Hubungan Budaya Organisasi terhadap Motivasi Kerja Hubungan Kepuasan Kerja terhadap Motivasi Kerja

25 Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian motivasi maka yang dimaksud dengan motivasi kerja dalam konteks penelitian ini adalah pemberian daya penggerak kepada seseorang yang dapat memberikan semangat bekerja, efektif dalam bekerja, dan integrasi dengan usaha untuk mencapai sesuatu yang spesifik sesuai dengan tujuan tertentu untuk mendapatkan kepuasan: Faktor hygiene disebut sebagai sumber ketidakpuasan karena merupakan suatu motivasi ekstrinsik yaitu terdiri dari faktor-faktor yang diperoleh karyawan dari organisasi tempatnya bernaung yang berkaitan dengan lingkungan pelaksanaan pekerjaan yang dapat memicu rasa ketidakpuasan kerja karyawan; Faktor motivator disebut sebagai sumber kepuasan karena merupakan suatu motivasi instrinsik yaitu terdiri dari faktor-faktor yang ditanamkan organisasi dalam diri karyawan berkaitan dengan pekerjaan itu sendiri. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa motivasi dan kepuasan kerja merupakan dua unsur yang saling terkait dan berdampak luas, khususnya bagi kehidupan pribadi karyawan dan umumnya bagi kelangsungan hidup organisasi.

2.5. Hubungan Budaya Organisasi terhadap Motivasi Kerja

Budaya Organisasi adalah suatu sistem nilai yang menjadi pegangan bagi mereka yang terlibat di dalam suatu organisasi, yang dapat dijadikan sebagai faktor pembeda terhadap organisasi lain, selain menjadi acuan untuk mengendalikan perilaku organisasi dan perilaku anggota organisasi dalam interaksi antar anggota organisasi dan interaksi dengan organisasi lainnya. Sedangkan, motivasi kerja adalah dorongan upaya dan keinginan yang ada dalam diri manusia yang mengaktifkan tugas-tugas dalam lingkup pekerjaannya. Hakikat dari motivasi adalah dorongan untuk melakukan segala sesuatu yang lebih baik dari lainnya dalam melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan. Budaya organisasi yang sifatnya dapat dikelola dan berubah memungkinkan setiap individu mengubah perilaku lama menjadi perilaku baru dan budaya organisasi yang positif akan mendorong motivasi kerja karyawan dan meningkatkan efektivitas organisasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa makin kuat budaya organisasi karyawan maka makin tinggi pula motivasi kerjanya. 26

2.6. Hubungan Kepuasan Kerja terhadap Motivasi Kerja

Kepuasan kerja adalah perasaan dan penilaian seseorang atas pekerjaannya, khususnya mengenai kondisi kerjanya, dalam hubungannya dengan apakah pekerjaannya mampu memenuhi harapan, kebutuhan dan keinginannya. Sementara itu, motivasi kerja adalah dorongan, upaya dan keinginan yang ada di dalam diri manusia yang mengaktifkan, memberi daya, serta mengarahkan perilaku untuk melaksanakan tugas-tugas dengan baik dalam lingkup pekerjaannya. Motivasi kerja antara lain ditandai dengan dorongan untuk bekerja baik dan mempertahankan umpanbalik. Seorang yang bekerja pada suatu organisasi bertujuan untuk mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya, juga mempunyai beberapa harapan, hasrat dan cita-cita yang diharapkan dapat dipenuhi dari tempat mereka bekerja. Jika di dalam menjalani pekerjaan tersebut ada kesesuaian antara harapan dan kenyataan yang dihadapi maka akan timbul kepuasan di dalam diri karyawan. Seorang karyawan akan mendapatkan kepuasan kerja bilamana perasaannya mengatakan bahwa imbalan yang diterimanya nilainya lebih tinggi dari pengorbanannya. Kelebihan yang mereka peroleh masih cukup untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya yang lain. Dalam hubungan dengan motivasi kerja, keputusan yang diperoleh pekerja tersebut dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap semangat dan kinerja mereka. Oleh karena itu, motivasi kerja adalah suatu faktor yang berpengaruh pada pekerja di dalam melaksanakan tugas dan aktivitasnya. Hal ini didasarkan pada asumsi-asumsi berikut: 1 individu mempunyai kesadaran yang bervariasi, tujuan yang kompleks serta perasaan bersaing, 2 sebagian besar perilaku individu dilakukan dengan sadar dan mengarah pada tujuan, dan 3 individu memberi reaksi, penilaian serta perasaan terhadap hasil kerjanya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa makin tinggi kepuasan kerja, maka akan makin tinggi pula motivasi kerja. Berdasarkan Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 7, No. 2, September 2005, yang ditulis oleh H. Teman Koesmono berjudul pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi dan kepuasan kerja serta kinerja karyawan pada sub sektor industri pengolahan kayu skala menengah di Jawa Timur. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menemukan bagaimana besarnya pengaruh 27 budaya organisasi terhadap motivasi, kepuasan kerja dan kinerja karyawan khususnya karyawan di bagian produksi, adapun analisis data dengan menggunakan SEM Structural Equation Modelling program Analysis of Moment Structure AMOS Versi 5.0 disertai dengan uji kesesuaian model Goodness of Fit pada persamaan stuktural. Analisis yang diuraikannya menyimpulkan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap motivasi dan kepuasan kerja serta kinerja pada karyawan industri pengolahan kayu skala menengah di Jawa Timur dapat diterima. Keempat variabel tersebut merupakan faktor-faktor dalam perilaku organisasi yang harus mendapatkan perhatian khusus bagi semua pihak yang terkait dengan proses produksi. Penelitian ini dapat memberikan informasi pada manajemen dalam mengelola sumber daya manusia, artinya bahwa mengelola sumber daya manusia tidak terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerjanya. Pada prinsipnya tujuan mengelola sumber daya manusia adalah untuk mencapai kesejahteraan bersama antara perusahaan dan semua karyawan yang terlibat dengan aktivitas perusahaan. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada perusahaan yang sejenis tetapi berskala besar dengan tujuan untuk mengetahui apakah budaya organisasi berpengaruh terhadap motivasi dan kepuasan kerja serta kinerja karyawan berlaku pula bagi perusahaan yang berskala besar. Hal ini perlu dilakukan karena kemungkinan yang terjadi adalah adanya perbedaan pengaruh motivasi terhadap kepuasan kerja karyawan antara perusahaan skala menengah dan besar, disamping itu apakah ada perbedaan kepuasan kerja dan kinerja antara perusahaan skala menengah dan besar.

2.7. Kajian Penelitian Terdahulu