Rumput Laut lakip DIT. Produksi 2013

35 L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P lainnya. Produksi gurame masih didominasi pada beberapa sentra-sentra produksi yang sudah ada, sedangkan disisi lain kapasitas usaha yang dijalankan tidak menujukkan peningkatan yang signifikan, hal ini disebabkan karena proses produksi budidaya yang cukup lama. Gambar 14. Trend Target dan Capaian Produksi Gurame dan Nilai Produksi dari Tahun 2010 -2013 Pengembangan pola usaha berbasis segementasi merupakan langkah yang tepat karena secara nyata mampu memberikan keuntungan yang cukup signifikan. Percepatan pengembangan kawasan melalui pendekatan pola segmentasi usaha diharapkan akan mampu menarik minat masyarakat untuk terjun melakukan usaha budidaya gurame. Melalui upaya tersebut diharapkan target volume dan nilai produksi Tahun 2014 akan mampu tercapai. Perbandingan total produksi ikan gurame nasional terhadap total produksi ikan gurame dunia, menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 Indonesia menempati posisi teratas yang mendominasi produk gurame dunia dengan memberikan share sekitar 95,6 terhadap total produksi ikan gurame dunia yang sebesar 67.155 ton, disusul Thailand dengan share sebesar 4,06. sumber : Fishstat FAO, Maret 2013.

j. Rumput Laut

Poduksi rumput laut memberikan kontribusi yang paling besar terhadap total produksi perikanan budidaya, dimana secara nasional produksi rumput laut memberikan share sebesar 60 terhadap produksi perikanan budidaya. Perkembangan produksi rumput laut dari Tahun 2010 - 2013 menunjukan trend yang sangat positif, dimana kenaikan produksi rata-rata per tahun mencapai 27,9 dimana angka ini juga mampu melebihi target yang ditetapkan per tahunnya dengan rata-rata capaian sebesar 136,9. Capaian kinerja terhadap target tahunan menunjukkan bahwa pada Tahun 2013 angka nilai produksi mampu melampaui target dengan capaian sebesar 253,43. Nilai produksi yang fluktuatif dalam kurun waktu Tahun 2010-2013 disebabkan harga rumput laut yang kurang stabil dan relative fluktuatif Target ton Capaianton 2010 40.300 56.889 2011 42.300 64.252 2012 44.400 84.681 2013 125.000 86.773 2010 2011 2012 2013 40.300 42.300 44.400 125.000 56.889 64.252 84.681 86.773 Target ton Capaianton Target milyar rup Capaianmilyar rupiah 2010 1.648 2011 1.513 2012 2.544 2013 4.375 4.339 2010 2011 2012 2013 4.375 1.648 1.513 2.544 4.339 Target milyar rupiah Capaianmilyar rupiah 36 L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P Gambar 15. Trend Target dan Capaian Produksi Rumput Laut dan Nilai Produksi Tahun 2010 -2013 Beberapa hal yang mendasari tingginya pencapaian komoditas ini karena budidaya rumput laut mempunyai masa pemeliharaan yang cukup singkat yaitu 45 hari sehingga perputaran modal usaha dapat lebih cepat, serta cara budidaya yang mudah. Rumput laut juga cocok untuk dibudidayakan di daerah-daerah dengan curah hujan rendah yang merupakan salah satu ciri dari daerah kantong kemiskinan. Keuntungan lainnya adalah modal kerja yang relatif kecil kurang lebih Rp 6 juta, penggunaan teknologi yang relatif sederhana, dan peluang pasar yang masih terbuka lebar mengingat rumput laut merupakan bahan baku untuk beberapa industri, seperti biofuel, agar-agar, caragenan, kosmetik, obat-obatan dan lain-lain. Selain itu, pemerintah juga terus menerus melakukan upaya terobosan diantaranya adalah pengembangan industrialisasi rumput laut. Merujuk pada data FAO, bahwa pada Tahun 2011 Indonesia merupakan produsen rumput laut untuk jenis Eucheuma Cottonii dan Gracilaria terbesar di dunia dengan memberikan share masing-masing untuk Eucheuma Cottoni sebesar 98,2 dan Gracillaria sebesar 90,5 terhadap produksi rumput laut dunia sumber : Fishstat FAO, Maret 2013. Produksi rumput laut dunia sebesar masing-masing untuk jenis Eucheuma Cottonii : 4.623.754 ton dan Gracillaria 697.240 ton Pencapaian produksi secara keseluruhan untuk semua komoditas didukung oleh kegiatan: Industrialisasi perikanan budidaya, dengan fokus pada komoditas udang, bandeng, rumput laut dan ikan patin. Kegiatan utama dalam industrialisasi, khususnya untuk usaha udang dan bandeng adalah bantuan sarana, perbaikan saluran tersier, perbaikan tambak, fasilitasi sistem kemitraan serta pembinaan dan pendampingan teknis budidaya Pengembangan sistem perbenihan melalui penguatan broodstock center : i Pelepasan jenis danatau varietas ikan unggul bekerjasama dengan unit kerja Target ton Capaianton 2010 2.672.800 3.915.017 2011 3.504.200 5.170.201 2012 5.100.000 6.514.854 2013 6.500.000 8.181.654 2010 2011 2012 2013 2.672.800 3.504.200 5.100.000 6.500.000 3.915.017 5.170.201 6.514.854 8.181.654 Target ton Capaianton 37 L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P lainnya, yaitu telah dilakukan pelepasan sebanyak 10 varietas induk unggul Udang a a e Glo al Ge , Ika Batak Tor “oro , Nila Nir a a II, Nila “ulta a, Nila Srikandi, Kerapu Cantang, Nila Anjani, Nila Merah Nilasa, Nila Jantan Pandu dan Nila Betina Kunti, Lele Sangkuriang dua, Udang Windu Domestikasi; ii Gerakan Penggunaan Induk Ikan Unggul GAUL; iii Penyusunan regulasi dan perbanyakan protokol induk ikan unggul; serta iv Pengembangan jaringan informasi dan distribusi ikan. Pengembangan sistem produksi melalui i Pengembangan input teknologi yang sesuai standar teknologi anjuran, aplikatif, efektif dan efisien berbasis wawasan lingkungan; ii Meningkatkan daya saing produk hasil produksi budidaya melalui percepatan pelaksanaan kegiatan sertifikasi Cara Budidaya Ikan Yang Baik CBIB; iii Pengembangan percontohan usaha perikanan budidaya sebagai upaya dalam mensosialisasikan model pengelolaan budidaya berkelanjutan; iv Pengembangan minapadi sebagai bagian dari upaya mendapatkan nilai tambah ganda. Pengembangan Sistem Prasarana dan Sarana Pembudidayaan Ikan melalui kegiatan terobosan utama: i Pengembangan dan rehabilitasi sarana dan prasarana UPTD Provinsi; ii Normalisasi saluran irigasi tambak bekerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum; iv Penataan dan rehabilitasi kawasan tambak dalam rangka Gerakan Revitalisasi Tambak GERVITAM; v Pemberdayaan pembudidaya ikan melalui pengelolaan jaringan irigasi tambak partisipatif PITAP di kawasan industrialisasi; vi Pengembangan kawasan dan penguatan operasional industrialisasi perikanan budidaya di KabupatenKota MinapolitanIndustrialisasi; dan vii Pemberian bantuan sarana dan prasarana lainnya seperti KJA, ekscavator dan mesin pellet Pengembangan sistem usaha budidaya, dengan terobosan utama adalah : i Pengembangan Pemberdayaan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Budidaya, yang merupakan program bantuan langsung ke masyarakat dalam mengembangkan usaha budidaya ikan; ii Pengembangan paket bantuan untuk wirausaha pemula dan paket model berbasis masyarakat yang diberikan dalam bentuk bantuan sarana dan prasarana; iii Penerapan sistem sertifikasi lahan bekerjasama dengan BPN. Pengembangan sistem kesehatan ikan dan lingkugan, dengan terobosan utama adalah i Pembangunan Posikandu Pos Pelayanan Ikan Terpadu; ii Pengembangan National Residu Monitoring Plan NRMP yang merupakan suatu panduanperencanaan untuk mengontrol residu obat kimia dan bahan biologis lainnya; dan iii Pengembangan vaksin untuk mengatasi penyakit ikan. Pengawalan dan Penerapan Teknologi Adaptif Perikanan Budidaya yang dilakukan oleh 15 UPT Lingkup Ditjen Perikanan Budidaya.

B. Jumlah Produksi Ikan Hias Juta Ekor

Jumlah produksi ikan hias merupakan salah satu indikator kinerjaoutput Direktorat Produksi. Dilihat dari trend perkembangan produksi ikan hias dari Tahun 2009 sd 2013 menunjukan adanya kinerja yang positif dengan kenaikan rata-rata perTahun mencapai 58. Pada Tahun 2013 target jumlah produksi ikan hias sebanyak 1.100.000.000 ekor. Berdasarkan data sementara menunjukkan bahwa capaian realisasi produksi budidaya ikan hias mencapai 1.036.841.000 ekor atau baru mencapai 94 dari target yang ditetapkan. 38 L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P Namun demikian apabila data tersebut sudah dilaksanakan validasi tingkat nasional Tahun 2014, maka diproyeksikan realiasi jumlah produksi ikan hias pada Tahun 2013 sesuai target bahkan akan melebihi angka target yang sudah di tetapkan. Adapun perkembangan produksi ikan hias selama Tahun 2009 sd 2013 cenderung mengalami peningkatan dan rata - rata tiap tahunnya telah mencapai target lebih dari 82, seperti dapat dilihat pada tabel 12 berikut ini : Tabel 12. Perkembangan Target dan Realisasi Produksi Budidaya Ikan Hias Tahun 2009 - 2013 Gambar 16. Target dan Capaian Produksi Ikan Hias Tahun 2009 - 2013 Dalam upaya percepatan pencapaian produksi ikan hias pada tahun mendatang, beberapa langkah strategis yang akan dilakukan adalah : i Pemuliaan induk dan penyediaan benih ikan hias unggul; ii Menjaga kelestarian ikan hias spesifik lokalendemik; iii Penerapan teknologi inovasi budidaya ikan hias 2009 2010 2011 2012 2013 1. Target Produksi ekor 500,000,000 600,000,000 700,000,000 850,000,000 1,100,000,000 2. Realisasi Produksi ekor 566,342,000 605,054,000 945,376,000 938,472,000 1,036,841,000 58 3. Persentase 113 101 135 110 94 No Uraian Tahun Kenaikan rata-rata : Angka Sementara Validasi, April 2014 39 L a k i p D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 3 , D i r e k t o r a t J e n d e r a l P e r i k a n a n B u d i d a y a , K K P

3.3. PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS 3: Meningkatnya Usaha dan Investasi di Bidang