2.6 Kerangka Berfikir
Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.”Belajar ialah suatu proses usaha yang seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan” Slameto,
2010:2. “Belajar tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam
keterampilan lain dan cita-cita” Hamalik, 2002:45. Jadi jika disimpulkan maka belajar mempunyai arti sebagai proses perubahan tingkah laku melalui proses
interaksi sosial yang dapat dil akukan dengan cara penyusunan kebiasaan, persepsi, minat, bermacam-macam keterampilan dan cita-cita.
Belajar tidak selalu dikatakan berhasil karena ada faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar. Dalam belajar ada beberapa
faktor yang mempengaruhinya, faktor-faktor tersebut digaris besarkan dalam faktor yang berasal dari dalam diri intern dan belajar dapat dipengaruhi beberapa
faktor dari luar ekstern. Faktor intern meliputi faktor jasmani dan psikologis,dan faktor ekstern meliputi faktor lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Dalam faktor intern faktor psikologis mempunyai pengaruh yang paling besar. Faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi,
kematangan, kesiapan dan lainnya yang mempunyai peran penting dalam pemahaman bahan pelajaran, dan pada akhirnya penguasaan terhadap bahan
pelajaran tersebut lebih cepat dan efektif. Di antara berbagai faktor psikologis tersebut motivasi merupakan hal yang penting dan menunjang keberhasilan siswa
dalam belajar. Karena motivasi merupakan daya dorong tersendiri yang dapat membuat siswa dapat tekun dan pantang menyaerah dalam proses mencapai
tujuan yang akan dicapainya. Maslow 1943,1970 dalam Slameto 2010:171 juga mengungkapkan
bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan kebutuhan-kebutuhan tertentu. Kebutuhan-kebutuhan ini yang memotivasi seseorang, motivasi adalah
sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat- saat tertentu bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau
mendesak Sardiman, 2007:73. Dari definisi-definisi tersebut maka dapat disimpulkan pengertian motivasi adalah sebagai daya penggerak dari dalam dan
di dalam diri subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan, dengan intensitas-intensitas yang diarahkan oleh kebutuhan-
kebutuhan tertentu untuk mendukung terwujudnya tujuan yang akan dicapai. Motivasi sangat penting dalam proses belajar karena dengan adanya
motivasi yang tinggi berarti ada tujuan yang harus dicapai, oleh karenanya, motivasi menjadi daya dorong tersendiri untuk mewujudkan tujuan yang akan
dicapai dengan, usaha-usaha yang akan timbul, dan akan secara ulet tidak mudah meyerah memecahkan setiap masalah yang akan dihadapinya pada saat proses
pencapaian tujuan. Proses belajar tidak akan berlangsung dengan baik kalau hanya didasari dengan motivasi belajar saja, faktor ekstern juga harus dapat mendukung
dalam proses belajar, guru adalah orang terpenting dalam proses pembelajaran,
karena guru sebagai orang yang akan menuntun dan mengarahkan siswa kemana dan harus bagaimana siswa tersebut belajar. Sebagai guru haruslah dapat
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan kondusif. Oleh karena itu, guru harus dapat memilih cara atau metode pembelajaran yang dapat interaktif
dan kondusif dengan siswa sehingga siswa termotivasi dan mempunyai minat yang tinggi terhadap mata pelajaran tersebut.
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan
belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru
tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai metode mengajar yang telah dirumuskan yang telah dirumuskan dan dikemukakan para
ahli psikologi dan pendidikan Djamarah, 2002:53. Metode pembelajaran adalah salah satu alat interaksi guru dan siswa yang
paling penting dalam proses belajar, penggunaan metode yang tepat akan berpengaruh positif pada hasil belajar. Penggunaan metode pembelajaran yang
tepat pula maka akan mempermudah dalam proses penyampaian baik kurikulum maupun materi yang akan disampaikan kepada siswa. Sehingga pembelajaran
akan berlangsung dengan baik. Karena dengan adanya hubungan interaksi yang baik antara guru dengan siswa secara tidak langsung akan mendorong tumbuhnya
motivasi. Selain metode pembelajaran faktor yang tidak kalah penting adalah
lingkungan belajar, dalam Sudarmanto 2007 menjelaskan faktor lingkungan
belajar turut memberikan pengaruh sebesar 29,9 terhadap prestasi belajar. Slameto 2010:60 menjelaskan lingkungan belajar ada 3 macam, yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masayarakat. Namun, lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah yang dianggap lebih mempunyai
pengaruh yang besar, karena merupakan tempat dimana siswa belajar sehari-hari tentang mata pelajaran akuntansi.
Lingkungan keluarga dapat diartikan sebagai lingkungan itu sebenarnya mencakup segala material dan stimulus di dalam dan diluar diri individu, baik
yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosial-kultural, yang meliputi semua anggota sosial kecil yang umumnya terdiri atas ayah, ibu dan anak yang
mempunyai hubungan sosial relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinaan dan atau adopsi.
Diaz 2010 menjelaskan bahwa lingkungan mempunyai kontribusi sebanyak 34 dalam pencapaian prestasi dalam setiap faktornya. Hal tersebut
menujukkan lingkungan keluarga juga dianggap penting sebagai faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karena lingkungan keluarga merupakan lingkungan
pertama sekaligus utama dalam proses belajar. Karena dalam keluarga individu pertama kali berhubungan dengan orang lain selain dirinya, dan dalam keluarga
pula awal pengalaman pendidikan dimulai. Pendidikan dikatakan yang utama karena dalam keluarga merupakan landasan atau awal untuk perkembangan anak
pada masa selanjutnya. Dalam keluarga orang tua memiliki peranan paling penting, karena sebagai orang tua harus menciptakan hubungan yang harmonis
dengan anak, sehingga dalam proses pembelajaran diri siswa orang tua dapat
berfungsi sebagai motivator pendorong siswa agar semangat belajar dan tekun belajar sehingga tercapainya tujuan pembelajaran yaitu prestasi belajar yang
diinginkan dapat tercapai. Lingkungan sekolah juga memiliki andil besar dalam proses belajar anak,
karena lingkungan sekolah merupakan lingkungan dimana siswa mengikuti proses pembelajaran secara formal. Dengan adanya sekolah siswa dapat
memngembangkan potensi-potensi yang dimilikinya, selain itu siswa juga dapat memperluas pengetahuannya. Jika lingkungan sekolah itu baik maka proses
belajar juga akan berjalan dengan baik pula. Lingkungan sekolah dikatakan baik jika mempunyai fasilitas-fasilitas yang
mendukung dalam pembelajaran sehingga dapat membatu proses pembelajaran khususnya mata pelajaran akuntansi, lingkungan tidak hanya semata-mata benda
mati saja. Namun, lingkungan juga mencakup fisiologis, psikologis maupun sosial kultural, jadi tidak hanya fasilitas saja yang harus baik, tetapi relasi siwa dengan
siswa dan siswa dengan guru serta semua unsur yang ada dalam lingkungan sekolah harus tejalin secara harmonis. Jika semua itu berjalan dengan baik dan
harmonis maka motivasi belajar akan terbentuk dengan mudahnya sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai sesuai apa yang diinginkan. Jadi, sebuah proses
pembelajaran semua faktor haruslah saling mendukung baik ekstern yaitu metode pembelajaran, lingkungang sekolah, lingkungan keluarga maupun motivasi
sebagai faktor intern sehingga proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik dan maksimal sesuai tujuan pendidikan. Jika kerangka berfikir tersebut
digambarkan dengan bagan hasilnya sebagai berikut:
Gambar 2.1 Alur Kerangka Berfikir
2.7 Hipotesis