24
L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P
Gambar 5. Target Dan Realisasi Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya, Tahun 2010
– 2013
Jika dikaitkan dengan perbandingan total produksi perikanan budidaya Indonesia terhadap total produksi perikanan budidaya dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia
menempati urutan ke-2 dua terbesar sebagai penghasil produk perikanan budidaya dengan memberikan share sekitar 9,5 terhadap total produksi perikanan budidaya dunia
di bawah dominasi China yang menguasai share produksi hingga 65 sumber : Fishstat FAO, Maret 2013. Total produksi perikanan dunia mencapai 83.729.313 ton, dengan
produksi perikanan budidaya China sebesar 50.173.140 ton.
Capaian volume dan nilai produksi untuk setiap komoditas unggulan perikanan budidaya dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Udang
Perkembangan produksi udang nasional Tahun 2010 - 2013 mengalami kenaikan rata- rata sebesar 19,46. Trend volume produksi tersebut diikuti oleh peningkatan terhadap
nilai produksi udang nasional, dengan kenaikan rata-rata per tahun sebesar 62,9. Kenaikan rata-rata nilai produksi yang lebih besar menunjukkan bahwa udang memiliki
nilai tambah yang cukup besar dan merupakan produk yang semakin prestisious digemari oleh masyarakat. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya selama kurun
waktu 4 empat tahun terakhir nilai produksi pada Tahun 2013 menunjukan peningkatan yang signifikan, hal ini tidak terlepas dari meningkatnya harga udang di
pasaran yang mencapai titik tertinggi pada Tahun 2013 yaitu sebesar Rp 100.000
– Rp. 120.000kg untuk size 50 untuk udang vaname yang sebelumnya rata-rata Rp. 60.000
– Rp. 65.000 untuk ukuran yang sama.
Berdasarkan trend capaian terhadap target tahunan selama kurun waktu Tahun 2010 - 2012, capaian produksi udang nasional masih dibawah target tahunan dengan rata-rata
pencapaian sebesar 89,6. Sedangkan pada Tahun 2013 capaian produksi udang mampu melampaui target tahunan sebesar 101,9, yang diikuti oleh capaian nilai
produksi sebesar 187,39 dari target pada tahun yang sama.
Tidak tercapainya target produksi udang pada kurun waktu Tahun 2010 - 2012 tersebut disebabkan oleh masih mewabahnya serangan penyakit yaitu WSSV, TSV, IMNV dan
Target ton Capaian ton
2010 5.376.200
6.277.923 2011
6.847.500 7.928.963
2012 9.415.700
9.675.533 2013
11.632.122 13.703.369
2010 2011
2012 2013
5.376.200 6.847.500
9.415.700 11.632.122
6.277.923 7.928.963
9.675.533 13.703.369
Target ton Capaian ton
25
L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P
IHHNV disamping terjadinya degradasi lahan penurunan daya dukung lahan pada beberapa kawasan, hal ini secara langsung berdampak pada kekhawatiran
pembudidaya untuk kembali berbudidaya udang. Kedua masalah tersebut menyebabkan munculnya tambak-tambak idle tidak operasional di beberapa daerah.
Program industrialisasi udang melalui revitalisasi tambak baru dimulai pada akhir 2012 sehingga dampaknya belum bisa dirasakan pada Tahun tersebut.
Jika dikaitkan total produksi udang nasional terhadap total produksi udang dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-4 empat
terbesar sebagai penghasil produk udang dengan memberikan kontribusi sekitar 9,1 terhadap total produksi udang dunia yang sebesar 4.417.042 ton. Posisi Indonesia
tersebut masih jauh di bawah China yang memberikan kontribusi sebesar 43,6, disusul Thailand sebesar 12,1 dan Vietnam sebesar 11,5 sumber : Fishstat FAO, Maret
2013. Tercapaianya target volume pada Tahun 2013 didorong oleh beberapa kebijakan
strategis yang dilakukan Ditjen Perikanan Budidaya. Kebijakan revitalisasi tambak melalui pengembangan demfarm di beberapa daerah pada kenyataannya telah secara
nyata mampu membangkitkan kembali animo masyarakat untuk terjun berbudidaya udang. Disisi lain, melemahnya ikan nilai rupiah terhadap dollar USA justru memicu
tingginya harga udang dalam negeri, hal ini semakin memicu kembali gairah usaha budidaya udang di beberapa daerah. Fenomena merebaknya penyakit EMS Early
Mortality Syndrome pada beberapa Negara pesaing seperti Thailand, Vietnam, Malaysia dan Mexico telah memaksa pasar udang dunia kehilangan produksi. Kondisi ini
tentunya menjadi peluang emas bagi Indonesia untuk merebut pasar udang dunia, ini mengingat Indonesia hingga saat ini menjadi satu-satunya produsen yang terbebas dari
wabah EMS sebagai dampak atas penerapan sistem kesehatan ikan dan lingkungan yang baik selama ini.
Dengan adanya kebijakan strategis melalui industrialisasi udang nasional yang mampu mendorong optimalisasi pemanfaatan lahan tambak non-produktif, didorong oleh
kembali meningkatnya kepercayaan masyarakat dan stakeholders lain terhadap usaha budidaya udang serta peluang besar bagi Indonesia sebagai pemain tunggal
perdagangan udang dunia, maka capaian volume dan nilai produksi udang nasional pada Tahun 2014 diprediksi akan tercapai. Sebagai gambaran pada Tahun 2013
produksi udang telah berhasil mencapai 88,6 jika disandingkan dengan target pada Tahun 2014.
26
L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P
Gambar 6. Trend Target dan Capaian Produksi dan Nilai Produksi Udang, Tahun 2010 - 2013
Langkah nyata yang dilakukan dalam upaya peningkatan volume dan nilai produksi udang adalah i Pengembangan percontohan usaha budidaya Demfarm sebagai upaya
dalam memperkenalkan model pengelolaan budidaya yang baik serta mengembalikan kepercayaan diri pembudidaya untuk kembali berbudidaya udang; ii Rehabilitasi
saluran dan infrastruktur tambak untuk mengembalikan performance tambak sesuai standar kelayakan teknis; iii Bantuan sarana budidaya udang yang merupakan stimulus
bagi pembudidaya untuk meningkatkan usaha budidaya udang; iv Melakukan berbagai kerjasama lintas sektoral dan stakeholders lain untuk mempermudah akses baik
infrastruktur, sarana dan prasarana budidaya, serta akses pasar dan permodalan; v Pengembangan pola budidaya berbasis manajemen kawasanklaster; vi Penguatan
kelembagaan dan pengembangan kemitraan usaha; vii Peningkatan input teknologi budidaya yang aplikatif, efektif dan efisien berbasis wawasan lingkungan; viii
Pendampingan teknologi secara intensif dan massive terhadap pelaku usaha budidaya udang.
b. Kerapu