Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku Konsumen Menurut Perspektif Islam

19 hasil investasi dana tabunga dan dana khusus tabarru yang ditentukan oleh perusahaan. b. Apabila pihak yang diasuransikan meninggal dunia dalam masa asuransi, maka pihak yang ditunjukan akan menerima : Santunan kebijakan sebesar manfaat awal dan nilai tunai, yang terdiri dari Dana investasi yang telah disetor dan bagi hasil mudharabah sebesar 70 dari pengembangan dana investasi c. Apabila peserta mengundurkan diri sebelum akhir masa asuransi, maka peserta akan menerima nilai tunai yang terdiri dari Dana investasi yang telah disetor dan bagi hasil mudharabah sebesar 70 dari pengembangan dana investasi. 20

D. Perilaku Konsumen

1. Pengertian Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah low-involvement proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi high- 20 Mirantini Tri Kuntari, Analisis Swot pada Produk Asuransi Mitra Mabrur Plus pada PT. AJB Bumiputra 1912 Syariah, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. 20 involvement proses pengambilan keputusan dilakukan dengan dengan pertimbangan yang matang. 21 Dikemukakan juga oleh para ahli, salah satunya yaitu menurut Philip Kotler Kevin Lane Keller 2007:2 perilaku konsumen merupakan studi tentang cara individu, kelompok, dan organisasi menyeleksi, membeli, menggunakan, dan mendisposisikan barang, jasa, gagasan, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. 22 Menurut Solomon, Perilaku konsumen adalah proses-proses yang terjadi manakala individu atau kelompok memilih, membeli, menggunakan, atau menghentikan pemakaian produk, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan hasrat tertentu. Solomon, 2013. 23

2. Perilaku Konsumen Menurut Perspektif Islam

Perilaku konsumen menurut perspekstif islam yaitu perilaku konsumen yang berdasarkan tuntunan Al- Qur‟an dan Hadis dan didasarkan atas rasionalitas yang disempurnakan yang mengintegrasikan keyakinan kepada kebenaran yang „melampaui‟ rasionalitas manusia yang sangat terbatas ini. bekerjanya „invisible hand‟ yang didasari oleh asumsi rasionalitas yang bebas nilai tidak memadai untuk mencapai tujuan ekonomi Islam yakni terpenuhinya kebutuhan dasar setiap orang dalam suatu masyarakat. 21 Pengertian Konsumen Dalam Arti Luas Dalam Pelaksanaan Perlindungan Konsumen di Indonesia http:bimotedjolaksito.blogspot.com penerapan-pengertian-konsumendalam. Di akses pada hari kamis, 9 februari 2016 22 Philip Kotler Kevin Lane Ke ller, Marketing Management, 12th Edition, terj. Benyamin Molan Jakarta: PT. Indeks, 2007, hal.213. 23 Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa – Prinsip, Penerapan, dan Penelitian, Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 2014, hal.50. 21 Islam memberikan konsep adanya an-nafs al-muthmainnah jiwa yang tenang. Jiwa yang tenang ini tentu saja tidak berarti jiwa yang mengabaikan tuntutan aspek material dari kehidupan. Disinilah perlu diinjeksikan sikap hidup peduli kepada nasib orang lain yang dalam bahasa Al- Qur‟an dikatakan “al-iitsar‟. Berbeda dengan konsumen konvensional. Seorang muslim dalam penggunaan penghasilanya memiliki 2 sisi, yaitu pertama untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya dan sebagiannya lagi untuk dibelanjakan di jalan Allah. 24 Dalam Islam, konsumsi tidak dapat dipisahkan dari peranan keimanan. Peranan keimanan menjadi tolak ukur penting karena keimanan memberikan cara pandang dunia yang cenderung mempengaruhi kepribadian manusia. Keimanan sangat mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi baik dalam bentuk kepuasan material maupun spiritual. Batasan konsumsi dalam islam tidak hanya memperhatikan aspek halal-haram saja tetapi termasuk pula yang diperhatikan adalah yang baik, cocok, bersih, tidak menjijikan. Larangan israf dan larangan bermegah-megahan. Begitu pula batasan konsumsi dalam syari‟ah tidak hanya berlaku pada makanan dan minuman saja. Tetapi juga mencakup jenis-jenis komoditi lainya. Pelarangan atau pengharaman konsumsi untuk suatu komoditi bukan tanpa sebab. Pengharaman untuk komoditi karena zatnya karena antara lain memiliki kaitan langsung dalam membahayakan moral dan spiritual. 25 24 Adiwarman, Ekonomi Mikro Islami,Jakarta,PT. Raja Grafindo Persada, 2007 hal.62 25 Adiwarman, Ekonomi Mikro Islami,Jakarta,PT. Raja Grafindo Persada, 2007 hal.63 22

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Konsumen