B. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mendeskripsikan hubungan antara skemata dengan kemampuan menulis teks eksposisi siswa Kelas X SMA
Negeri 1 Kalasan. Sebelumnya telah diuraikan karakteristik setiap variabel penelitian dan hasil uji hipotesis. Hal tersebut dijadikan dasar pada pembahasan
penelitian ini.
1. Skemata Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kalasan
Deskripsi data variabel skemata menunjukkan rerata skemata siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kalasan berkategori sedang. Dari data variabel skemata
diperoleh hasil 22 siswa 19,6 memiliki skemata berkategori tinggi, 71 siswa 63,4 memiliki skemata berkategori sedang, dan 19 siswa 17 memiliki
skemata berkategori rendah. Faktor skemata memegang peranan penting, dalam hal ini sebagai bahan
menulis teks eksposisi. Skemata memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan kemampuan menulis teks eksposisi. Skemata siswa dapat berkembang
dengan baik jika siswa terbiasa melakukan kegiatan yang dapat menambah dan mengorganisasikan informasi seperti menyimak, membaca, ataupun kegiatan lain
yang dapat memperkaya pengalaman siswa. Teori skema menunjukkan bahwa pengetahuan yang telah diatur dalam pola yang saling terkait dalam pikiran kita
dibangun dari seluruh pengalaman seseorang sebelumnya dan memungkinkan untuk memprediksi pengalaman masa depan orang tersebut. Dengan demikian,
semakin banyak pengalaman seseorang maka semakin banyak pula skematanya.
Skemata siswa dapat dilihat dari tiga macam skemata, yaitu skemata isi, bentuk, dan kebahasaan. Skemata isi dapat dilihat pada hasil tes frasa, sedangkan
skemata bentuk dan kebahasaan dapat dilihat pada tes peta konsep. Ketiga jenis skemata tersebut menentukan sebaik apa skemata yang dimiliki siswa dan
seberapa berpengaruhnya terhadap kemampuan menulis teks eksposisi. Selanjutnya, untuk melihat aplikasi skemata dan melihat sejauh mana skemata
berpengaruh terhadap kemampuan menulis teks eksposisi dapat dilihat pada tulisan eksposisi siswa.
Dari hasil perhitungan distribusi data skemata siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kalasan, 22 siswa 19,6 memiliki skemata yang tinggi. Siswa yang memiliki
skemata tinggi ini memiliki skemata isi, bentuk, dan kebahasaan yang baik. Mereka memiliki lebih banyak pengetahuan terkait tema yang dipilih, struktur,
dan kebahasaan teks eksposisi dibandingkan dengan siswa yang memiliki skemata berkategori sedang dan rendah. Mereka juga lebih banyak mengungkapkan
pengetahuan yang mereka miliki dan dapat menyusunnya dengan baik ke dalam tulisan eksposisi. Meskipun mayoritas siswa dalam kategori ini memiliki skemata
kebahasaan yang baik, tetapi ada beberapa siswa yang skemata kebahasaannya kurang baik. Siswa yang memiliki pengetahuan kebahasaan teks eksposisi kurang
baik tersebut perlu meningkatkan skemata kebahasaan mereka dengan membiasakan diri menyimak, membaca, ataupun kegiatan lain yang dapat
memperkaya pengalaman serta mengaplikasikannya dalam tulisan mereka. Tentu saja, walaupun skemata isi dan bentuk sudah tinggi tetap diperlukan peningkatan,
terutama dalam mengaplikasikan skemata yang dimiliki ke dalam tulisan eksposisi agar tulisan yang dihasilkan semakin baik.
Berdasarkan deskripsi data skemata siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kalasan juga diketahui dari 112 sampel terdapat 71 siswa 63,4 memiliki skemata
sedang dan 19 siswa 17 lainnya memiliki skemata rendah. Dalam hal ini berarti siswa yang memiliki skemata berkategori sedang yang mendominasi.
Siswa dengan skemata berkategori sedang memiliki skemata bentuk yang baik, tetapi skemata isi dan kebahasaannya kurang. Dari segi isi, pengetahuan terkait
topik yang ditulis tidak berbeda jauh dengan siswa yang memiliki skemata berkategori tinggi, tetapi masih kurang lengkap sehingga nilai skematanya pun
berkategori sedang, artinya masih perlu pendalaman terkait materi topik yang dibahas. Dalam hal ini, mereka memiliki skemata yang cukup, tetapi belum
maksimal dalam mengungkapkan pengetahuan yang mereka miliki dan menyusunnya ke dalam tulisan eksposisi. Selain itu, dari segi kebahasaannya juga
perlu dikembangkan lagi. Siswa yang memiliki skemata berkategori sedang ini pengetahuan terkait kebahasaan teks eksposisinya ada yang sudah baik, ada pula
yang masih terbatas. Selanjutnya, siswa yang memiliki skemata rendah memiliki skemata
bentuk yang baik, tetapi skemata isi dan kebahasaannya yang rendah. Dari segi isi, pengetahuan terkait topik yang ditulis masih sangat terbatas. Jumlah skemata
isi siswa dengan skemata berkategori rendah ini di bawah siswa dengan skemata berkategori sedang. Dari segi kebahasaan, siswa dengan skemata berkategori
rendah ini ada yang sudah memiliki skemata kebahasaan baik, tetapi lebih banyak
siswa yang mengungkapkan kebahasaan teks secara umum bukan ciri kebahasaan teks eksposisi. Selain itu, ada juga siswa yang tidak memiliki skemata kebahasaan
teks eksposisi. Lebih lanjut, dalam mengukur skemata siswa Kelas X SMA Negeri 1
Kalasan digunakan instrumen tes tertulis yang mengharuskan responden memilih tema yang paling dikuasai. Berikut disajikan uraian data parsial skemata siswa
Kelas X SMA Negeri 1 Kalasan pada masing-masing tema. a Skemata Siswa Kelas X SMA N 1 Kalasan Terkait Teks Eksposisi Tema 1
Berdasarkan deskripsi data parsial skemata siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kalasan diketahui terdapat 10 siswa 9 dari 112 siswa memilih tema 1, yaitu
“Bisnis Online di Indonesia” pada tes penjaringan skemata. Dari 10 siswa tersebut, 2 siswa di antaranya memiliki skemata berkategori tinggi, 5 siswa
memiliki skemata berkategori sedang, dan 3 siswa memiliki skemata berkategori rendah. Dengan demikian, rerata skemata siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kalasan
terkait teks eksposisi tema 1 berkategori sedang. Kemudian, dilihat pada skemata yang dimiliki siswa Kelas X SMA Negeri
1 Kalasan dapat dihitung jenis skemata yang dimiliki. Dari 10 siswa yang memilih tema 1, 10 siswa 100 memiliki skemata isi, 10 siswa 100 memiliki
skemata struktur, dan 7 siswa 70 memiliki skemata kebahasaan. Hal ini berarti terdapat 3 siswa 30 tidak memiliki skemata kebahasaan teks eksposisi yang
sesuai. Dari 3 siswa tersebut, 1 siswa memiliki skemata berkategori tinggi, 1 siswa memiliki skemata berkategori sedang, dan 1 siswa memiliki skemata
berkategori rendah. Ketiga siswa tersebut memiliki skemata isi dan skemata
struktur yang baik, tetapi ciri kebahasaan yang dipahami siswa di sini adalah unsur kebahasaan teks secara umum seperti menggunakan kalimat fakta,
menggunakan pronomina, dan sebagainya. Sementara itu, ciri kebahasaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ciri kebahasaan teks eksposisi.
b Skemata Siswa Kelas X SMA N 1 Kalasan Terkait Teks Eksposisi Tema 2 Berdasarkan deskripsi data parsial skemata siswa Kelas X SMA Negeri 1
Kalasan diketahui terdapat 18 siswa 16 dari 112 siswa memilih tema 2, yaitu “Fenomena Kemacetan di Daerah Istimewa Yogyakarta” pada tes penjaringan
skemata. Dari 18 siswa tersebut, 2 siswa di antaranya memiliki skemata berkategori tinggi, 12 siswa memiliki skemata berkategori sedang, dan 4 siswa
memiliki skemata berkategori rendah. Dengan demikian, rerata skemata siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kalasan terkait teks eksposisi tema 2 berkategori sedang.
Kemudian, dilihat pada skemata yang dimiliki siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kalasan dapat dihitung jenis skemata yang dimiliki. Dari 18 siswa yang memilih
tema 2, 18 siswa 100 memiliki skemata isi, 18 siswa 100 memiliki skemata struktur, dan 14 siswa 77,77 memiliki skemata kebahasaan. Hal ini
berarti terdapat 4 siswa 22,22 tidak memiliki skemata kebahasaan teks eksposisi yang sesuai. Dari 4 siswa tersebut, 2 siswa memiliki skemata
berkategori sedang dan 2 siswa memiliki skemata berkategori rendah. Keempat siswa tersebut memiliki skemata isi dan skemata struktur yang baik, tetapi ciri
kebahasaan yang dipahami siswa di sini adalah unsur kebahasaan teks secara umum seperti menggunakan kalimat fakta, menggunakan pronomina, dan
sebagainya. Sementara itu, ciri kebahasaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ciri kebahasaan teks eksposisi.
c Skemata Siswa Kelas X SMA N 1 Kalasan Terkait Teks Eksposisi Tema 3 Berdasarkan deskripsi data parsial skemata siswa Kelas X SMA Negeri 1
Kalasan diketahui terdapat 8 siswa 7 dari 112 siswa memilih tema 3, yaitu “Korupsi di Indonesia” pada tes penjaringan skemata. Dari 8 siswa tersebut, 2
siswa di antaranya memiliki skemata berkategori tinggi, 4 siswa memiliki skemata berkategori sedang, dan 2 siswa memiliki skemata berkategori rendah. Dengan
demikian, rerata skemata siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kalasan terkait teks eksposisi tema 3 berkategori sedang.
Kemudian, dilihat pada skemata yang dimiliki siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kalasan dapat dihitung jenis skemata yang dimiliki. Dari 8 siswa yang memilih
tema 3, 8 siswa 100 memiliki skemata isi, 8 siswa 100 memiliki skemata struktur, dan 7 siswa 87,5 memiliki skemata kebahasaan. Hal ini berarti
terdapat 1 siswa 12,5 tidak memiliki skemata kebahasaan teks eksposisi yang sesuai. Siswa tersebut tergolong memiliki skemata berkategori rendah. Siswa
tersebut memiliki skemata isi dan skemata struktur yang baik, tetapi ciri kebahasaan yang dipahami siswa di sini adalah unsur kebahasaan teks secara
umum seperti menggunakan kalimat fakta, menggunakan pronomina, dan sebagainya. Sementara itu, ciri kebahasaan yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah ciri kebahasaan teks eksposisi.
d Skemata Siswa Kelas X SMA N 1 Kalasan Terkait Teks Eksposisi Tema 4 Berdasarkan deskripsi data parsial skemata siswa Kelas X SMA Negeri 1
Kalasan diketahui diketahui terdapat 30 siswa 27 dari 112 siswa memilih tema 4, yaitu “Pelanggaran Lalu Lintas di Indonesia” pada tes penjaringan skemata.
Dari 30 siswa tersebut, 8 siswa di antaranya memiliki skemata berkategori tinggi, 17 siswa memiliki skemata berkategori sedang, dan 5 siswa memiliki skemata
berkategori rendah. Dengan demikian, rerata skemata siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kalasan terkait teks eksposisi tema 4 berkategori sedang.
Kemudian, dilihat pada skemata yang dimiliki siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kalasan dapat dihitung jenis skemata yang dimiliki. Dari 30 siswa yang memilih
tema 4, 30 siswa 100 memiliki skemata isi, 29 siswa 96,67 memiliki skemata struktur, dan 24 siswa 80 memiliki skemata kebahasaan. Hal ini
berarti terdapat 1 siswa 3,33 tidak memiliki skemata struktur dan 6 siswa 20 tidak memiliki skemata kebahasaan teks eksposisi yang sesuai. Satu siswa
yang memilih tema 4 tidak memiliki skemata struktur tersebut memang tidak mengerjakan tes peta konsep secara lengkap. Siswa tersebut hanya memaparkan
mengenai pengertian dan tujuan teks eksposisi, padahal tulisan eksposisinya memenuhi syarat teks eksposisi. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal,
misalnya responden sengaja tidak mengerjakan tes peta konsep, responden lupa mengenai materi struktur teks eksposisi, atau alasan lainnya. Dari 6 siswa
tersebut, 3 siswa memiliki skemata berkategori sedang dan 3 siswa lainnya memiliki skemata berkategori rendah. Keenam siswa tersebut memiliki skemata
isi dan skemata struktur yang baik, tetapi ciri kebahasaan yang dipahami siswa di
sini adalah unsur kebahasaan teks secara umum seperti menggunakan kalimat fakta, menggunakan pronomina, dan sebagainya. Sementara itu, ciri kebahasaan
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ciri kebahasaan teks eksposisi. e Skemata Siswa Kelas X SMA N 1 Kalasan Terkait Teks Eksposisi Tema 5
Berdasarkan deskripsi data parsial skemata siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kalasan diketahui terdapat 46 siswa 41 dari 112 siswa memilih tema 5, yaitu
“Penggunaan Sosial Media di Kalangan Anak Sekolah” pada tes penjaringan skemata. Dari 46 siswa tersebut, 8 siswa di antaranya memiliki skemata
berkategori tinggi, 33 siswa memiliki skemata berkategori sedang, dan 5 siswa memiliki skemata berkategori rendah. Dengan demikian, rerata skemata siswa
Kelas X SMA Negeri 1 Kalasan terkait teks eksposisi tema 5 berkategori sedang. Kemudian, dilihat pada skemata yang dimiliki siswa Kelas X SMA Negeri
1 Kalasan dapat dihitung jenis skemata yang dimiliki. Dari 46 siswa yang memilih tema 5, 46 siswa 100 memiliki skemata isi, 46 siswa 100 memiliki
skemata struktur, dan 41 siswa 89,13 memiliki skemata kebahasaan. Hal ini berarti terdapat 5 siswa 10,87 tidak memiliki skemata kebahasaan teks
eksposisi yang sesuai. Dari 5 siswa tersebut, 2 siswa memiliki skemata berkategori tinggi dan 3 siswa lainnya memiliki skemata berkategori rendah.
Kelima siswa tersebut memiliki skemata isi dan skemata struktur yang baik, tetapi ciri kebahasaan yang dipahami siswa di sini adalah unsur kebahasaan teks secara
umum seperti menggunakan kalimat fakta, menggunakan pronomina, dan sebagainya. Sementara itu, ciri kebahasaan yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah ciri kebahasaan teks eksposisi.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan maupun parsial, skemata siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kalasan
menunjukkan hasil yang setara. Secara keseluruhan, rerata skemata siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kalasan berkategori sedang. Hal ini setara dengan data skemata
secara parsial, yaitu didominasi oleh skemata berkategori sedang pada setiap tema. Selain itu, secara keseluruhan, pada semua kategori skemata tinggi, sedang,
dan rendah terdapat siswa yang skemata kebahasaannya masih kurang sesuai. Perbedaannya, pada pembahasan data skemata secara keseluruhan dibahas
pengkategorian tanpa menggolongkan pada tema yang dipilih siswa, sedangkan pada pembahasan data skemata secara parsial dibahas pengkategorian dengan
menggolongkan responden berdasarkan tema yang dipilih sehingga dihasilkan pengkategorian yang lebih rinci. Pada pembahasan data skemata secara parsial
disajikan data lengkap terkait jumlah siswa yang memiliki skemata dan tidak memiliki skemata yang sesuai pada setiap tema dan setiap kategori.
Bagaimanapun, skemata memegang peranan penting terhadap kemampuan menulis teks eksposisi siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kalasan. Hal ini sesuai
dengan teori Anderson berikut. Schemas are best understood as relational concepts, not sequences of
events. All events and objects in our experience are stored in relation to each other in the form of expectations. According to this theory, when we
receive new information, we get general impressions of it, and then construct the probable details based on schemas we have built up from
previous experiences. This ability is especially important in reading and writing, for texts tend to leave out a great deal of information, assuming
that readers will supply the details from their own schemas Anderson via Anson, dkk., 1983: 197.
Semua pengalaman
yang dimiliki
seseorang tersimpan
secara berkesinambungan. Ketika kita menerima informasi baru, kita mendapatkan kesan
umum, lalu membangun rincian kemungkinan-kemungkinan berdasarkan skema yang telah terbangun dari pengalaman sebelumnya. Demikian, kemampuan ini
sangat penting dalam menulis khususnya, menulis melibatkan kegiatan mengakses, mengubah, dan mengkomunikasikan hasil pemikiran penulis terkait
hal yang akan dituangkan dalam tulisannya. Keberhasilan seseorang dalam menulis teks eksposisi ditentukan oleh
skemata mereka. Dengan skemata yang baik dan memadai berarti seseorang memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk menulis teks eksposisi sehingga
mereka dapat mengakses, mengubah, dan mengkomunikasikan hasil pemikiran mereka dengan baik pula. Jika seseorang mampu mengkomunikasikan
pemikirannya dengan baik maka dapat dikatakan hasil tulisannya juga baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa skemata memberikan dampak positif
bagi penulis untuk menghasilkan tulisan eksposisi yang baik.
2. Kemampuan Menulis Teks Eksposisi Siswa Kelas X SMA N 1 Kalasan