3. Perilaku sosial merupakan interaksi diantara individu mambruk victoria:
a Saling menyelisik bulu
b Saling mendekati
c Saling mengejar
d Saling mematuk
Pengamatan mengenai aktivitas harian mambruk victoria dilakukan dengan menggunakan metode one-zero sampling yaitu dengan memberikan nilai 1 satu
jika ada aktivitas dan memberikan nilai 0 nol jika tidak ada aktivitas Martin Bateson 1988. Jumlah contoh mambruk victoria yang diamati
aktivitasnya adalah dua individu yang mewakili jenis kelamin jantan dan jenis kelamin betina. Pengamatan dilakukan selama 10 jam mulai dari pukul 07.00
– 17.00 WIB. Pengamatan aktivitas harian mambruk victoria dilakukan selama 10
hari dengan masing-masing jenis kelamin dilakukan pengamatan selama lima kali ulangan atau tiap jenis kelamin dilakukan pengamatan selama lima hari.
Dalam pengamatan aktivitas harian juga dilakukan pengambilan data mengenai mengenai ciri morfologi dari mambruk victoria untuk mengetahui
perbedaan jantan dan betina yang diamati meliputi panjang badan, lingkar badan, panjang paruh, panjang kaki, panjang ekor, panjang rentangan sayap, dan tinggi
mahkota yang diketahui berdasarkan pengukuran langsung terhadap individu jantan dan individu betina mambruk victoria yang diamati.
3.3.2 Data sekunder
Data sekunder diperlukan sebagai bahan penunjang dari data primer yang akan diambil. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur mengenai cara
hidup, pola perilaku, dan faktor-faktor lain yang menunjang keberhasilan dalam kegiatan penangkaran mambruk victoria.
3.4 Analisis Data
3.4.1 Teknik penangkaran
Analisis data mengenai teknik penangkaran dilakukan secara deskriptif dengan menguraikan dan menjelaskan mengenai teknik pengelolaan penangkaran
mambruk victoria yang dilengkapi dengan tabel, gambar, dan kurva yang relevan. Selain itu, untuk mengetahui tingkat keberhasilan breeding dalam penangkaran
mambruk victoria di MBOF, data diolah secara kuantitatif dengan menggunakan rumus:
a. Persentase daya tetas telur:
a = ∑ telur yang berhasil menetas
b = ∑ total telur yang dihasilkan
b. Persentase angka kematian:
M = ∑ anak yang mati
Mt = ∑ total anak
c. Persentase tingkat perkembangbiakan:
I = ∑ induk yang bertelur
It = ∑ total induk
Untuk mengetahui tinggi rendahnya persentase tingkat keberhasilan breeding
pada mambruk victoria di MBOF, dapat ditentukan dengan beberapa kriteria antara lain:
a. Kriteria daya tetas telur: c. Kriteria tingkat perkembangbiakan:
– 30 = rendah
– 30 = rendah 31
– 70 = sedang 31
– 70 = sedang 71
– 100 = tinggi 71
– 100 = tinggi b.
Kriteria angka kematian: – 30
= rendah 31
– 70 = sedang 71
– 100 = tinggi
3.4.2 Aktivitas harian
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan mengenai aktivitas harian mambruk victoria kemudian dianalisis dan disajikan secara deskriptif yang
dilengkapi oleh gambar, tabel, dan kurva atau grafik yang relevan. Untuk
2
mengetahui presentase frekuensi suatu aktivitas dari total lamanya pengamatan aktivitas dalam sehari digunakan rumus:
Persentase frekuensi aktivitas =
Keterangan: X
= frekuensi tingkah laku dalam n jam pengamatan Y
= total frekuensi perilaku dalam 10 jam pengamatan 10 jam = 600 menit Selain itu, untuk mengetahui waktu yang digunakan dari suatu tingkah laku
dalam satu hari menggunakan rumus:
Persentase waktu seluruh tingkah laku =
Keterangan: A
= waktu yang digunakan untuk suatu tingkah laku dalam satu hari pengamatan
B = total waktu pengamatan dalam satu hari 10 jam = 600 menit
Pengujian terhadap hubungan antara parameter yang diukur dan diamati menggunakan hipotesis sebagai berikut:
H = tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan aktivitas harian
mambruk victoria H
1
= ada hubungan antara jenis kelamin dengan aktivitas harian mambruk victoria
Hipotesis tersebut kemudian diuji menggunakan uji X
2
atau khi-kuadrat Walpole 1997, melalui rumus:
X
2
hitung
= Keterangan:
Oi = nilai pengamatan aktivitas harian mambruk victoria
Ei = nilai harapan aktivitas harian mambruk victoria
Untuk mengetahui nilai harapan mambruk victoria, dapat dicari dengan menggunakan rumus:
Ei =
Pengambilan keputusan atas hipotesis yang diuji dengan uji khi-kuadrat dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
Jika X
2 hitung
dari X
2 tabel
, maka tolak H Jika X
2 hitung
dari X
2 tabel
, maka terima H
Untuk mengetahui nilai pada X
2 tabel
maka digunakan rumus:
db = p-1
Keterangan: p = banyaknya ulangan
Selain itu, selang kepercayaan SK yang digunakan adalah sebesar 99 dengan X
2 tabel
untuk α
0,99;4
adalah 0,297.
BAB IV KONDISI UMUM
4.1
Sejarah Kawasan
Penangkaran Mega Bird Farm didirikan pada tahun 1996 berdasarkan hobi pengelola dalam memelihara burung khususnya burung-burung berkicau dan
burung jalak bali Leucopsar rothschildi. Pada tahun 2010, lokasi ini berganti nama menjadi Mega Bird and Orchid Farm MBOF yang kemudian disahkan
dan diakui oleh pemerintah berdasarkan pada Surat Keputusan Direktorat Jenderal PHKA No. SK. 22IV-SET2010 tentang pemberian izin penangkaran jalak bali
Leucopsar rothschildi yang dilindungi oleh undang-undang dan Surat Keputusan BBKSDA Jawa Barat No. SK. 164BBKSDA-JABAR-12010 tentang pemberian
izin penangkaran burung yang tidak dilindungi oleh undang-undang serta pada tahun 2011, pemerintah juga telah mengeluarkan surat keputusan melalui
Direktorat Jenderal PHKA dengan No. SK. 22IV-SET2011 tentang izin usaha penangkaran burung aves yang dilindungi oleh undang-undang.
4.2 Tujuan dan Manfaat
Mega Bird and Orchid Farm memiliki tujuan untuk kegiatan konservasi
pelepas-liaran ke alam dan untuk tujuan ekonomi. Selain itu, penangkaran ini juga memiliki manfaat antara lain:
a. Untuk kegiatan pendidikan dan penelitian.
b. Menjaga jenis-jenis dilindungi dari ancaman kepunahan.
c. Mengembangbiakkan jenis-jenis dilindungi di luar habitat aslinya
dengan tetap menjaga kemurnian genetiknya.
4.3 Letak dan Luas Kawasan
Secara administratif, MBOF terletak di Desa Cijujung Tengah, RT. 05 RW. 04, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi
tersebut memiliki luas total sebesar 23.500 m
2
yang terdiri dari luas bangunan sebesar 10.000 m
2
dan luas pekarangan sebesar 13.500 m
2
.