pembelajaran Apresiasi Sastra Berbasis Quantum Learning. 6. Penelitian yang dilakukan Herman J. Waluyo dan Nugraheni Ekowardani 2008 berjudul ”Pengembangan Buku Materi Ajar Pengkajian Prosa Fiksi dengan Pendekatan Sosiologi Sastra”. Pembahasan hasil penelitian sebagai berikut. Pengkajian karya sastra secara meluas dan mendalam tergendala oleh buku-buku teks sastra yang tersedia. Padahal wawasan mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia harus cukup memadai untuk keseluruhan karya sastra dari priode ke priode. Dengan tersedianya buku materi ajar yang memuat ringkasan novel-novel dari zaman ke zaman kiranya kebutuhan akan keluasan materi ajar itu dapat diatasi. Namun demikian, buku materi ajar yang disusun itu hanya menjadi stimulant bagi mahasiswa untuk membaca buku asli secara lengkap. Selanjutnya tugas terstruktur perlu diberikan oleh dosen kepada mahasiswa.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian ini berawal dari penelitian lapangan. Berdasarkan penelitian tersebut, terkumpul beberapa informasi yakni: 1 berdasarkan identifikasi kebutuhan guru dan siswa tentang bahan ajar, bahwa bahan ajar yang ada belum memadai, kerena:a belum sesuai dengan karakterer kurikulum 2006 KTSP; b bahan ajar yang ada kurang ilustrasi; c bentuk tugaslatihan monoton; d kurang memandu dan melatih siswa terampil berbahasa dan bersastra dalam berbagai kontek yang berbeda; e materi pelajaran membosankan siswa karena sering terjadi pengulangan; f tema yang digunakan tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa, sekolah, dan daerah; dan g belum sepenuhnya materi dan aspek keterampilan berbahasa dan bersastra dipayungi tema, karena tema yang digunakan hanya menjadi judul bacaan semata dan tidak terkait dengan subbahasan; dan 2 mencuat kasus kemanusiaan trafficking, lingkungan pencemaran sungai, dan kesehatan gizi buruk yang diberitakan diberbagai media cetak dan elektronik Sambas. Berdasarkan masalah-masalah sosial di atas, sangat berpotensi untuk dijadikan tema dalam menyusun bahan ajar bahasa dan sastra Indonesia. Masalah kemanusiaan, lingkungan, dan kesehatan dapat dijadikan sumber dalam pengembangan bahan ajar dan sekaligus sebagai tema yang akan memayungi keterampilan berbahasa dan bersastra. Ketiga tema tersebut sangat sesuai dengan kebutuhan siswa, sekolah dan daerah seperti tuntutan dalam KTSP. Pemilihan tema yang sesuai dengan kebutuhan dapat membantu pembelajaran lebih baik, menarik, dan cepat, khususnya dalam meningkatkan keterampilan berbahasa dan bersastra. Kemudian, dengan melihat kondisi nyata di sekolah, yakni: 1 kemampuan finansial guru yang rendah, 2 kemampuan profesional yang masih memerlukan pembinaan, dan 3 kurang tersedianya buku sumber di perpustakaan sekolah. Dalam kondisi seperti itu, guru sangat memerlukan hadirnya bahan ajar yang dapat membantu dalam ketercapaian kompetensi sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Pengumpulan bahan dilakukan berdasarkan kajian teori, identifikasi kebutuhan, dan analisis bahan ajar yang ada, dilakukan perencanaan penyusunan bahan ajar. Realisasi kontektual dan pedagogis untuk mengatasi identifikasi dan kondisi nyata di atas, dilakukan pengembangan bahan ajar yang diupayakan lengkap buku guru dan buku siswa, menarik, dan sistematis. Karena akan dijadikan sebagai sumber pembelajaran utama dalam mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu dilakukan kegiatan mendesain produk awal prototype dengan memberi bobot bahan ajar yang dapat memotivasi serta menambah wawasan siswa secara kognetif, afektif dan psikomotor. Desain produk dengan menggunakan tema- tema di atas, yakni tema yang dekat dengan siswa dan lingkungannya. Hal itu sesuai dengan tuntutan KTSP. Selanjutnya, desain dikembangkan mempertimbangkan runtutan dan kesinambungan materi secara berkelanjutan agar siswa tidak bosan. Dalam kegiatan mendesain produk awal prototype langkah-langkah yang dilakukan, yakni: a membaca kurikulum yang difokuskan pada SK, KD, dan indikator aspek kompetensi berbahasa dan bersastra mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis, b tema digunakan untuk mengelompokkan SK, KD, dan indikator yang memiliki kaitan erat sebagai suatu kompetensi yang utuh, misalnya pada kompetensi mendengarkan: “Memahami puisi yang disampaikan secara langsungtidak langsung.” Kemudian kompetensi menulis: “Mengungkapkan pikiran, dan prasaan melalui kegiatan menulis puisi”. Selanjutnya, puisi yang telah ditulis dapat dibacakan siswa dalam kompetensi membaca: “Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi.” Ketiga kompetensi tersebut dapat disampaikan secara runtun dalam satu tema. Kemudian, dilaksanakan veliditaskoreksi desain oleh pekar ex-pert judgment yang dilanjutkan dengan revisi I. Setelah itu, dilakukan uji produk awal melalui uji coba I awal. Uji coba bertujuan untuk mendapatkan evaluasi kualitatif awal dari desain produk yang dikembangkan dan dilanjutkan revisi produk I. Setelah direvisi, dilakukan uji coba produk II utama dan merevisinya kembali. Sehingga menghasilkan produk pengembangan bahan ajar seperti diingankan guru dan siswa, yakni: 1 sesuai dengan KTSP, 2 materi pelajaran disesuaikan dengan tujuan berbahasa, perkembangan zaman, kebutuhan siswa, sekolah, dan daerah, 3 menggunakan tema-tema yang dekat dengan siswa, dan sedang hangat dibicarakan dilingkungan siswa agar menarik minat serta dapat menumbuhkan daya kreativitas siswa, 4 bentuk tugaslatihan dapat mengaktifkan siswa dalam belajar, 5 penyajian materi diupayakan menarik dan sistematis, serta dapat meningkatkan keterampilan berbahasa dan bersastra, dan 6 siap pakai dan disesuaikan dengan kondisi sekolah yang minimal.Berdasarkan uraian di atas, kerangka berpikir seperti gambar berikut: Gambar 3: Kerengka Berpikir

BAB III METODE PENELITIAN