II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pusat Perbelanjaan
Pusat perbelanjaan adalah kompleks pertokoan yang dikunjungi untuk membeli atau melihat dan membandingkan barang-barang dalam memenuhi
kebutuhan ekonomi sosial masyarakat serta memberikan kenyamanan dan
keamanan berbelanja bagi pengunjung.
Pusat perbelanjaan merupakan suatu kelompok perbelanjaan pertokoan terencana yang dikelola oleh suatu manajemen pusat, yang menyewakan unit-unit
kepada pedagang dan mengenai hal-hal tertentu pengawasannya dilakukan oleh manajer yang sepenuhnya bertanggungjawab kepada pusat perbelanjaan tersebut
Nadine Beddington 1982.
Dilihat dari luas areal pelayanan berdasarkan U.L.I. standar Shopping
Centers, Planning, Development Administration, Edgar Lion P.Eng
1. Regional Shopping Centers : Luas areal antara 27.870
– 92.900 m2, terdiri dari 2 atau lebih yang seukuran dengan department store. Skala pelayanan antara 150.000
– 400.000 penduduk, terletak pada lokasi yang strategis, tergabung dengan lokasi
perkantoran, rekreasi dan seni. 2. Community Shopping Centre :
Luas areal antara 9.290 – 23.225 m2, terdiri atas junior departmen store,
supermarket dengan jangkauan pelayanan antara 40.000-150.000 penduduk, terletak pada lokasi mendekati pusat-pusat kota wilayah.
3. Neigbourhood Shopping Centre : Luas areal antara 2.720
– 9.290 m2. Jangkauan pelayanan antara 5.000-40.000 penduduk. Unit terbesar berbentuk supermarket, berada pada suatu lingkungan
tertentu. EPB yang memiliki luas 39,895 m2 termasuk kedalam Regional Shopping
Center. Dilihat dari jenis barang yang dijual Design for Shopping Centers, Nadine Beddington.
1. Demand permintaan, yaitu yang menjual kebutuhan sehari-hari yang juga merupakan kebutuhan pokok.
2. Semi Demand setengah permintaan, yaitu yang menjual barang-barang untuk kebutuhan tertentu dalam kehidupan sehari-hari.
3. Impuls barang yang menarik, yaitu yang menjual barang-barang mewah yang menggerakkan hati konsumen pada waktu tertentu untuk membelinya.
4. Drugery, yaitu yang menjual barang-barang higienis seperti sabun, parfum dan lain-lain.
2.2. Definisi Jasa
Menurut Kotler jasa adalah tindakan yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak berakibat pada
kepemilikan atas sesuatu. Jasa merupakan aktivitas ekonomi yang hasilnya bukan berbentuk produk fisik atau konstruksi, yang umumnya dihasilkan dan dikonsumsi
secara bersamaan serta memberikan nilai tambah misalnya kenyamanan, hiburan,
kesenengan atau kesehatan konsumen.
Menurut Hamdani 2009 produksi jasa bisa berkaitan dengan produk fisik atau sebaliknya. Jasa sebagai suatu produk memiliki karakteristik yang sangat
berbeda dengan produk yang bersifat konkret physical product seperti pada
barang-barang manufaktur. Karakteristik jasa meliputi:
1. Intangible tidak berwujud Jasa tidak dapar dilihat, dirasa, diraba, didengar atau dicium sebelum jasa itu
dibeli. Nilai penting dari hal ini adalah nilai tak berwujud yang dialami konsumen dalam bentuk kenikmatan, kenyaman dan kepuasan.
2. Unstorability tidak dapat disimpan Jasa tidak mengenal persediaan atau penyimpanan dari produk yang telah
dihasilkan. Pada umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Produk jasa bagaimanapun juga tidak ada yang benar-benar mirip antara yang
satu dengan yang lainnya.
2.3. Definisi Kepuasaan Konsumen
Kepuasan konsumen diartikan sebagai sesuatu yang dipengaruhi oleh nilai- nilai suatu kinerja layanan service yang disuguhkan pegawai kepada pelanggan.