langsung oleh Habib Munzir karena kedekatan pribadi dengan Sang Habib dan turut serta mendampinginya dalam terbentuknya organisasi
MR. Mereka di antaranya, Saiful Zahri, H. Hamidi, Ust. Syukron Makmun, Muhammad Ainiy, Syafi‟i, Muhammad Qolby, KH. Ahmad
Baihaqi. Dalam teori strukturasi, otoritas bukanlah gejala yang terkait dengan
struktur ataupun sistem, melainkan kapasitas yang melekat pada pelaku.
18
Saat merumuskan ide dan teknis setiap program atau kegiatan dakwahnya, Sang Habib selalu berdiskusi dengan Tim Inti dalam sebuah rapat internal.
Dalam diskusi tersebut, Habib Munzir sebagai pemimpin memiliki otoritas penuh dalam memutuskan hasil rapat. Tak jarang rapat tersebut hanya
membahas teknis pelaksanaannya saja, sebab ide program atau kegiatan dakwah dari Sang Habib bersifat mutlak. Seperti yang diungkapkan
Giddens bahwa struktur mirip pedoman ini menjadi sarana medium, dalam hal ini sebuah rapat internal yang memunculkan praktek-praktek
sosial yakni program atau kegiatan dakwah yang dilakukan di MR. Pada sosok Habib Munzir sebagai pelaku sentral di MR, segala
kebijakan yang dikeluarkannya merupakan aturan yang dalam perspektif Giddens merupakan sebuah struktur pada bingkai legitimasi. Segala yang
diucapkannya menjadi aturan dalam MR. Habib Munzir sebagai pemangku kebijakan berpengaruh terhadap apapun yang terjadi pada
sistem MR. Dalam proses perekrutan, Habib Munzir memiliki pertimbangan sendiri dalam memilih orang-orang yang akan diberikan
18
B. Herry Priyono, Anthony Giddens: suatu pengantar, Jakarta: KPG, 2016, h. 33
tugas. Misalnya saat perekrutan staf, Habib Munzir berdiskusi dengan tim inti dengan pertimbangan kesiapan waktu, sebab staf yang bertugas
memonitoring kinerja dan koordinator dari kru di lapangan harus siap kerja 24 jam bila dibutuhkan oleh Habib Munzir.
Dalam perekrutan kru yang bertugas membantu tugas staf dalam hal teknis di lapangan, Habib Munzir mencari pemuda-pemuda yang
bersemangat membantu dakwah MR yang umumnya mereka dari kalangan pelajar, mahasiswa, maupun jamaah. Hal tersebut dilakukan Sang Habib
sebagai upaya menanamkan nilai dakwah kepada para pemuda dan pemanfaatan waktu luang mereka untuk kegiatan yang positif yakni
membantu dakwah Islam. Begitu pula dengan aktivis yang bertugas ketika MR mengadakan
acara besar tahunan, contohnya pada peringatan tahun baru Islam atau Muharram,
Isra‟ Mi‟raj, peringatan Maulid Nabi, peringatan malam Nudzulul Qur‟an, dan lain sebagainya. Menurut Giddens, Skema yang
mirip aturan ini merupakan struktur yang dibangun oleh Habib Munzir pelaku sebagai sarana berlangsungnya praktek sosial yakni perekrutan.
19
Dalam hal perekrutan ini, tidak ada unsur paksaan atau intervensi dari pihak MR. Umumnya para jamaah secara sukarela mengajukan diri untuk
menjadi bagian dari sistem MR. Misalnya seorang yang ingin menjadi kru harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari staf, kemudian staf
mengajukan kepada tim inti yang berkoordinasi langsung dengan Habib Munzir dan seterusnya.
19
B. Herry Priyono, Anthony Giddens: suatu pengantar, h. 22.
Dalam menjaga keharmonisasian sistemnya, Habib Munzir terkadang turut memberikan pandangan kepada staf dan kru dalam praktek di
lapangan. Arahan yang diberikan Sang Habib bersifat motivasi, seperti memberi kesadaran kepada mereka bahwa membantu mensyiarkan
dakwah merupakan hal yang mulia. Mengingat melihat realita yang terjadi hari ini banyak orang yang disibukkan oleh urusan duniawi
sehingga melupakan nilai-nilai Islam. Hal tersebut seperti yang diungkapkan Giddens dalam konsep monitoring tindakan. Setiap pelaku
tidak hanya memonitoring tindakan atau aktifitasnya sendiri, tetapi juga memonitoring segala aktifitas yang dilakukan orang lain dimana aktifitas
tidak hanya melibatkan individu tetapi juga tindakan orang lain. Habib Munzir juga sebagai pelaku yang berada pada taraf rasionalisasi tindakan
yang mengerti tentang betapa pentingnya syiar dakwah, memberikan penjelasan kepada orang-orang yang membantunya tentang hal tersebut.
Seperti yang dikisahkan oleh Sang Habib ketika bersama-sama dengan staf dan kru menziarahi pemakaman salah satu kru MR yang wafat yakni Doni
Andrianto yang bertugas memasang umbul-umbul dan baliho pada setiap pengajian yang dilakukan MR:
“Kalau Rasul memandang seluruh umatnya di barat dan timur di muka bumi, berapakah hati yang perduli dakwah Sayyidina
Muhammad? Siapa yang perduli dengan dakwah Rasul di masa ini? Siapa yang perduli dengan Rasul di masa ini? Umat
Muhammad tidak perduli dengan Rasul SAW apalagi dakwahnya. Namun beliau Doni dengan semangat, hujan, panas, atau dalam
keadaan apapun tetap selalu yang beliau kerjakan mendirikan bendera Sayyidina Muhammad SAW. Kalian tau tempat orang-
orang yang mendirikan bendera Sayyidina Muhammad SAW? Semestinya bukan kita yang mendoakan beliau, tetapi kita yang
mengalap berkah dari beliau, karena beliau orang yang dimuliakan
Allah sebagai laskar Sayyidina Muhammad Rasulullah SAW dengan dakwah kelembutan dengan dakwah kasih sayang yang
dimana beliau salah satu diantaranya.”
20
Untuk memberi semangat kepada para pengurus yang telah membantu dakwah MR, Habib Munzir menjuluki mereka „Ahlul
Khidmah‟ yang bermakna orang-orang yang dengan sepenuh hati membantu dakwah MR, dan pengurus yang keseluruhannya berjumlah 313
orang, Sang Habib mengikuti jumlah para sahabat yang ikut berperang dalam Perang Badar. Hal tersebut untuk mengambil keberkahan dari para
syuhada yang turut serta membantu dakwah Nabi Muhammad SAW. Pemaknaan tersebut merupakan skema yang dimunculkan Habib Munzir
dalam bingkai signifikasi atau penandaan. Melihat pada perubahan yang terjadi pada internal organisasi MR
paska wafatnya Habib Munzir, otoritas kepemimpinan dipegang oleh Dewan Syuro yakni sebuah lembaga yang dibentuk oleh guru dari Habib
Munzir yaitu Habib Umar bin Hafidh, atau dalam hal ini selaku Dewan Kehormatan. Dewan tersebut terdiri dari tiga orang yakni Habib Mukhsin
al Hamid, Habib Nabiel al Musawa, dan Habib Ahmad al Bahar. Dalam
struktur organisasi
tradisional, sistem
pemilihan kepemimpinan dengan cara aklamasi yaitu ditunjuk dari pemimpin
sebelumnya. Habib Munzir sebagai tokoh sentral dalam internal MR yang segala kebijakannya bersifat otoritatif. Semasa hidupnya tidak pernah
menyebut nama seseorang sebagai pengganti kedudukannya dikemudian
20
www.youtube.com , Pesan Penting Habib Munzir saat Ziarah ke Makam Crew MR 29
September 2012, diakses pada 5 September 2016 pukul 10.00 WIB, Subscribe: Pesukan Sayyidina Muhammad.
hari. Habib Munzir hanya memberikan pesan bahwa majelis yang dibangunnya ini merupakan wujud bakti terhadap Rasul SAW dan
gurunya yaitu Habib Umar bin Hafidh. Dengan demikian, bentuk otoritas Habib Munzir pada konteks pemilihan kepemimpinan MR setelahnya
merujuk pada otoritas dari Habib Umar bin Hafidh. Secara fungsional, Dewan Syuro setara dengan pimpinan. Hanya
yang membedakan ialah di masa Habib Munzir segala kebijakan dan otoritas berada pada sosok Sang Habib. Sedangkan pada saat ini, segala
kebijakan dan otoritas bersifat mufakat yakni, kesepakatan antara orang- orang yang berada dalam Dewan Syuro. Segala bentuk birokrasi dalam
internal organisasi harus melalui prosedur yang dibuat dewan tersebut. Meskipun demikian, secara umum program ataupun kegiatan dakwah yang
dilakukan Dewan Syuro hanya mengikuti apa yang sudah dibentuk Habib Munzir di masa kepimpinannya.
Melihat pada konteks perubahan kepemimpinan, MR sebagai sebuah organisasi tradisional mencoba menyesuaikan sistemnya menjadi
organisasi ke arah lebih modern. Dari organisasi yang menisbikan sosok Habib Munzir dalam prakteknya seperti menjadi pimpinan organisasi
sekaligus penanggung jawab dalam hal pengajaran, kerjasama-kerjasama ekternal, dan menjadi pengontrol dalam pergerakan dakwah. Kesemua itu
berada pada sosok Sang Habib. Dalam konteks sekarang, terbentuknya Dewan Syuro seperti yang dikemukakan Giddens merupakan salah satu
bentuk praktek signifikasi yang dilakukan MR sebagai suatu pelembagaan institusi yang memiliki dominasi setara dengan kepemimpinan. Dengan
dominasinya sebagai sebuah dewan yang diberikan otoritas, Dewan Syuro memiliki kewenangan untuk memberikan legitimasi berupa aturan-aturan
terkait perannya dalam sistem MR. Peran tersebut tercermin dalam tugas yang diberikan kepada orang-orang yang ada di dalam Dewan Syuro.
Tugas tersebut diantaranya pada bidang keorganisasian dipegang oleh Habib Mukhsin al Hamid, pada bidang dakwah dipegang oleh Habib
Nabiel al Musawa dan pada bidang kewirausahan dipegang oleh Habib Ahmad al Bahar.
Transformasi MR dalam keorganisasian salah satunya juga terbentuknya Dewan Guru sebagai pengajar yang pada masa Habib
Munzir hanya dipegang beliau sendiri. Langkah tersebut diambil untuk menggantikan sosok Habib Munzir yang sangat memiliki pengaruh bagi
para jamaah. Dewan ini merupakan bentukan dari Habib Umar bin Hafidh. D
i dalam dewan tersebut ada tiga pengajar tetap di antaranya, Habib Ja‟far al Athas Ketua, Habib Alwi al Habsyi Wakil, dan Habib Bagir bin
Yahya Ketua Pengurus Harian. Mereka yang dipilih Habib Umar bin Hafidh juga merupakan muridnya ketika menimba ilmu di Yaman seperti
halnya Habib Munzir. Dengan demikian, MR menjadi sebuah organisasi modern yang bersifat struktural yang sudah tidak lagi berporos pada
penokohan Habib Munzir. Sosok pengajar dalam MR sangat memperhitungkan sanad keguruan.
Guru yang mempunyai riwayat guru-guru hingga sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Sosok guru yang benar-benar memanut gurunya.
Pedoman ini terus dipegang oleh MR sampai terbentuknya Dewan Guru
yaitu mereka yang memiliki sanad keguruan yang jelas langsung dari Habib Umar bin Hafidh seperti halnya Habib Munzir. Hal tersebut
dilakukan guna menjaga kemurnian ajaran Islam yang dibawa oleh Rasul yang diteruskan dibawa oleh Sahabat kemudian oleh Tabi‟in, terus
berlanjut sampai kepada para Imam Hadits dan seterusnya hingga sampai kepada mereka para guru baik Habib Munzir ataupun Dewan Guru di MR
dan disampaikan kepada umat. Sanad ini peneliti lampirkan pada bagian lampiran dalam penelitian ini.
Dalam konteks ini peneliti melihat, ralasi antara pelaku dan struktur pada periode kepemipinan Habib Munzir nampaknya belum tercermin
seperti dalam konsepsi Giddens yang menggambarkan relasi tersebut berupa dualitas atau saling mengandaikan. Segala bentuk struktur yakni
aturan dan sumber daya, masih tersentral pada sosok pelaku yaitu Habib Munzir. Tidak adanya struktur tanpa adanya pelaku yaitu sosok Habib
Munzir. Tidak mungkin struktur di MR itu ada tanpa keputusan yang dibuat olehnya. Sang Habib sebagai pelaku sekaligus segala hal yang
diucapkannya menjadi sebuah struktur yang suatu saat bisa berubah sesuai keinginannya. Hal tersebut dikarenakan signifikasinya sebagai seorang
pendiri, pemimpin sekaligus pengajar di MR membuat sosoknya dominan. Maka, sistem yang digunakan MR pada periode Habib Munzir masih
mengadopsi sistem otoritarianisme atau kediktatoran. Pada periode sekarang yaitu periode Dewan Syuro, relasi antara
pelaku dan struktur sudah bersifat dualitas. Dewan Syuro terbentuk dikarenakan struktur kepemimpinan memerlukan pelaku sebab wafatnya
Habib Munzir. Begitu pula sebaliknya, para pelaku yang berada dalam dewan tersebut tak mungkin bergerak pada posisinya sebagai pemimpin
melainkan sudah adanya skema atau struktur kepemimpinan yang terbentuk pada periode Habib Munzir. Secara fungsional, semua aktifitas
yang dilakukan Dewan Syuro dalam sistem MR hanya mengikuti skema yang sudah dibangun oleh Habib Munzir. Sama halnya dengan
terbentuknya Dewan Guru pada periode sekarang. Skema pengajaran yang terbentuk pada periode Habib Munzir memampukan terbentuknya Dewan
Guru dan begitu pula relasi sebaliknya. Maka dari relasi dualitas tersebut, pada periode Dewan Syuro, MR mulai mengadopsi sistem struktural.
b. Transformasi dalam Bidang Dakwah
Seperti majelis taklim lain pada umumnya, fokus awal Majelis Rasulullah SAW ialah pada pengajian atau majelis. Pengajian menjadi
wadah utama dalam mengawali pergerakan dakwahnya. Dilihat dari awal proses terbentuknya MR pada tahun 2000. Habib Munzir sebagai seorang
Da‟i mendapat amanat dari gurunya untuk mengamalkan ilmu yang didapatnya serta mengabdi pada masyarakat melalui berdakwah. Hal
tersebut sebagaimana perintah Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 104:
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. QS Ali Imran [2]: 104
Karakter dakwah yang dilakukan oleh MR melalui pengajian, tercermin dalam sosok Habib Munzir. Sang Habib dalam dakwahnya yang
identik dengan kelemah lembutan, kasih sayang terhadap sesama, dan tidak pernah mencampuri dakwahnya dengan urusan politik. Sang Habib
terus menanamkan hakikat tujuan utama manusia diciptakan yakni untuk ibadah kepada Allah SWT. Bukan berarti beribadah dengan duduk berzikir
sepanjang hari tanpa bekerja atau melakukan urusan yang bersifat dunia lainnya, tetapi mewarnai setiap hari-hari dengan kehidupan yang islami
dalam tuntunan Nabi Muhammad SAW. Kalau seorang itu adalah mahasiswa, dia harus menjadi mahasiswa yang islami yang dalam
belajarnya diliputi sunah-sunah yang diajarkan Rasul. Jika seorang itu adalah pengusaha, dia harus menjadi pedagang yang islami dengan
meneladani cara Rasul dalam berdagang. Begitu pula seterusnya jika seorang itu pengusaha, petani, pegawai dan lain sebagainya.
Pada masa kepemimpinannya, Habib Munzir memiliki otoritas penuh terhadap proses pengajaran yang ada di MR. Sang Habib sebagai pimpinan
berposisi sebagai pengajar tunggal. Meskipun demikian, otoritas Habib Munzir dalam konteks tertentu juga harus merujuk kepada otoritas Habib
Umar bin Hafidh sebagai gurunya dalam ilmu agama. Konteks tersebut salah satunya berkenaan dengan kajian dan kitab bahasan yang akan
dibahas setiap pengajiannya. Kitab-kitab yang dipilih oleh Habib Umar bin Hafidh, itulah yang digunakan oleh Habib Munzir. Adapun beberapa
bidang ilmu yang diajarkan setiap pertemuan, dilakukan secara sistematis dengan menuntaskan atau mengkhatamkan satu kitab. Kitab yang
diajarkan di antaranya, Kitab Hadits Bukhori Muslim hadits, As Syifa Akidah akhlak, Kitab Ar Risalah Al Jamiah fiqih, dan disiplin ilmu
agama lain. Sebagai seorang pengajar yang memiliki otoritas penuh dan pengaruh
yang kuat dalam pengajiannya, Habib Munzir tidak pernah memanfaatkan posisinya itu untuk urusan yang sifatnya pribadi atau untuk urusan yang
keluar dari ajaran Rasul di dalam pengajiannya. Sang Habib tidak pernah mengajari jamaahnya untuk memberontak kepada negara, menyakiti
sesama muslim dan memerangi orang-orang yang berseberangan dalam memahami ajaran Islam. Dakwah dengan lemah lembut dan kasih sayang
menjadi pakaian dakwahnya. Pada periode Habib Munzir terdapat banyak perkembangan terutama
bertambahnya jamaah yang hadir setiap minggunya. Dalam menjaga komitmen jamaahnya, Sang Habib menginsiasi untuk mendistribusikan
kepada para jamaah berupa pembahasan hadits yang di fotokopi dan dibagikan di pintu masuk sebelum pengajian dimulai. Praktek
pendistribusian tersebut hanya dilakukan pada pengajian rutin malam selasa. Hal yang demikian sebagai upaya menarik jamaah untuk tetap
hadir pada pengajian selain malam selasa sebab di malam-malam lain hanya memperluas pembahasan dari hadits yang dibagikan pada pengajian
malam selasa. Seiring dengan kemajuan teknologi yang terus berkembang, pada
tahun 2004 MR membuat website resmi yakni www.majelisrasulullah.org
. Hal tersebut sebagai upaya dari sistem MR dalam beradaptasi dengan
perubahan zaman yang dinamis. Hadirnya website tersebut melihat pada pentingnya media komunikasi dan publikasi antara MR dengan jamaahnya
yang sudah semakin luas cakupannya. Pemanfaatan website tidak hanya diperuntuhkan untuk jamaah MR saja, melainkan untuk semua orang yang
ingin mengetahui informasi terkait MR lebih jauh. Dengan demikian, upaya tersebut juga sebagai bagian dari cara MR menjaga komitmen
jamaahnya dan meraih jamaah lebih banyak. Mengingat bertambahnya jumlah jamaah hingga merambah
Jabodetabek, Habib Munzir dibantu pengurus MR berinisiatif mencetuskan radio dan video live streaming yang bisa diakses melalui
website resmi MR yaitu www.majelisrasulullah.org
. Selain itu juga, hal tersebut guna menjawab keresahan jamaah yang berhalangan hadir
mengikuti pengajian yang setiap minggunya dilakukan di Masjid Al Munawar, Pancoran, Jakarta Selatan atau pengajian di malam-malam lain
yang berlokasi berpindah-pindah sesuai undangan. Fungsi website MR bisa dikatakan sangat kompleks dalam
menunjang dakwah Sang Habib. Pada setiap pengajiannya Habib Munzir selalu menulis resensi terkait apa saja yang disampaikannya kemudian
diposting pada website MR tesebut. Hal demikian dilakukan untuk menjaga keharmonisan antara Habib dengan para jamaah yang
berhalangan hadir maupun yang kurang memahami apa yang disampaikan pada saat pengajian.
Transformasi dalam bidang dakwah pada periode Habib Munzir yang tak kalah penting ialah dibentuknya forum tanya jawab. Forum tanya
jawab dilakukan di website MR dan cukup mendapat antusias dan respon yang baik. Baik dari jamaah khususnya dan umumnya kepada publik. Pada
forum ini berisi pertanyaan seputar akidah, akhlak, hadits, fiqih, dan masalah lain yang berkaitan dengan agama. Forum ini dikelola langsung
oleh Habib Munzir dalam menjawab pertanyaan yang ada di dalamnya. Forum ini dibuat untuk menjaga keharmonisasian MR dengan para
jamaahnya guna mempermudah jamaah untuk bertanya kepada Habib Munzir.
Untuk pembahasan lebih jauh seputar agama, Habib Munzir turut serta menyumbangkan karyanya untuk ilmu pengetahuan agama dengan
menulis beberapa buku di antaranya, Kenalilah Akidahmu jilid 1, Kenalilah Akidahmu jilid 2, Meniti Kesempurnaan Iman, 70 Ceramah
Habib Munzir Almusawa, dan 77 Ceramah Habib Munzir Almusawa. Tidak hanya berupa buku, beberapa karya Sang Habib berupa ceramah
agama juga dituangkan dalam bentuk audio-visual misalnya, kaset tape recorder, DVD, maupun rekaman ceramah yang diunggah ke Youtube.
Pemanfaatan media sosial medsos sebagai sarana dakwah juga tak luput dari pandangan Habib Munzir. Beliau memanfaatkan facebook dan
twitter untuk membahas pengetahuan agama dan menjawab pertanyaan dari publik maupun informasi seputar MR. Kesemuanya dikelola oleh tim
yang dipilih langsung oleh Sang Habib. Begitu pula dengan konten yang akan diupload pada medsos tersebut, kesemuanya atas pantauan dan
persetujan dari Sang Habib. Tim ini biasa disebut oleh Habib Munzir dengan nama Tim Milist MR.
Dalam hal ini, seperti yang diungkapkan Giddens dalam teori strukturasinya tentang konsep perentangan ruang dan waktu sebagai
pembeda antara masyarakat tradisional dan masyarakat modern. Dahulu seperti halnya majelis taklim pada umumnya, segala praktek pengajian
dilakukan dengan adanya pertemuan muka atau kehadiran co presence. Ketika jamaah ingin bertanya seputar masalah agama maupun mencari
informasi tentang MR, harus menghadiri pengajian MR. Tetapi sekarang, jamaah yang ingin tetap ingin mengikuti pengajian bisa menggunakan
video dan radio live streaming kapanpun dan dimanapun dia ingin mengaksesnya pada website resmi MR. Begitu pula dengan jamaah yang
ingin bertanya seputar agama bisa bertanya pada forum tanya jawab yang ada di website tersebut.
Paska wafatnya Habib Munzir, MR terus mengalami perkembangan mengikuti situasi dan kondisi yang terjadi di masyarakat. Pada periode
kepemimpinan Dewan Syuro, transformasi yang dilakukan Habib Munzir di masanya disempurnakan. Dan kesemuanya dikontrol langsung oleh
Dewan Syuro melalui beberapa tim yang ditugaskan untuk melakukan rutinitas yang ada pada masa Habib Munzir seperti forum tanya jawab.
Pada masa Dewan Syuro, forum tersebut dikelola oleh Dewan Guru. Dalam pemanfaatan media sosial, pada masa Dewan Syuro dikelola oleh
tim yang dibentuknya dengan menambahkan instagram sebagai salah satu tambahan sarana dakwah di media sosial.
Pada proses pengajaran yang pada masa Habib Munzir dipegang langsung olehnya, paska wafatnya posisi pengajaran digantikan oleh
Dewan Guru sebagaimana yang telah peneliti paparkan di atas tentang aspek internal organisasi MR. Tiga Dewan Guru yang ditugaskan
mempunyai tugasnya masing- masing. Habib Ja‟far al Athas membahas
kajian fiqih, Habib Alwi al Habsyi membahas kajian hadits, dan Habib Baqir bin Yahya membahas kajian umum dan dzikir. Tugas yang diemban
mereka merupakan instruksi yang diberikan Habib Umar bin Hafidh selaku Dewan Kehormatan MR.
Media audio-visual tak luput dari bidikan periode Dewan Syuro khususnya dengan diproduksinya film Sang Raja Sanubari 1 dan 2 sebagai
salah satu metode dakwah yang menceritakan perjalanan dakwah Habib Munzir. Sang Raja Sanubari merupakan julukan yang diberikan Habib
Umar bin Hafidh kepada mendiang Habib Munzir. Habib Umar menggunakan istilah “Sultonul Qulub” atau dalam bahasa Indonesia yang
berarti raja sanubari hati. Julukan tersebut didapatnya dari kekagumannya terhadap sosok Habib Munzir yang bisa mengumpulkan
ratusan bahkan ribuan hati untuk tunduk khusyuk dalam majelisnya demi mensyiarkan agama Islam. Di dalam film tersebut, tim MR atau dalam hal
ini selaku sutradara menceritakan kembali bagaimana sosok Habib Munzir lebih dekat dalam berdakwah di MR. Hal tersebut sebagai upaya yang
dilakukan MR untuk menambah semangat jamaah untuk tetap hadir dalam setiap pengajian yang diadakan MR melihat dari perjuangan Sang Habib
dalam berdakwah. Dalam hal infrastruktur Dewan Syuro mendirikan Kamar Hijau KH
sebagai labolatorium untuk para tim atau pengurus yang bergerak dibidang
audio-visual memproduksi karya-karyanya. Di antaranya, film Sang Raja Sanubari 1 dan 2, memoar Khodimul Ummah 1 dan 2, dan dokumentasi
event-event besar yang dilakukan MR. Kamar Hijau sendiri bertempat terpisah dari markas MR maupun kediaman Habib Munzir.
Diproduksinya buletin jumat MR merupakan salah satu transformasi yang dilakukan Dewan Syuro. Buletin tersebut mulai diproduksi oleh MR
pada tahun 2016 yang di dalamnya berisi artikel islami, ensiklopedia Islam, tanya jawab seputar agama Islam dan komik nabawi serta kalam-
kalam para ulama. Hal tersebut sebagai upaya dari MR menjaga nilai-nilai Islam yang dianutnya yakni dengan berpegang pada pemahaman Ahlus
Sunnah Wal Jamaah. Melihat pada fenomena hari ini, banyaknya paham- paham yang bersebrangan dengan paham yang dianut MR seperti paham
Wahabiyah. Mereka menyebarkan paham tersebut salah satunya dengan menyebarkan buletin-buletin jumat yang dibagikan di masjid-masjid
ketika sholat jumat.
Gambar 4.2 Buletin Jumat MR
Sumber: www.majelisrasulullah.org
Dalam perkembangannya, periode Dewan Syuro juga merambah ranah teknologi dengan membuat aplikasi MR Dakwah. Langkah tersebut
diambil sebagai bentuk adaptasi sistem MR dalam lingkungan masyarakat di era digital. MR Dakwah bisa di download secara gratis pada gawai di
Play Store Android dan App Store IOS. Hal tersebut cukup praktis untuk mengakses segala hal yang kaitannya dengan MR.
Gambar 4.3 Aplikasi MR Dakwah
Sumber: Dokumentasi Majelis Rasulullah SAW Pemanfaatan aplikasi MR Dakwah ini ditunjukkan untuk
mempermudah para jamaah yang ingin mencari informasi seputar kegiatan MR. Di dalamnya terdapat video ceramah, medsos resmi, waktu sholat,
link ke website resmi MR hingga jadwal pengajian yang diadakan MR. Lokasi pengajian juga ada di dalam aplikasi tersebut untuk mempermudah
jamaah yang tidak mengetahui lokasi pengajian atau majelis yang pada hari-hari tertentu berpindah-pindah. Hal tersebut dipermudah lagi dengan
terhubungnya lokasi majelis dengan satelit Google Map, di mana setiap penggunannya akan ditunjukkan rute ke lokasi majelis dengan dibantu
navigasi dari sistem Google Map tersebut. Hal yang demikian dilakukan MR secara umum menjaga komitmen jamaahnya agar tetap hadir dalam
setiap pengajian atau majelis yang diadakan MR tanpa harus kebingungan mencari alamat lokasi pengajian.
Untuk menjawab perkembangan teknologi, MR juga melahirkan Nabawi TV. Sebuah stasiun televisi yang fokus bergerak di bidang
dakwah Islam. Nabawi TV merupakan tv cable yang dimotori oleh Habib Mukhsin selaku owner sekaligus ketua Dewan Syuro MR. Di dalamnya
berisi program-program yang diperuntuhkan untuk menambah khazanah ajaran Islam. Di antaranya ada . Hal tersebut dilakukan sebagai media
perluasan dakwah yang pada realitanya praktek dakwah bersifat fleksibel tidak monoton hanya pengajian semata.
c. Transformasi dalam Bidang Sosial
Sebagai sebuah sistem yang bergerak di bidang dakwah, MR tidak hanya berfokus pada seputar kegiatan dakwah yang umumnya seperti
pengajian, tabligh akbar, dan kegiatan berbau keagamaan lain. MR sebagai sebuah sistem mampu bertransformasi ke dalam aspek sosial, seperti di
antaranya: a mitra kepolisian; b mitra BNN; c mitra tv; d mitra instansi swasta dan pemerintahan; dan e pembentukan cabang-cabang MR.
Langkah tersebut diambil MR sebagai upaya menyesuaikan diri dengan lingkungan dan sebagai bukti bahwa MR adalah sebuah lembaga
yang tidak hanya mementingkan aspek keagamaan, tetapi juga sosial. Kegiatan tersebut sudah berlangsung sejak periode kepemimpinan Habib
Munzir. Sebagai orang yang memiliki otoritas pada sistem MR, Sang Habib bisa dikatakan punya kedekatan khusus dengan beberapa lembaga
maupun tokoh berpengaruh di Indonesia. Hal tersebut guna mensyiarkan Islam dan menegakkan dakwah Islam.
1. Mitra Kepolisian
Jakarta sebagai kota metropolitan rentan dengan prilaku negatif orang-orang di dalamnya yang biasanya menimpa usia remaja seperti
mabuk-mabukan, perjudian, narkotika, free sex, perampokan dan prilaku kejahatan lainnya. Menurut survey yang dilakukan Polda
Metro Jaya sejak tahun 1999 hingga 2010, angka kriminalitas yang menimpa usia remaja merosot tajam. Saat dilakukan observasi lebih
lanjut kepada para remaja sebagai pelaku tindak kriminalitas, pemerosotan terjadi akibat keikutsertaanya dalam kegiatan yang
dilakukan MR. Hal tersebut diungkapkan sekertaris MR Muhammad Syukron Makmun saat diwawancarai di Sekertariat Majelis Rasulullah
SAW. Hubungan khusus antara MR dengan kepolisian berlangsung sejak
kepemimpinan Habib Munzir hingga sekarang. Pada setiap pengajiaannya, MR yang dalam hal ini sebagai mitra terus berupaya
menghimbau jamaahnya untuk taat pada hukum baik agama maupun negara. Disamping itu, MR juga mensosialisasikan himbauan yang
berupa tertib berlalu lintas pada stiker yang dibagikan kepada jamaah atau famplet pada setiap kegiatan acara pengajiaanya.
Gambar 4.4 Stiker Himbauan Tertib Berlalu Lintas
Sumber: Dokumentasi Majelis Rasulullah SAW MR sebagai sebuah majelis taklim tidak jarang menggelar
kegiatannya di ruang publik seperti lapangan, masjid-masjid besar dan lain sebagainya. Biasanya kegiatan tersebut diselenggarakan pada
event-event tertentu, untuk menghindari membeludaknya jamaah yang ikut serta dalam pengajian tersebut. Hal yang sering dirisaukan usai
acara berlangsung adalah terkait kebersihan. Dalam menjaga keharmonisasian sistemnya pada lingkungan luarnya, MR selalu
menghimbau untuk peduli terhadap kebersihan. Hal tersebut juga tertuang pada striker atau famplet yang dibagikan kepada jamaah saat
acara berlangsung.
Gambar 4.5 Stiker Himbauan Peduli Kebersihan
Sumber: Dokumentasi Majelis Rasulullah SAW Pada masa Habib Munzir, beliau sering kali diundang untuk
memberi ceramah dan motivasi spiritual kepada anggota kepolisian.
Kegiatan tersebut terus berlangsung paska wafatnya Habib Munzir dan digantikan oleh Dewan Guru selaku penanggung jawab dibidang
pengajaran pada periode Dewan Syuro. Bentuk kerjasama lain antara MR dengan kepolisian yakni
keterlibatan Polsek Pancoran saat pengajian rutin MR pada malam selasa di Masjid Al Munawar membantu menertibkan arus lalu lintas
saat selesai pengajian. 2.
Mitra BNN Sebagai sebuah sistem yang bergerak dibidang dakwah Islam, MR
juga konsen pada isu kriminalitas terutama narkotika. Sejak tahun 2010 MR dipercaya Badan Narkotika Nasional BNN sebagai
mitranya dalam mengurangi angka pengguna narkotika di Indonesia khususnya di kalangan remaja. Pada masa Habib Munzir beberapa kali
ia diminta untuk memberi motivasi spiritual pada penghuni lapas BNN. Kegiatan tersebut berlangsung hingga sekarang setelah wafatnya
Habib Munzir dan digantikan oleh Dewan Guru. 3.
Mitra TV Sebagai sebuah majelis taklim, MR juga dikawal oleh stasiun
televisi swasta yakni TV One untuk mensyiarkan nilai Islam secara luas. Terlihat dalam beberapa kegiatan seperti tabligh akbar misalnya,
MR diliput secara langsung oleh TV One pada program Damai Indonesiaku. Kegiatan ini berlangsung sejak kepemimpinan Habib
Munzir dan terus berlangsung hingga sekarang. Hal tersebut tentunya tidak mudah begitu saja, melihat bahwa stasiun televisi mempunyai
beberapa kriteria tertentu untuk menjadikan sebuah tanyangan layak untuk dikonsumsi publik. MR yang pada dasarnya adalah majelis
tradisional mampu menyesuaikan diri dengan klasifikasi yang diminta stasiun televisi tersebut.
4. Mitra Instansi Swasta dan Pemerintahan
Hubungan kerjasama yang dilakukan MR dengan lembaga lain yaitu pada instansi swasta dan pemerintahan. Kerjasama MR dengan
instansi swasta seperti Bank Danamon dan dengan instansi pemerintahan seperti Departemen Keuangan dan Bank Indonesia.
Kerjasama yang dilakukan tersebut dalam bentuk ceramah agama. Pada periode Habib Munzir metode ceramahnya dengan bertutur
secara langsung kepada para audiens sedangkan pada periode Dewan Syuro metode yang digunakan dalam bentuk presentasi melalui layar
proyektor dalam memaparkan beberapa kajian agama dan lebih interaktif dengan adanya tanya jawab dengan audiens.
Pada instansi pendidikan lebih khusus MR membentuk program MR go to scool, office, university. Kegiatan ini baru dibentuk pada
periode Dewan Syuro. Hal tersebut sebagai bentuk kepedulian MR pada akidah Islam di kalangan remaja yang biasanya bersifat labil dan
rentan dengan perbuatan atau perilaku negatif. Metode yang disampaikan presentasi dan diskusi yang dipaparkan oleh Dewan
Guru. Dalam konteks kerjasama ini, seperti yang kekemukakan dalam
Teori Strukturasi tentang konsep regionalisasi praktek-praktek sosial.
Konsep yang merujuk pada lokalisasi atau penzonaan segala aktivitas tertentu dalam ruang dan waktu. Pengajian yang menjadi praktek
utama sebuah majelis taklim pada zona tertentu tereduksi dengan kondisi dimana tempat mereka melakukan praktek tersebut. MR
dengan pengajian yang biasa dilakukannya dengan metode ceramah, ketika memasuki ranah instansi perusahaan dan sekolah ataupun
universitas mengikuti aktivitas yang biasa dilakukan di instansi terkait. Kebutuahan dari instansi tersebut menjadi pertimbangan oleh MR.
Dengan menggunakan model praktek berupa seminar atau diskusi ketika memasuki zona instansi, merupakan bagian dari cara sistem MR
dalam beradaptasi dengan kondisi lingkungan guna menyebarkan nilai- nilai dakwah yang menjadi prinsipnya. Jadi, MR membuat
regionalisasi praktek dakwahnya pada zona instansi swasta ataupun swasta dengan menggunakan metode lain yakni dengan seminar dan
presentasi berupa diskusi. 5.
Pembentukan Cabang-Cabang MR Dalam memperluas cakupan dakwahnya, MR membuat cabang di
beberapa kota di Jabodetabek yang berkisar 300 majelis. Cabang tersebut berupa kerjasama antar majelis taklim lain diberbagai kota di
Jabodetabek dengan MR yang memiliki kesamaan paktek dakwah yakni pengajian. Cabang tersebut bersifat partnership yakni tidak
adanya keterikatan secara struktural dengan sistem MR hanya sebatas pengadaan pengajian bersama. Biasanya cabang tersebut diberikan
jadwal oleh MR setiap bulannya untuk mengadakan pengajian
gabungan. Jadi jika terjadi penyalahgunaan yang mengatas namakan MR, MR bisa mengklarifikasi tidak adanya keterikatan struktural
antara MR dengan cabang misalnya terkait pendanaan acara yang dilakukan cabang tersebut.
Sepak terjang MR tidak hanya pada lingkup kota-kota besar di Jabodetabek saja. Sejak tahun 2000, MR melalui Habib Munzir sudah
mulai menebarkan jejaring dakwahnya ke berbagai pelosok Nusantara diantaranya Mojokerto, Malang, Sekorejo, Tretes, Pasuruan, Sidoarjo,
Surabaya, Probolinggo, Situbondo, dan Banyuwangi untuk wilayah Jawa Timur. Wilayah Bali diantaranya Klungkung, Negara Singaraja,
dan Denpasar. Begitu pula dibeberapa wilayah lain seperti NTB, Madura, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya.
Gambar 4.6 Dakwah di Pelosok Provinsi Irian Jaya
Sumber: www.majelisrasulullah.org
Pada dakwahnya di Provinsi Irian Jaya yakni daerah Manokwari dan Kokoda, daerah tersebut umumnya merupakan daerah yang
terisolir dan minim nya Da‟i yang menyebarkan ilmu agama Islam.
Dari kegiatan dakwah tersebut Habib Munzir memberi perhatian khusus dengan mendirikan pesantren yang dikhususkan untuk putra-
putri Papua yang harapannya adalah untuk mensyiarkan Islam lebih jauh ke pedalaman Papua. Pesantren tersebut diberi nama Pondok
Pesantren Darur Rasul. Hal ini dimotori oleh kegelisahan Sang Habib melihat realita yang terjadi pada dakwahnya yaitu melihat minimnya
para Da‟i, sarana ibadah, dan madrasah Islam yang tidak seperti di kota-kota besar pada umumnya.
Pada tahun 2005, Habib Munzir mendirikan cabang resmi MR di berbagai wilayah besar di Indonesia. Seperti di MR Bali, MR Surabaya
dan MR Papua yang menggunakan nama MR cabang dari wilayah tersebut. MR di Jakarta yang menjadi pusat dari cabang-cabang
tersebut. Secara struktural mereka terikat dengan MR pusat. Segala bentuk kegiatan dakwah yang dilakukan cabang resmi itu terkoordinasi
dengan pergerakan yang ada di MR pusat seperti pengajian, mengikuti prosedur pengajian yang ada di pusat. Baik itu jadwal pengajian rutin
pada malam selasa maupun materi kajian atau kitab yang dibahas, kesemuanya mengikuti MR pusat atas instruksi dari Sang Habib.
Umumnya mereka yang ingin menjadi cabang MR ialah pengajian yang belum memiliki nama majelis taklim. Maka dengan melihat
popularitas MR yang memiliki banyak jamaah dan kesamaan gerak dakwah, mereka mengusulkan untuk membuat pengajiannya sama
seperti MR. Mereka yang memimpin dan mengajar di cabang tersebut
juga umumnya para murid dari Habib Umar bin Hafidh sama seperti Habib Munzir.
Lebih jauh di tahun yang sama, MR mengepakkan sayapnya ke beberapa negara dengan membuat cabang resmi seperti Malaysia,
Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, dan Australia serta Amerika Serikat pada tahun 2012. Kesemuanya juga menggunakan nama MR
dan pimpinan sekaligus pengajar merupakan teman-teman Habib Munzir ketika menimba ilmu di Yaman bersama-sama. Kesemua
cabang tersebut langsung disahkan dan diberi izin oleh Sang Habib. Paska wafatnya Habib Munzir, pembentukkan cabang dan segala
aturannya dilanjutkan oleh Dewan Syuro yang dalam hal ini ialah Habib Nabiel al Musawa sebagai orang yang diberi kewenangan dalam
dewan mengurusi terbentuknya cabang MR. Hingga saat ini cabang resmi MR terus bertambah baik di dalam maupun di luar negeri, di
antaranya cabang Jawa Barat yang berada di Cirebon, Hongkong dan Korea Selatan.
d. Transformasi dalam Bidang Kewirausahaan
Sebagai sebuah sistem yang bergerak di bidang dakwah tentunya MR membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk mengoptimalkan serangkaian
program yang telah dibuatnya. Sumber dana yang biasa didapat MR, biasanya melalui amal jariyah yang diberikan para jamaah dan donatur
secara sukarela. MR tidak mempunyai sumber dana tetap yang di dapat baik dari orang maupun instansi. Maka pada periode kepemimpinan Habib
Munzir tercetuslah untuk membuat Kios Nabawi yang merupakan sumber
dana MR yang dikelola oleh beberapa orang yang ditunjuk langsung oleh Sang Habib. Di dalamya menjual beraneka ragam kebutuhan untuk sarana
ritual keagamaan yang ada di MR serta atribut lain seperti baju muslim, jaket, kopiah, sarung dan lain sebagainya. Kios Nabawi didirikan sejak
tahun 2005 yang bertempat di Jalan Pancoran, Jakarta Selatan. Pada setiap kegiatan pengajan rutin maupun event tabligh akbar, kios nabawi sering
terlihat pada kegiatan tersebut dengan mendirikan stand kios nabawi. Di dalamnya kios nabawi memproduksi sendiri beberapa keperluan jamaah
tersebut yang kesemuanya dialokasikan untuk dakwah MR. Pada periode Dewan Syuro bidang kewirausahaan MR diperluas
seperti jual beli online dengan menggunakan aplikasi MR Shop. Untuk menjawab perkembangan teknologi digital dimana masyarakat pada
umumnya lebih menyukai hal praktis yaitu dengan mengakses internet untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti membayar tagihan telepon,
kartu kredit, PDAM, sampai dengan isi pulsa. Aplikasi jual beli online ini baru diluncurkan pada tahun 2016 dan mendapat antusias yang baik dari
jamaah MR pada khususnya. Hal yang melatar belakangi dibuatnya MR Shop ini karena MR melihat bahwa banyaknya praktek jual beli online di
tengah masyarakat digital sekarang ini. Perusahaan-perusahaan jual beli online tersebut banyak dimonopoli oleh kalangan orang non-muslim yang
hasil keuntungannya diasumsikan masuk ke kantong-kantong pribadi pengusaha tertentu. Maka MR mencoba membuat salah satu wadah jual
beli online yang segala transaksinya sesuai dengan syariat Islam dan keuntungannya diperuntuhkan untuk perkembangan dakwah MR.
MR sebagai sebuah sistem terus menjaga keseimbangan sistem khususnya dalam pembiayaan setiap kegiatan dakwahnya. Dalam hal ini
MR juga membuat usaha air minum dalam kemasan AMDK. Usaha ini bertujuan untuk menjadi sumber pendanaan yang diperuntuhkan untuk
kegiatan dakwah MR dan juga sebagai lapangan pekerjaan baik untuk jamaah maupun masyarakat luas. Selain itu juga MR pada periode Dewan
Syuro ingin membuat usaha lain yaitu Travel Haji dan Umroh. Meskipun saat ini masih dalam tahap perencanaan. Langkah demikian sebagai upaya
yang dilakukan sistem MR beradaptasi dan terus mengikuti perkembangan zaman yang semakin modern. Memberikan penggambaran bahwa sebuah
majelis taklim yang identik dengan kegiatan dakwah seperti pengajian, bisa masuk ke ranah bisnis dengan tetap membawa nilai-nilai Islam yang
dibawanya.
92
BAB V PENUTUP
a. Kesimpulan
Majelis Rasulullah SAW sebagai sebuah sistem majelis taklim terus bertranformasi dalam segala kondisi dan situasi, baik sosial ekonomi dan
teknologi. MR mencoba bertransformasi dari majelis taklim tradisional ke modern. Transformasi yang dilakukan MR sebagai upaya mempertahankan
eksistensi sistemnya yang merupakan lembaga pendidikan Islam non-formal yang bergerak dibidang dakwah Islam. Dalam teori strukturasi, relasi antara
para agen dalam MR dan struktur yang terbangun menghasilkan produksi dan reproduksi praktek-praktek sosial atau dakwah yang terus berulang dari
periode Habib Munzir hingga Dewan Syuro. Keterulangan tersebut tercermin pada transformasi yang dapat terlihat dari beberapa aspek di antaranya:
A. Transformasi dalam Aspek Internal Organisasi
Pada periode kepemimpinan Habib Munzir, sosoknya menjadi sentralitas dari segala praktek yang ada di MR. Identitasnya sebagai
pendiri, pimpinan, dan pengajar yang memampukannya memiliki otoritas dalam segala kebijakan yang ada. Misalnya dalam proses perekrutan dan
proses rapat, kesemua aturan dan hasil akhir mutlak atas keputusannya. Sedangkan paska wafatnya Habib Munzir, terjadi perubahan pola dalam
internal keorganisasian di MR. Dari organisasi yang menisbikan kepada sosok satu orang yakni Habib Munzir, menjadi sebuah dewan yaitu Dewan
Syuro yang menempati posisi kepemimpinan dan Dewan Guru yang menempati posisi pengajar. Segala bentuk kebijakan bersifat mufakat atau
adanya kesepakatan dalam dewan tersebut yang di dalamnya terdiri dari tiga orang.
B. Transformasi dalam Bidang Dakwah
MR sebagai majelis taklim yang memulai dakwahnya dengan pengajian rutin pada malam selasa, banyak terjadi perubahan dan
perkembangan dalam prosesnya. Pada periode Habib Munzir, dalam proses menyebarkan informasi, meraih jamaah dan menjaga komitmen
jamaahnya, hanya melalui kehadiran personal orang yang hadir kemudian diinformasikan kepada jamaah lain. Seiring dengan perkembangan zaman,
hadirnya internet membantu mempermudah proses tersebut dengan membuat website dan media sosial. Pengajian yang dahulu hanya bisa
diikuti dengan hadir ke setiap pengajiaannya, kini dengan munculnya radio dan video live streaming mempermudah jamaah yang tidak sempat
hadir, bisa tetap mengikuti pengajiannya secara langsung dengan mengakses pada website resminnya. Forum tanya jawab juga
dimanfaatkan oleh MR sebagai upaya menjaga komitmen jamaahnya. Forum yang dulunya ada ketika hanya pengajian saja oleh Habib Munzir,
kini guna dipermudah dengan memuatnya di website dan langsung dijawab oleh Sang Habib. Begitu pula paska wafatnya Habib Munzir,
perkembangan MR dalam bidang dakwah yang sudah diawali oleh Habib Munzir terus disempurnakan oleh Dewan Syuro. Berkembangnya
masyarakat yang semakin digital, kemudian MR pada periode Dewan Syuro membuat aplikasi yang mempermudah jamaahnya untuk dapat
mendapat informasi terkait MR dengan nama aplikasi MR Dakwah.
C. Transformasi dalam Bidang Sosial
MR dalam perkembangannya tidak hanya berfokus pada kegiatan dakwah yang umumnya pengajian dan kegiatan keagamaan lain, tetapi
juga bertransformasi ke dalam aspek sosial. Diantaranya, bermitra dengan kepolisian dalam menekan angka kriminalitas pemuda-pemudi di Jakarta.
Lalu, bermitra dengan BNN dalam membantu proses rehabilitasi para korban narkotika. Kemudian, sebagai sebuah sistem, MR mencoba
memberikan output kepada sistem diluarnya dengan masuk ke ranah instansi swasta dan pemerintahan, dengan munculnya program go to
school, go to office dan go to university. Metode yang digunakan tidak seperti pengajian yang biasa dilakukan MR, melainkan berupa seminar
berbentuk diskusi. Dalam mengembangkan dakwahnya di bidang sosial, MR juga membentuk cabang-cabang resmi di berbagai daerah di Indonesia
dan luar negeri. Skema perkembangan tersebut terus berjalan dari periode Habib Munzir sampai sekarang pada periode Dewan Syuro.
D. Transformasi dalam Bidang Kewirausahan
Sebagai majelis taklim yang masih eksis hingga kini, MR membutuhkan pendanaan guna menunjang segala program yang telah
dibuatnya. Dulu, pada periode Habib Munzir, MR tidak hanya mengandalkan amal jariyah jamaah dan donatur secara sukarela, tetapi
MR membentuk sebuah usaha berupa toko yang bernama kios Nabawi, yang keuntungannya dialokasikan untuk kegiatan dakwahnya. Kini, pada
periode Dewan Syuro, usaha tersebut terus bertambah dan berkembang. Di antaranya, dengan membuat usaha jual beli online dalam bentuk aplikasi
dengan nama MR Shop, Air Minum Dalam Kemasan AMDK MR, dan Travel Haji dan Umroh yang masih dalam perencanaan.
Jadi, pada periode Habib Munzir, MR masih mengadopsi sistem dakwah otoritarian atau kediktatoran yang masih tersentral kepada
penokohan Sang Habib dalam segala prakteknya. Sedangkan paska wafatnya Habib Munzir hingga sekarang, MR yang dipimpin oleh Dewan
Syuro, mengadopsi sistem majelis taklim struktural dengan tidak adanya otoritas pelaku melainkan kesepakatan bersama dari para pelaku yang ada
di dalam dewan tersebut.
b. Saran
Pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan saran yang semoga dapat menjadi masukan bagi berlangsungnya dakwah Islam, diantaranya:
1. Bagi para pengurus Majelis Rasulullah SAW, diharapkan bisa terus
menyesuaikan sistemnya dan terus beradaptasi dengan perkembangan zaman yang semakin dinamis.
2. Bagi para jamaah MR, diharapkan tidak hanya menjadi jamaah pasif yang
sekadar hadir mengikuti pengajian saja, tetapi jadilah jamaah aktif dengan membantu semampunya kegiatan dakwah yang dilakukan MR.
3. Bagi masyarakat umum, diharapkan bisa menggunakan fasilitas-fasilitas
dakwah yang dibuat MR untuk menyebarkan ajaran Islam.