Perilaku sosial dari mambruk victoria dapat dilihat dari perilaku mambruk yang akan mengeluarkan suara “hoooom” berulang-ulang untuk memanggil
mambruk victoria lain agar bergabung untuk menikmati makanan bersama-sama. Selain itu, suara yang sama akan dikeluarkan ketika mambruk merasa terganggu
atau terancam. Namun, perilaku yang ditunjukkan adalah mengeluarkan suara yang disertai suara kepakan sayap mambruk yang terbang meninggalkan lokasi
tempat berkumpul Warsito 2010. Aktivitas harian mambruk victoria di dalam penangkaran adalah berkumpul
dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 ekor. Perkelahian antar
burung mambruk jantan juga sering terjadi di dalam penangkaran untuk memperebutkan burung betina. Perkawinan mambruk dimulai dengan gerakan
menggangguk-anggukkan kepala yang diikuti dengan gerakan mengais tanah sambil mengeluarkan suara “hoooomm” untuk menarik perhatian burung betina.
Proses perkawinan mambruk di dalam penangkaran terjadi sangat singkat dan dilakukan di sembarang tempat. Proses ini biasanya dilakukan pada saat burung
mambruk sedang istirahat Warsito 2010. Proses pengasuhan anakan mambruk biasanya dilakukan oleh kedua
induknya. Anakan mambruk secara naluriah dilatih untuk mencari makan dengan cara mengais-ngais tanah maupun mematuk-matuk. Selama masa pengasuhan,
induk mambruk akan menjaga dan membantu mencari makanan hingga anakan mambruk sampai pada usia dewasa 8
– 10 bulan. Setelah anakan mambruk mencapai usia dewasa, kedua induk mambruk secara alamiah akan berjalan
sendiri untuk memisahkan diri dengan anaknya dan pada akhirnya induk mambruk dapat berkembang biak lagi Warsito 2010.
2.7 Teknik Penangkaran
Penangkaran merupakan kegiatan untuk mengembangbiakkan jenis-jenis satwaliar dan tumbuhan alam yang bertujuan untuk memperbanyak populasi
dengan mempertahankan kemurnian jenis sehingga kelestarian dan keberadaannya di alam tetap terjaga
yang meliputi kegiatan pengumpulan bibit, mengembangbiakan, memelihara, membesarkan, dan restocking yang bertujuan
untuk melestarikan satwa liar dan tumbuhan alam maupun memperbanyak populasinya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Thohari 1987.
Menurut Helvoort et al. 1986, berdasarkan tujuannya penangkaran dibagi menjadi dua yaitu untuk tujuan budidaya dan konservasi yang dapat dilihat pada
Tabel 3. Tabel 3 Perbedaan antara penangkaran untuk tujuan budidaya dan untuk tujuan
konservasi
Aspek Budidaya
Konservasi
Obyek Beberapa individu dan ciri-cirinya
Suatu populasi dan ciri-cirinya Ras varietas, forma
Jenis atau anak jenis Jumlah Individu total yang
dimanipulasikan N terbatas Jumlah total individu N besar
Sasaran Domestikasi
Release pelepas-liaran
Perubahan jenis dalam arti menciptakan ras atau forma
Tidak merubah jenis Komersial terutama segi kuantitas
Non-komersial Terkurung untuk selama-lamanya.
Pengembalian kepada alam asli Manfaat
Memenuhi kebutuhan material protein, kulit, dan lain-lain
Mempertahankan stabilitas ekosistem
Memenuhi kebutuhan batin dan sosial
Meningkatkan nilai keindahan alam Jangka waktu
Pendek sampai sedang 1 –250 tahun Selama-lamanya
Metode Menerapkan teknologi reproduksi
IB, IVF, TE, dll Mempertahankan seks rasio
Meningkatkan jumlah individu yang mau kawin
Menjaga keturunan agar tidak di dominasi jenis tertentu
Penentuan pasangan diatur Penentuan pasangan secara acak
Memungkinkan terjadinya inbreeding
dan mutasi gen Menghindari terjadinya inbreeding
dan mutasi gen
Menangkarkan mambruk victoria merupakan salah satu bentuk kegiatan yang harus dilakukan untuk menanggulangi punahnya mambruk victoria di alam.
Kegiatan penangkaran mambruk victoria dapat membantu keberlangsungan hidup satwa ini yang di habitat alaminya karena mambruk victoria banyak diburu untuk
dimanfaatkan keindahan bulunya dan sebagai sumber protein hewani serta untuk mengurangi ancaman-ancaman yang ditimbulkan oleh predator Setio
Takandjandji 2007; Brancato 2004. Menurut Warsito 2010, lokasi penangkaran mambruk victoria sebaiknya
dibangun di tempat yang sejuk atau memiliki banyak pepohonan dan suasana yang agak tenang atau jauh dari keramaian atau pemukiman penduduk untuk
menghindari mambruk dari gangguan dan mengurangi stress. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan dalam penangkaran mambruk adalah kandang. Kandang yang
diperlukan dalam menangkarkan mambruk setidaknya terdapat dua buah kandang yaitu kandang karantina dan kandang pemeliharaan. Dalam menangkarkan
mambruk sebaiknya juga memperhatikan aspek kesehatan mambruk, baik dari
segi pakan maupun obat. Penanaman pakan buah alami di sekitar penangkaran seperti jambu air Syzigium sp., pepaya Carica papaya, buah beringin Ficus
sp., kersen Muntinga sp., jagung Zea mays, dan kacang-kacangan, selain sebagai tempat berlindung dan penghasil pakan, jenis-jenis tumbuhan tersebut
juga dapat membuat burung mambruk merasa lebih nyaman seperti di habitat alaminya. Menurut Warsito 2010, penyakit yang menyerang mambruk di
penangkaran pada umumnya hampir sama dengan penyakit yang menyerang pada ayam atau unggas seperti penyakit cacingan, CRD Crhonic Respiratory Disease,
berak darah, berak kapur Pullorum, radang usus Quail Enteritis, dan cacar unggas Fowl Pox.
Selain itu, pemilihan induk yang baik dan dapat dijadikan sebagai bibit atau induk produktif juga termasuk dalam satu teknik menangkarkan mambruk.
Pengaturan penetasan dengan menggunakan mesin penetas memiliki daya tetas yang lebih baik apabila telur tersebut berumur 4
– 7 hari dengan pengaturan suhu 37
– 39
o
C dan dengan kelembaban 67 – 70 serta diletakkan pada posisi miring
45
o
dan dibalik atau diputar setiap empat jam sekali agar telur mendapatkan panas yang merata. Selain itu, proses penyapihan anakan mambruk dilakukan dengan
cara yang sederhana yakni anakan mambruk yang baru menetas diletakkan di dalam kotak yang agak terbuka berukuran 45 cm × 45 cm dengan diberikan lampu
lima watt dan suhu berkisar antara 25 – 30
o
C sehingga dapat memberikan kehangatan bagi anakan mambruk Warsito 2010.
BAB III METODE PENELITIAN