1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Peningkatan sumber daya manusia merupakan rangkaian upaya untuk mewujudkan masyarakat seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya, yang
mencakup pembangunan manusia, baik sebagai insan maupun sebagai sumber daya pembangunan. Pembangunan manusia sebagai insan dan sumber daya yang
berkualitas dapat ditempuh salah satunya dengan jalan pendidikan yang dapat menaikan derajat, harkat, dan martabat seorang manusia, yang di dalamnya
mengandung unsur nilai-nilai dari manusia itu sendiri baik etika maupun estetika. Pendidikan merupakan usaha pembinaan pribadi secara utuh dan lebih
serta menyangkut citra dan nilai Suwarno, 2008:23. Selain itu juga salah satu usaha untuk mewujudkan manusia sebagai insan sumber daya seutuhnya dengan
cara pembelajaran maupun pengajaran yang didapat oleh manusia tersebut. Pendidikan dapat ditempuh melalui pendidikan formal maupun non formal.
Pendidikan formal adalah pendidikan yang ditempuh melalui instansi-instansi pendidikan atau sekolah, sedangkan pendidikan non formal adalah semua
pendidikan yang ditempuh dengan cara tidak melalui instansi pendidikan maupun sekolah.
Sekolah Menengah Atas SMA merupakan salah satu jenjang pendidikan formal yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta
didik agar dapat melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Dalam
lembaga pendidikan khususnya di sekolah-sekolah, Menurut Slameto 2010:54 faktor ekstern dan intern memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan
belajar maupun tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dikatakan berhasil bila prestasi belajar siswa
mengalami perkembangan dan peningkatan. Dalam pendidikan formal, untuk mencapai tujuan selalu diikuti pengukuran dan penilaian, demikian juga dalam
proses belajar dapat diketahui kedudukan siswa yang pandai, sedang dan lambat. Dalam dunia pendidikan, prestasi belajar merupakan faktor yang sangat penting
dan sering dijadikan pembicaraan dan permasalahan antar tenaga pendidik. Hal ini memang cukup beralasan karena prestasi belajar yang dicapai siswa tidak dapat
dilepaskan dengan masalah evaluasi pendidikan. Dengan demikian prestasi belajar dapat mencerminkan kemampuan siswa dalam mempelajari suatu pelajaran.
Prestasi belajar seorang siswa dapat diukur dari nilai hasil pembelajaran siswa selama ini. Nilai tersebut dapat menjadi indikator dari prestasi belajar
seorang tersebut. Hasil survei pendahuluan di Sekolah Menegah Atas SMA Negeri 2 Wonogiri diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1.1 Data Hasil Ulangan Harian Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI Ilmu Sosial SMA Negeri 2 Wonogiri
Kelas Jumlah Siswa
Memenuhi KKM
Belum memenuhi KKM
XI IS 1 32
15 17
XI IS 2 31
13 18
XI IS 3 29
10 19
XI IS 4 28
14 14
Jumlah 120 52
68 100
43.33 56.67
Sumber data : Olah Data Observasi Awal di SMA Negeri 2 Wonogiri 20112012
Tabel 1.1 menunjukan nilai ulangan harian siswa kelas XI Ilmu Sosial IS belum menunjukan hasil yang maksimal. Hal itu dilihat dengan standar ketuntasan
75, dan dari total keseluruhan siswa yaitu 120 siswa, hanya 52 siswa atau 43,33 siswa yang dapat memenuhi standar ketuntasan pada saat Ulangan Harian UH.
SMA Negeri 2 Wonogiri sudah termasuk Rintisan Sekolah Bertaraf International RSBI, jadi sekolah dituntut untuk lebih unggul dari sekolah yang lain. Namun,
fenomena yang ada dilihat dari rata-rata seluruh kelas XI IS hanya 73,77 lihat lampiran 1 masih di bawah rata-rata dan belum dapat memenuhi standar
ketuntasan belajar sebagai sekolah rintisan bertaraf internasional. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran akuntansi di SMA Negeri 2 Wonogiri belum
menunjukan hasil yang diharapkan. Keberhasilan belajar siswa dapat dipengaruhi oleh berapa faktor, secara
garis besar faktor tersebut dibedakan menjadi 2 macam, yaitu faktor dari dalam diri siswa intern dan dari luar diri siswa ekstern. Faktor dari dalam diri intern
siswa antara lain, kecerdasan, bakat, minat, motivasi diri, disiplin diri, dan kemandirian. Sedangkan faktor dari luar diri siswa atau ekstern dapat berupa
lingkungan alam, kondisi sosial, ekonomi, lingkungan sekolah, guru, kurikulum, sumber belajar dan sebagainya Slameto, 2010:54. Jadi dalam hal ini rendahnya
prestasi belajar siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor di atas. Dari faktor- faktor tersebut, faktor dari dalam diri siswa merupakan faktor yang penting dalam
menentukan keberhasilan belajar, sebab dalam proses belajar sasaran utamanya adalah siswa tersebut sebagai subjek belajar.
Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor ini adalah faktor alami yang terkadang tidak dapat dipengaruhi oleh apapun. Salah
satu faktor intern yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah motivasi. Motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dalam mencapai tujuan. Motivasi menurut Hamalik dalam Djamarah 2002:60 adalah suatu perubahan energi di
dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Tella 2007, juga mengungkapkan bahwa prestasi
timbul dari tinggi rendahnya motivasi yang dimilikinya, siswa yang mempunyai motivasi tinggi lebih baik prestasi akademiknya dari pada yang mempunyai
motivasi rendah. Motivasi timbul karena ada tujuan yang ingin dicapai, sehingga akan
timbul semangat untuk mencapainya. Motivasi sangat berperan penting dalam proses belajar mengajar, jika siswa mempunyai motivasi yang baik maka
prestasinya juga akan baik, karena ada tujuan yang akan dicapainya. Untuk mengetahui tinggi atau rendahnya motivasi siswa maka dibuat angket tanggap
siswa yang berisi pertanyaan mengenai motivasi pada 100 responden yang ada. Angket tersebut digunakan sebagai survei pendahuluan untuk mengetahui
bagaimana kondisi sebenarnya atau realita yang ada. Adapun hasil dari survei tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2 Data Observasi Minat Terhadap Mata Pelajaran Akuntansi
Tabel 1.2 menunjukan, 47 siswa yang kurang berminat dan 12 siswa yang tidak berminat, jumlah yang relatif tinggi untuk menunjukan kurangnya
minat siswa kelas XI IS SMA Negeri 2 Wonogiri terhadap mata pelajaran akuntansi. Rendahnya motivasi siswa juga dapat dilihat dari minat siswa yang
akan melanjutkan studi jurusan akuntansi, hanya 5 siswa yang sangat berminat dan 4 siswa berminat. Hal tersebut dapat ditunjukan dari tabel 1.3 hasil
observasi tentang minat melanjutkan studi jurusan akuntansi sebagai berikut:
Tabel 1.3 Data Observasi Minat Siswa Melanjutkan Studi Akuntansi
Lingkungan belajar dan minat belajar mampu menjelaskan variasi pada prestasi belajar akuntansi kelas dua Sekolah Menengah Kejuruan SMK Negeri 1
Bandar Lampung sebesar 29,9 selebihnya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam model regresi yang diperoleh Sudarmanto, 2007.
Penelitian tersebut menyebutkan bahwa faktor lingkungan belajar merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar.
Kriteria Jumlah Siswa
Persentase
Sangat berminat 6
6 Berminat 35
35 Kurang berminat
47 47
Tidak berminat 12
12 Jumlah 100 100
Sumber data : Observasi Awal di SMA Negeri 2 Wonogiri 20112012
Kriteria Jumlah Siswa
Persentase
Sangat berminat 5
5 Berminat 4 4
Kurang berminat 60
60 Tidak berminat
31 31
Jumlah 100 100
Sumber data : Observasi Awal di SMA Negeri 2 Wonogiri 20112012
Tabel 1.4 Data Observasi Motivasi Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan salah satu bagian dari lingkungan belajar. Karena dalam hal ini keluargalah yang paling penting dalam proses pembelajaran
pada saat siswa tidak di sekolah. Namun, jika dilihat dari observasi awal yang telah dilakukan, 59 siswa kurang termotivasi dan 15 siswa tidak termotivasi
dari orang tua. Keluarga seharusnya bertindak sebagai penuntun siswa dalam pembelajaran. Akan tetapi, dalam kasus ini banyak siswa yang kurang termotivasi
oleh keluarganya, bahkan kebanyakan siswa SMA Negeri 2 Wonogiri jauh dari keluarga dikarenakan tinggal di rumah kos-kosan sehingga kurang mendapat
dorongan guna menuntun dan membantu siswa dalam menyelesaikan masalah maupun pembelajaranya. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil observasi tentang
dukungan orang tua dalam belajar akuntansi sebagai berikut : Selain lingkungan keluarga sebagai salah satu lingkungan belajar yang
berpengaruh terhadap prestasi maupun motivasi, lingkungan sekolah juga tidak kalah penting mempengaruhi motivasi siswa dalam pencapaian prestasi
belajarnya. Karena, lingkungan sekolah merupakan lingkungan dimana siswa memperoleh proses pembelajaran secara formal setiap harinya. Jika lingkungan
sekolah mendukung kegiatan belajar mengajar maka proses pembelajaran akan berjalan lebih baik dan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Dari obsevasi awal dapat ditunjukan fasilitas fisik yang ada
Kriteria Jumlah Siswa
Persentase
Sangat tinggi 16
16 Tinggi 20
20 Rendah 59
59 Sangat rendah
15 15
Jumlah 100 100
Sumber data : Observasi Awal di SMA Negeri 2 Wonogiri 20112012
pada SMA Negeri 2 Wonogiri sebagai berikut:
Tabel 1.5 Data Observasi Fasilitas Fisik SMA Nergeri 2 Wonogiri No
Jenis Fasilitas Jumlah
Kondisi Nyata
1 Ruang Kepala Sekolah
1 Baik
2 Ruang Guru
1 Baik
3 Ruang BPBK
1 Rusak ringan
4 Ruang TungguLobi
1 Baik
5 Ruang Tata
Usaha 1
Baik 6 Ruang
DataTRRC 1
Baik 7
Ruang Kelas dilengkapi KomputerLaptop, LCD, TV dan Kamera CCTV
30 Belum semua
ruangan tersedia LCD
8 Perpustakaan 1
Kurang lengkap
9 Laboratorium Multimedia
1 Baik
10 Laboratorium Komputer
1 Baik
11 Laboratorium Bahasa
1 Rusak ringan
12 Laboratorium Kimia
1 Rusak ringan
13 Laboratorium Fisika
1 Rusak ringan
14 Laboratorium Biologi
1 Rusak ringan
15 Masjid 1
Baik 16
Lapangan Badminton 1
Rusak ringan 17
Lapangan Basket 1
Rusak ringan 18
Lapangan Sepak Bola 1
Rusak ringan 19
Lapangan Bola Voli 1
Rusak ringan 20
Unit Kesehatan Siswa UKS 1
Rusak ringan 21 Aula
1 Rusak
ringan 22
Kantin Sekolah 4
Rusak ringan 23
Kamar Mandi 10
Sebagian rusak Sumber : sma2-wng.sch.id 01 maret 2011 dan hasil observasi awal
Tabel 1.5 menunjukan fasilitas fisik yang belum sepenuhnya mendukung proses pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan masih ada fasilitas yang sebagian
masih rusak maupun rusak ringan, sehingga menjadi penghambat berlangsungnya proses pembelajaran. Kurangnya perhatian tersebut banyak SMA yang
mempunyai ruang praktek untuk bidang studi Ilmu Alam seperti, laboratorium
Kimia, Fisika, maupun Biologi tetapi tidak mempunyai ruang laboratorium Akuntansi. Padahal perkembangan jaman saat ini pemakaian ilmu bidang studi
Ilmu Sosial juga tidak kalah penting dan menuntut keharusan studi yang mendalam, khususnya tentang pembelajaran akuntansi. Jadi ada atau tidaknya
ruang praktek akuntansi sebagai faktor lingkungan sekolah sebagai penujang prestasi belajar juga dapat mempengaruhi motivasi siswa dalam proses
pembelajaran akuntansi. Akuntansi adalah pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan dan
penganalisaan data keuangan dari suatu organisasi Yusuf, 2001:5. Akuntansi adalah suatu mata pelajaran yang harus memiliki tingkat pemahaman tinggi dan
memiliki pembelajaran yang bersifat kontinuitas, jadi dalam pemebelajaran akuntansi peran guru sangatlah diperlukan, untuk menuntun siswanya dalam
proses pembelajaran, karena dengan adanya penuntun dalam proses belajar siswa lebih mudah dalam proses mengerti dan memahami pelajaran. Namun, terkadang
guru juga dapat menjadi masalah dalam pembelajaran, terutama dalam pemilihan metode yang digunakan oleh guru. Seperti yang diutarakan oleh salah satu guru
mata pelajaran akuntansi kelas XI SMA Negeri 2 Wonogiri pada saat wawancara yang berpendapat lebih memilih menggunakan metode ceramah dari pada metode
yang lain karena dianggap paling mudah dalam pelaksanaanya. Pemilihan metode pembelajaran adalah hal yang sangat penting guna pencapaian prestasi belajar,
jika pemilihan metode pembelajaran kurang tepat maka dapat berpengaruh juga dalam proses belajar akuntansi.
Tabel 1.6 Data Observasi Keefektivitasan Metode Pembelajaran
Hasil observasi awal tentang metode pembelajaran belum menunjukan terciptanya proses pembelajaran yang efektif. Hal itu dapat dilihat dari masih
tingginya prosentase siswa yang belum dapat mendukung pembelajaran yang efektif yaitu sebesar 59 kurang efektif dan 13 siswa tidak efektif dalam
pembelajaran. Pemilihan dan penggunaan metode yang tepat sesuai dengan tujuan kompetensi belajar sangat diperlukan. Karena metode adalah cara yang digunakan
oleh guru untuk mengadakan hubungan dengan siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Untuk itu guru sebagai pembimbing dan penuntun dalam
pembelajaran tidak hanya harus pandai dalam memilih metode pembelajaran. Namun, harus dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan
agar siswa termotivasi sehingga dapat terciptanya tujuan belajar yang diinginkan. Sesuai dengan latar belakang di atas maka perlu adanya penelitian lebih lanjut
dengan judul “PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, LINGKUNGAN KELUARGA, LINGKUNGAN SEKOLAH DAN METODE PEMBELAJARAN
TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI ILMU SOSIAL SMA NEGERI 2 WONOGIRI TAHUN
20112012”.
Kriteria Jumlah siswa Persentase
Sangat Tinggi 5
5 Tinggi 23
23 Rendah 59
59 Sangat Rendah
13 13
Jumlah 100 100
Sumber data : Observasi Awal di SMA Negeri 2 Wonogiri 20112012
1.2. Perumusan Masalah