103
kesehatan. Jika pasien kecewa terhadap sikap petugas, maka akan menimbulkan ketidakpuasan terhadap pelayanan Gurusinaga, 2015.
6.5. Hubungan Professional knowledge and skill dengan Kepuasan Pasien
Kategori ini terdiri dari aktivitas caring seperti melakukan tindakan keperawatan, bersikap percaya diri, menggunakan gaya bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti oleh pasein Wolf, et al, 1994. Achmad 2000 dalam Hartati 2011 menyebutkan bahwa kepuasan pasien ditentukan oleh keyakinan pasien
terhadap petugas. Keyakinan ini akan timbul ketika pasien melihat dan merasakan keterampilan dan kemampuan dari petugas yang mempuni.
Wolf 1985 menyebutkan bahwa perawat diharapkan kompeten dalam profesinya, ahli, menguasai, tangkas dan penuh percaya diri dalam melakukan
prosedur perawatan, perawat diharapkan serius dalam bekerjanya, periang tetapi jelas tulus merawatnya.
Hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa perawat sudah berada pada kategori baik dalam hal pengetahuan dan keterampilan
profesional. Mayoritas pasien menilai perawat selalu mengetahui bagaimana memberikan suntikan, infus, dan lain-lain, selalu bersikap percaya diri dengan
pasien, selalu menggunakan gaya bahasa yang lembut terhadap pasien, menjelaskan tindakan medis yang akan dilakukan, mengelola peralatannya secara terampil, selalu
memberikan obat pasien tepat waktu, menjaga kerahasiaan informasi pasien, memberitahukan rencana perawatannya kepada pasien dan keluarga, dan selalu
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti selama perawatan.
104
Namun, masih ada perawat yang tidak puas dengan perawat yang jarang menjelaskan rencana perawatannya kepada pasien dan keluarga pasien dengan
persentase 31 atau 21 orang. Padahal salah satu hak pasien berdasarkan pasal 52 UU No. 292004 adalah mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan
medis. Gaffar 1999 dalam Hartati 2011 menyebutkan bahwa salah satu fungsi dari
perawat adalah
menjadi communicator.
Perawat hendaknya
mampu mengkomunikasikan apapun kebutuhan informasi pasien, dan yang paling penting
adalah pasien atau keluarga pasien harus tau rencana keperawatan yang akan dilakukan terhadap pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Ryan 2009 menyebutkan
bahwa informasi perawatan masuk kedalam keamanan pasien. Parasuraman, et al 1985 menyebutkan bahwa salah satu dimensi kepuasan pasien adalah assurance.
Dari hasil statistik diperoleh nilai probabilitas Pvalue alpha 0,05. Artinya ada hubungan antara professional knowledge and skill dengan kepuasan pasien di
ruang perawatan Teratai RSUP Fatmawati tahun 2016. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin baik professional knowledge and skill perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien maka tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan akan semakin baik juga.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wolf, et al 1998 didapatkan Pvalue 0,01 alpha 0,05 yang berarti adanya hubungan antara caring perawat
dengan kepuasan pasien. Begitupula dengan penelitian yang dilakukan oleh Gurusinaga 2015 yang mendapatkan hubungan antara professional knowledge and
skill dengan kepuasan pasien dengan nilai Pvalue 0,031 alpha 0,05.
105
Arquiza 1997 dalam Gurusinaga 2015 menyebutkan bahwa perawat yang mempunyai rasa menghormati manusia maka akan memandang klien sebagai
individu yang unik dan menganggap bahwa klien berhak mendapatkan perlakuan sesuai dengan martabatnya sebagai manusia sehingga perawat melakukan asuhan
keperawatan dengan menerapkan prinsip etik seperti menghormati pilihan klien, tidak membeda-bedakan klien, mengijinkan klien berpartisipasi dalam perawatannya
dan lain-lain. Pendapat ini diperkuat oleh Potter Perry 2005 yang menyatakan bahwa hubungan caring yang terbentuk antara klien dan perawat membantu perawat
untuk lebih mengenal klien secara individu yang unik sehingga perawat dapat menentukan tindakan keperawatan yang sesuai dan efektif bagi klien.
6.6. Hubungan Positive Connectedness dengan Kepuasan Pasien